↗ Blue
"Apa besok kau sibuk?"
Pertanyaan itu dilayangkan dalam bentuk pesan digital. Dikirim oleh kontak tersimpan dalam ponsel Akechi Goro, dari seseorang yang familier.
Pertanyaan yang mengundang seberkas pertanyaan lain dalam benak sang penerima. Akechi mengecek pada waktu tertera; pukul sebelas malam di tanggal satu bulan keenam. Cukup larut untuk Shiraki Shion mengajaknya berkomunikasi seperti ini. Ini tidak biasanya. Lebih lagi sebelumnya pada pagi itu, ia mendapat informasi bahwa sang gadis sedang disibukkan dengan pertemuan keluarga selama beberapa hari. Shion bahkan sepertinya tidak repot-repot untuk sekadar mengunjunginya lagi di tempat kerja.
Lantas? Bukankah perilakunya kali ini begitu tiba-tiba?
"Sepertinya jadwal padat mulai jam satu siang." Menyimpan pertanyaan terpendam dalam hati, Akechi mengetik pesan balasannya dengan hati-hati. Shiraki Shion membalasnya terlalu cepat kali ini. Hampir mengindikasikan ia terburu-buru … atau tidak, mungkin ia sedang tidak ada pekerjaan selain berkomunikasi dengannya---pemikiran seperti itu tiba-tiba mendatangkan perasaan puas tersendiri untuknya. Astaga. Sisi egoisnya selalu mudah muncul ke permukaan pada setiap kesempatan yang dihabiskannya bersama sosok itu.
Akechi melepas napas panjangnya pelan. Pada saat demikian, ia mendapati ponselnya kembali berdering membawakan pesan balasan.
"Oke. Jangan kemana-mana besok pagi. Aku akan datang."
"…apa?"
.
.
COLORUARY | Blue
Terharu biru oleh segala yang telah terjadi, hingga kemudian tergerus angin musim semi menyapa keduanya lagi. Keinginan untuk tetap menjalin ikatan yang sama, walau waktu mungkin akan begitu kejam meniti langkah diantaranya. Kelopak mungil kebiruan wasurenagusa menyambut musim panas entah yang ke berapa kalinya semenjak saat itu. Janji yang tak pernah terucap … mungkin masih mengisi tiap detiknya langkah menggiring pada masa depan---kala kedua telapak tangan itu akan terus saling menggenggam.
Akechi Goro x Shiraki Shion (OC)
Persona 5 Fanfiction by Cordisylum
.
.
"Selamat ulang tahun!"
Wajahnya serta-merta berhadapan dengan buket bunga wasurenagusa. Terangkai erat, dibalut kain putih yang membungkusnya serta tali pita biru tua menghias bagian bawah. warna-warna biru dari kelopak kecilnya berpadu dengan sang buket sendiri untuk ciptakan sisi yang cukup menyenangkannya untuk diperhatikan. Lirikan netra cokelat kemerahan Akechi yang semula dibuat terkejut berhasil mendapati senyuman lebar Shion di balik benda dalam genggaman sebelah tangannya.
"Ini…?" Akechi tidak ragu untuk menerima hadiah itu. Hanya saja ia tetap pada tempatnya tanpa bergerak sedikitpun, memikirkan apakah gerangan alasan di balik kejutan pagi yang menghantamnya tanpa aba-aba.
"Tiga bulan lalu Akechi-kun melakukan hal yang sama."
'Ah,' benak Akechi mengingat. Kala itu kilasan balik memori bulan Maret dimana ia menodongkan sebuah buket bunga merah berpita warna senada seraya ucapkan selamat ulang tahun kepada gadis di hadapannya. Akechi hanya dapat terdiam dalam memahami. Tidak menyangka bahwa gestur rasa terima kasih yang sempat ia berikan justru kembali berbalik arah lagi. "Kau tidak perlu repot-repot … tapi, terima kasih."
Senyuman yang kian lebar terulas terang-terangan ketika buket dalam genggaman sepenuhnya berpindah tangan. Shion menatap Akechi sejenak sebelum sekali lagi mencondongkan tangannya. Kali ini sebelah kiri, yang dari sejak saat lalu telah mendekap kantung belanjaannya. "Ayo kita sarapan."
"Hah?"
Akechi mengerjap sebentar.
