↗ White

"Aku ... harus menanyakan sesuatu padamu."

Gadis yang jelas-jelas awalnya memaku seluruh perhatian pada layar ponselnya itu, serta-merta menarik pandang untuk berpindah pada si pemilik suara. Dalam binar iris cokelat kemerahannya, tersirat rasa ingin tahu. Meski begitu, jelas yang mendominasi pikirannya adalah bagaimana interupsi tersuarakan dari sosok Akechi Goro.

Jelas baginya sejak awal bahwa sang pemuda lebih memilih untuk disibukkan dengan beberapa kasus penting yang sedang dikerjakannya---sebagaimana yang Akechi sendiri akui beberapa menit lalu, bahwa dirinya sedang dikejar waktu sehingga percuma bagi Shion jika bermaksud untuk mengajaknya bicara di tengah-tengah itu. Yang mana nyatanya, berbanding terbalik dengan apa yang baru saja terjadi---kenapa sekarang pemuda itu repot-repot memulai pembicaraan?

.

.

COLORUARY | White
...kenapa ia menjadi sedikit kesal hanya karena melihat warna putih itu bercampur dengan warna lain?

Akechi Goro x Shiraki Shion (OC)
Persona 5 Fanfiction by Cordisylum

.

.

Pekerjaannya terang-terangan belum tuntas. Lihat saja bagaimana dokumen di atas meja semakin bertambah sejak terakhir kali gadis bertubuh mungil itu melihatnya. Tapi mari anggap bahwa secara mendadak, sesuatu tengah terpikirkan oleh sang detektif muda pada saat yang sama. Mengkonfirmasi bagaimana Shion dapat menerima alasan yang dibuatnya sendiri dalam kepalanya, ia sepenuhnya fokuskan perhatian pada sang pemuda sementara ponsel dalam genggaman telah mendarat pada sofa ruang tamunya.

Teman lelakinya itu sama sekali tidak merasa terlalu kerepotan untuk sekadar tinggalkan helaian kertas bertumpuk di hadapannya---menuai kecurigaan, Shion berpikir apakah jangan-jangan Akechi Goro hanya menjadikan kata 'bekerja' sebagai alasan untuk berkunjung ke apartemennya kala itu---mereka seringkali begitu; saat dimana si pemuda harus fokus kepada pekerjaannya sementara tidak ada yang akan membuatkannya makanan sehat untuk dicerna, dan Shion akan dengan senang hati memasakkan sesuatu untuknya kalau-kalau Akechi dapat meluangkan waktu untuk berkunjung sejenak. Keduanya menerapkan sistem barter dimana masakan Shion ditukarkan dengan deduksi Akechi untuk didengarkannya.

Menelan ludahnya kala sempatkan untuk bertanya perihal apakah kali ini Akechi hanya mengincar masakannya, namun segera membuang pikiran itu jauh-jauh ketika diperhatikannya Akechi mulai membuka mulutnya---sebenarnya ... bukankah ia kelihatan cukup ragu untuk menyatakan kalimatnya? Lantas, bagaimana dengan senyuman canggung tertangkap kristal pandang sang gadis setelahnya?

"Kacamata siapa yang sedang kau pakai sekarang?"

Detik itu, terciptanya ekspresi berlandaskan kebingungan yang secara tiba-tiba pada wajah Shion. Berpikir secara menyeluruh, menyelami ingatannya lagi sembari jemari bergerak menyentuh pada wajahnya sendiri. Saat jari-jari kurusnya bertemu dengan sesuatu yang ia pikir sebagai kacamata---nyatanya telah terlupakan sejak beberapa menit yang lalu---Shion sedikit terkejut sebelum akhirnya tertawa sendiri.

"Ah ... maksudnya ini? Aku merampoknya dari RenRen pagi ini."

'...merampok?' Tatapan yang begitu meragukan saat kata itu menari dalam benaknya. Tapi Akechi tidak perlu meneriakkan apapun perkara ketidakpahamannya, karena Shion sampai pada kesimpulan cepat setelah ekspresinya itu dan memutuskan untuk memperluas kalimatnya.

"Kau mungkin sudah tahu, tapi ini kacamata palsu. Jadi RenRen punya sekitar dua atau tiga yang seperti ini. Aku mengambil salah satunya." Melepaskan kacamata itu dari wajahnya sebentar, sebagai isyarat untuk membersihkannya kala kembali menjelaskan, "aku bercanda soal merampok---dia memperbolehkanku, jadi jangan khawatir. Kamu tidak perlu memborgol tanganku, Tuan Detektif."

