senin tidak sekolah, sakit

Berisi ke-soft-an yang menggelikan. Jika tahan let's read. Jika tidak bisa, di skip saja :)

Semi baku

.

TaeGyu

.

Pagi senin adalah hal yang menjengkelkan untuk Beomgyu. Karena jadwal pelajaran yang menjengkelkan. Matematika, iya semua yang tidak paham matematika pasti akan benci karena tidak pernah bisa paham semua rumus matematika.

Beda dengan Taehyun. Ia sangat bersemangat jika hari senin tiba. Awal dari hari dalam seminggu. Karena ia bisa berjumpa lagi dengan si manis kesayangan. Minggu adalah hari yang memisahkan ia dengan si kesayangan. Tidak bisa melihat si kesayangan. Karena kan libur

"pengen banget hilangin hari minggu. Tapi dia pasti bakal marah kalau aku mengatakan itu. Kenapa dia senang sekali kalau hari minggu, padahal kan aku dan dia tidak bisa bertemu. Dia jadikan hari tidur, hibernasi katanya. Astaga boro boro mau ketemu"

Oke, Taehyun harus berangkat sekarang. Sungguh ia merasa geli pada perut. Bukan berarti Taehyun itu orang yang baru pertama kali pacaran. Ia hanya bersemangat yang berlebih saja.

Ia sempat melihat handphone. Mengecek apa ada notif dari si kesayangan. Ternyata belum, ia hanya memastikan apa pacaranya perlu dijemput atau tidak. Harap harap sih jemput. Tunggu beberapa menit saja, mungkin nanti notif muncul.

Jam sudah menunjukkan pukul enam tiga puluh delapan menit. Belum masuk notif. Oke Taehyun berangkat langsung ke sekolah saja. Mungkin kesayangannya sudah berangkat.

::

Beomgyu semakin mengeratkan guling yang ada pada pelukan. Ia dengar sebenaranya saat Mama berteriak turun dan sarapan. Tapi badannya terasa berat sekali.

"apa karena aku gendut ya, aduh kesal, gara gara Taehyun sering bilang aku gendutan, jadi kenyataan kan, kesal kesal" gerutu Beomgyu dalam hati.

Beomgyu menutup matanya kembali. Namun ia mendengar suara pintu yang dibuka dengan ribut.

"bangun Beomgyu, kamu sudah telat ini, kalau sampai Papa tahu kamu bisa dimarah, ayo cepat bangun" Mama marah marah sambil melipat beberapa baju Beomgyu yang berserakan.

"gak bisa bangun Ma.." lirihnya.

Mama langsung memukul bokong Beomgyu, pelan "bangun sekarang, ayo ayo bangun, kamu harus sekolah" menggoyang goyangkan tubuh Beomgyu.

"Mama.. Bamgyu serius.." setelahnya mama mendengar isak tangis anaknya. Mama langsung membuka selimut Beomgyu. Menyentuhkan telapak tangan pada kening si anak. Panas, itu yang mama rasakan.

"astaga anak Mama, kamu panas, kamu demam, ya ampun, bagaimana ini, kamu kan harus pergi sekolah. Oh atau tidak usah sekolah, eh tapi.. "

"Mama.. kepala Bamgyu tambah pusing. Mama jangan marah dong" Beomgyu semakin keras menangis.

"maaf maaf sayang. Iya udah kamu tidur ya. Mama nanti panggil dokter"

"Gak mau!" Beomgyu teriak, Mama terkejut.

"loh kenapa gak mau sayang?"

"Gak suka sama dokternya, gak suka sama obatnya, gak suka dicucuk jarum, gak suka dokternya. Pokoknya gak suka. Bamgyu gak mau"

Mama kelimpungan sendiri, anaknya semakin rewel.

"oke oke sayang. Kamu tidur aja kalau gitu" Mama menyelimuti tubuh Beomgyu "tapi mau ya minum obat, biar sembuh" Mama coba merayu.

"oke"

Dan yaah Mama lega.

::

Taehyun mengernyit. Bangku Beomgyu kosong. Mungkin kesayangannya itu belum datang. Tapi sudah pukul tujuh lebih. Masa iya pacarnya itu telat. Memang tidak pernah. Walau pacarnya itu bilang tidak suka hari Senin. Dan bakal tidak akan mau sekolah setiap hari Senin.

Ya ampun apa salah Senin.

"cari Beomgyu iya?"

Taehyun memutar mata, malas. Tentu saja, memang siapa lagi.

"kemana dia ?"

"mana aku tahu" Yeonjun mengedikan bahu acuh.

Taehyun sedikit kesal. Ia kira Yeonjun tahu dimana atau kemana Beomgyu. Soalnya kan dia bertanya seolah bergurau tapi tahu sesuatu.