Dia tidak salah dengar. Baru saja Shion mengajaknya untuk … apa? Sarapan? Dimana? Di apartemennya? Sekarang?
"Aku pinjam dapur Akechi-kun untuk memasak sebentar, ya?" Kedua telapak terkatup sembari mata terpejam memohon---hanya saja sebelah kelopak dengan sengaja mengintip pada ekspresi pemuda itu. Dengan ini pria dengan helai kecokelatannya yang sedikit berantakan itu---maklumi saja, karena Shion datang terlalu pagi di saat Akechi bahkan belum sempat menata diri sehabis bangun tidur---sekali lagi melepas napas panjang. Tak ingin membuang waktu lebih lama---lagipula ia tak mau membuat orang lain ikut memperhatikan bagaimana ia membiarkan kekasihnya di depan pintu apartemennya seperti itu---akhirnya Akechi Goro memutuskan untuk menuruti permintaan sosok di hadapannya.
Membuka pintu apartemennya lebih lebar, "kau sepertinya suka sekali mengejutkanku, ya?"
"Karena ini hari yang membahagiakan! Aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu." Tawa kecil Shion mengudara bersama langkah kaki mungilnya memasuki ruangan.
'Membahagiakan…? Begitukah?' Kilasan balik akan segala hal yang telah gadis itu lalui di sampingnya, menghantamnya dalam samar tanpa sang gadis yang sama sadari. Pemuda itu menatap kembali pada buket di tangannya. Warna tenang yang indah, seolah bermaksud menenangkan perasaannya---ataukah itu sekadar efek dari bagaimana hadiah itu berasal dari gadisnya?
'Apa yang begitu membahagiakan dari merayakan hari lahir seorang anak haram?' Batinnya bertanya; ia hanya dapar mempertanyakan hal itu dalam benaknya tanpa beranikan diri untuk untaikan kata nyata. Mengekor pada sosok Shion setelah menutup pintu.
"Omong-omong … Akechi-kun, kamu belum mandi, ya?"
Berkacak pinggang di seberang sana, adalah Shion yang telah siap dengan perkakas dapur dan apron membalut badan. Menatap dirinya dengan pandangan tajam, namun dari bagaimana bibit itu mengerucut seperti anak kecil … kau bisa katakan tindakan yang seperti ini sudah biasa untuknya---bukan berarti Shiraki Shion sedang marah atau bagaimana.
"Ah…," mengusap belakang tengkuknya sembari menjauhkan pandang. Akechi menaruh buket bunga dalam genggaman tangan kanannya ke atas meja ruang tamu sebelum kemudian berbelok ke arah kamar mandinya. "Kau tidak apa memasak sendirian?"
Dari ekor matanya, terlihat Shion memberikan jempolnya sebagai tanda dirinya baik-baik saja. "Tentu. Aku malah akan semakin khawatir kalau Akechi-kun ada di dapur bersamaku."
"Dasar…," dan lihatlah senyuman miring seolah mengejek yang diulaskannya atas jawaban terlempar. Lihat pula bagaimana ia menyadari perempuan pendek itu seolah telah cukup nyaman untuk seenaknya mengutak-atik isi dapur.
'Tanggal dua bulan Juni yang pertama kalinya kuhabiskan bersamamu saat itu … tidak buruk juga, kalau dipikir,' tiba-tiba, teringatkan diri akan memori yang entah sudah berapa lamanya---ah, memang sudah berapa lama mereka bersama semenjak kembalinya ia dari tempat itu? Lama sekali, sepertinya. Terlalu lama sampai keduanya mungkin kini telah terbiasa melihat wajah satu sama lainnya pada tiap-tiap hari---terlalu sampai pada status dimana mereka bisa merasa bahagia, hanya dengan keberadaan satu sama lain mengisi.
"Sampai kapan kamu mau berdiri di depan kamar mandi, hmm?"
"Iya, iya. Aku akan mandi!" Membalas omelan kecil yang menghamburkan lamunan sesaatnya, Akechi Goro menatap kesal---sebenarnya, sedikit hangat akan hal itu, mungkin.
'Setidaknya jika itu membuatmu bahagia untuk tetap bersamaku … kurasa tak ada salahnya.'
.
.
COLORUARY | Blue
Tanggal dipublikasi: 1 Oktober 2021
Terakhir disunting: 2 Oktober 2021
» End of story! Thanks for read!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top