Sebuah candaan. Candaan bodoh yang Akechi Goro yakini hanya akan menuai napas panjang seperti orang kelelahan sebagai responsnya---tandai, jika bukan si gadis Shiraki yang akan mengutarakannya. Bukan berarti sosok penyampai atas ungkapan itu adalah yang terpenting ... setidaknya, Akechi tidak merasa demikian. Mungkin ia hanya terlalu terbiasa dengan bagaimana Shiraki Shion menggodanya?

Kemudian, Akechi Goro mungkin hanya akan menertawakannya. Menganggap semua itu tidaklah penting, namun secara tak sadar mungkin menenangkan sedikit kegelisahan hati. Pada mulanya memang demikian ... kecuali, dia merasa sedikit berbeda sekarang---dan hal yang menambah kecemasannya sendiri adalah, bagaimana ia merasa hampa pengetahuannya ketika memikirkan alasan atas itu. Sesuatu yang mengganjal ... tepat ketika Shion menuturkan skenario sebelumnya. Binar matanya ketika membicarakan sosok pemuda yang lebih muda setahun dari mereka---oh, sebenarnya ia hanya membicarakan kacamata itu, sungguh.

Gadis itu hanya tersenyum padanya dengan ekspresi polos. Mengenakan sang kacamata palsu sebelum mematokkan perhatiannya kembali pada sang lawan bicara. "Bagaimana? Apakah terlihat cocok untukku?"

"Ya, ya. Terserah."

'Tidak sama sekali.'

'Bukankah lebih baik kau melepasnya?'

Ia benar-benar berusaha menahan dirinya untuk tak mengutarakan maksud hati---Akechi Goro tidak suka dengan caranya baru saja memikirkan kemungkinan terburuk seperti bagaimana kacamata itu hilang dari kepemilikan sang gadis. Tarikan napas panjang sekali lagi sebagai penenang hati. Lantas, jemari panjang sang pemuda sampai pada jarak yang begitu tersamarkan antara telapak tangannya dan wajah sang gadis. Pemuda itu menggapai pada benda yang berusaja menjadi obyek makiannya beberapa detik lalu.

Mengambil tanpa izin itu tidak baik, tapi lihatlah pada Akechi Goro yang menginspeksi kacamata itu. Ia bahkan tidak melirik sang empunya saat bibir biarkan kalimat berlalu, "Jangan bermain-main dengan barang orang lain---hanya karena ingin tahu apakah kau terlihat cocok dengan itu."

"Oh, um ... baiklah. Maaf."

Respons itu tidak terdengar menyenangkan.

Lirik matanya menangkap bagaimana pandangan lirih netra senada miliknya. Berbalik menurun dengan sirat kekecewaan. Akechi sama sekali tidak ada niatan untuk memoles luka seperti itu ... jadi dia menambahkan pada ujung detik terlewati, meski sebentar lidah dirasa kelu. "Shion-san yang biasanya saja sudah cantik, kok."

"...apa Akechi-kun sedang menggodaku?"

Tersenyum seolah tanpa dosa, tampilkan deret gigi putihnya bersama bagaimana lekukan mata sang pemuda tampilkan ekspresi bahagia. Yang baru saja hinggap pada kesadaran Shiraki Shion kala itu, adalah bagaimana lawan bicaranya bahkan tidak repot-repot untuk menyangkal tuduhan semena-mena---yang sebenarnya sudah biasa---darinya.

"A-apa?! Dasar menyebalkan. Kerjakan tugasmu, sana!" Merengut, seperti bocah yang malu-malu meski pipi samar merona. Lawan bicaranya kembali diam dalam senyuman---menurut untuk kembali menyandera kertas-kertas di atas meja ke dalam perhatiannya. Sejenak, dalam hening itu, telapak tangan yang lain sembunyikan sang kacamata palsu dari jangkau tatapan yang lainnya.

Ah ... bagaimana, ya? Akechi mungkin hanya tidak ingin warna hitam itu membaur kembali dengan sosok putih yang disukainya.

.

.

COLORUARY | White
Tanggal dipublikasi: 15 Agustus 2021
Terakhir disunting: 15 Agustus 2021

» See Next Chapter?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top