Untung Yeonjun itu kakak sepupu Beomgyu. Kalau bukan.. Hmm ya bukan kakak sepupu Beomgyu.

"ku kira Hyung tahu" Taehyun sedikit memekik. Yeonjun pergi begitu saja.

"tidak tahu lah. Kau kan pacarnya. Masa pacar kemana tidak tahu sih"

"iya..iya karena itu aku bertanya. Kalau tahu mana mungkin aku tanya"

Yeonjun mengibas ngibaskan tangannya. Ia menuju kelasnya. Tapi ia dicegat oleh adik kelasnya.

"Yeonjun Hyung?"

"apa?"

"Soobin Hyung kemana? Di kelasnya tidak ada, mau bahas soal club"

"mana aku tahu"

"lah.. Hyung kan pacarnya. Masa pacar sendiri kemana enggak tahu sih"

Taehyun terbahak di depan kelasnya. Setelah melihat adik kelasnya, Huening berani bicara begitu pada kakak kelasnya yang dikenal galak.

Yeonjun cemberut dan masuk kedalam kelasnya dengan langkah menghentak. Walau dikenal galak, tapi dia juga dikenal menggemaskan. Tapi disaat tertentu biasanya.

Taehyun masuk kedalam kelas saat mendengar temannya berteriak--Guru Jeon tiba.

Taehyun galau. Pacarnya tidak ada kabar. Saat Guru Jeon melakukan absen, tidak ada yang tahu Beomgyu itu kenapa. Ditelepon juga tidak diangkat. Semakin membuat ia khawatir saja. Memang pacarnya itu suka buat Taehyun khawatir tidak jelas. Untung sayang.

"apa aku kerumahnya saja. Ah iya harus, anak itu benar benar buat kepala ku pusing saja. Kalau ketemu aku cium saja" Taehyun tertawa tidak jelas. Astaga boro boro mau cium, peluk saja langsung di pukul. Tidak sakit sih, kan pukulan sayang.

::

Taehyun sampai depan pintu masuk rumah Beomgyu. Samar samar ia dengar suara Mama yang berteriak-- jaga diri kamu ya sayang, ingat obat.

Oke, kekhawatiran Taehyun sekarang jelas. Pacarnya sakit. Oleh karena itu ia tidak bertemu pacarnya. Buru buru Taehyun memencet bel rumah. Saat tangannya akan mengetuk pintu, pintu terbuka. Memperlihatkan wajah terkejut Mama.

"Taehyun?! Oh tuhan sedang memudahkan jalan ku" Mama mengelus dadanya dramatis.

"Taehyunie tolong jaga Beomgyu sebentar ya. Mama mau jemput Papa, katanya mobil Papa habis bensin. Maklum Papa sudah tua jadi suka lupa" Mama menyerahkan kunci pada Taehyun.

"Beomgyu sakit, tapi anak itu tidak mau minum obat. Makan saja tidak. Kamu tolong bujuk dia iya. Dia juga bilang kangen kamu. Kalau ada kamu pasti anak itu sedikit mau nurut. Mama tinggal iya. Kunci saja pintu. Mama sudah bawa kunci duplikat. Terima kasih ya nak. Mama jalan"

Taehyun hanya bisa mengangguk saja. Mama tadi bicara seakan satu tarikan nafas. Bahkan Taehyun hanya bisa menangkap perintah Mama untuk menjaga Beomgyu dan beri dia obat. Sisanya ia tidak dengar. Serius, ia hanya bisa fokus dengan hal yang bersangkutan dengan Beomgyu.

Segera menuju kamar Beomgyu, setelah mengunci pintu. Walau tidak dengar tadi Mama suruh kunci pintu. Namun Taehyun mengerti maksud Mama memberinya kunci. Derap langkah Taehyun terdengar ribut.

Saat sampai depan kamar Beomgyu, Taehyun mengatur nafas. Membuka pintu dengan perlahan, takut mengejutkan atau mengganggu tidur si tukang tidur. Tapi sayang si tukang tidur sedang tidur karena sakit. Sungguh kasihan, batin Taehyun.

Benar kata Mama, bubur yang ada tidak terlihat tersentuh sama sekali. Taehyun duduk di tepi kasur. Ia dapat melihat wajah merah pacarnya. Pipi merah, hidung merah, bahkan bibir itu terlihat seperti cherry. Taehyun tiba tiba susah menelan ludah.

Bukan, bukan karena tergoda dengan warna bibir Beomgyu. Hanya saja ia terpana dengan warna itu. Terlihat indah sekali. Walau bibir itu juga sering berwarna merah. Hanya saja sekarang terlihat lebih merah. Cantik.

"Bamgyu..."

"hmm...Bamgyu sakit. Jangan ganggu. Mau tidur"

"hey, ini aku Taehyun"

"ohh"

"hah? hey ini aku Taehyun, pacar kamu"

Beomgyu langsung membuka mata. Ia menatap Taehyun dengan mata berkaca. Buat Taehyun khawatir.

"kenapa Bamgyu? Apa yang sakit? Coba aku lihat, coba coba bilang yang mana?"

"Taehyunie... " lirih Beomgyu.

"iya? Mau makan? Ayo aku bantu bangun"

Taehyun membantu Beomgyu untuk bangun. Ia mengambil mangkuk berisi bubur. Mengaduk sebentar. Ia memulai menyuapi Beomgyu bubur. Saat tangannya berada depan bibir Beomgyu. Ia terkejut, pacarnya menangis dalam diam. Air mata sudah mengalir deras. Wajah merah itu nampak lebih merah lagi.

"Bamgyu, bilang bagian mana sakit. Jangan nangis dong ah. Jelek tahu" Taehyun menaruh kembali bubur ketempat semula. Ia mengusap air mata kekasihnya.

"Taehyunie... " suara Beomgyu parau.

"hmm?"

"maaf, aku udah bikin kamu khawatir. Seharusnya kamu gak usah khwatirin aku. Aku kan udah sering... bikin kamu sedih, kecewa" menunduk dengan isak tangis.

"hei, kamu ngomong apa sih"

Beomgyu menggeleng keras.

"kamu gak apa kok kalau misal mau marah. Aku..bakal terima kalau misal kamu udah gak tahan, dan bakal pergi dari aku, aku pantas" Beomgyu menutup mulut, suara tangisnya ditemani cegukan yang menyesakkan.

"Bamgyu, aku gak pernah akan marah tanpa alasan. Aku tahan sama kamu. Dan terpenting aku gak bakal mau pergi dari kamu. Walau itu kamu yang minta. Aku gak akan lakuin itu. Aku gak bakal bisa"

Taehyun mengalihkan pandangan ke luar jendela kamar Beomgyu yang tidak tertutup. Menghela nafas.

"oke, aku akui kalau iya aku sering kecewa sama kamu, aku sedih, dan terkadang rasanya ingin marah lihat tingkah kamu yang benar benar kelewat. Tapi setiap ingat berapa lama aku sudah berusaha mengejar kamu, rasanya semua rasa kecewa, sedih, dan marah itu hilang gitu aja. Aku juga gak tau. Mungkin sudah terlalu gigih aku akan tetap sama kamu. Dan aku bukan orang mudah nyerah setelah berapa lama berusaha meraih kamu"

Kembali mengalihkan pandangan pada Beomgyu yang sedang manangis sesenggukan. Memang dari tadi Taehyun membiarkan Beomgyu menangis. Tidak berniat dulu menghapus air mata. Ia hanya ingin mengelurkan semua keluh kesahnya selama ini.

"dan satu lagi. Kecewa ku bukan karena bersama kamu, hanya kecewa dengan tingkah bodoh kamu. Berusaha membuat aku jauh dari kamu"

Baru setelah itu Taehyun meraih Beomgyu untuk ia peluk. Beomgyu tidak ingin memukul Taehyun karena sudah berani memeluknya.

"Hyunie.... Maaf, maafin Bamgyu. Bamgyu gak tau harus bilang apa lagi. Astaga aku memang bodoh" katanya dengan terbata bata.

Beomgyu yang hanya bodoh tidak tahu perasaanya. Ia yang hanya ingin main main saja harus terima dipermainkan oleh perasaanya sendiri karena telah berusaha menjauhkan orang yang benar menyayanginya.

"udah mellow mellownya. Sekarang makan terus minum obat"

"em.." Beomgyu menutup mulutnya lalu membuat tanda silang.

"kok?"

"bau"

"bau apa? Aku?"

"bukan, tapi obatnya"

Taehyun tertawa. Setiap tingkah menjengkelkannya selalu membuat ia ingin tertawa. Lucu saja.

"apanya yang bau, obat kok bau"

"bau! Bau pahit" Beomgyu memasang wajah muntah.

"obat itu memang pahit sayang. Rasanya pahit. Bukan baunya. Sekarang makan dulu"

Setelah bubur habis. Taehyun sedang berusaha membujuk kesayangannya untuk meminum obat.

"ayolah Bam.. Gak mau cepat sembuh?"

"mau lah"

"iya sudah sekarang minum obatnya"

"gak. Pokoknya gak mau! Titik, gak ada koma"

Beomgyu tengkurap. Ia benar benar tidak mau minum obat.

"kenapa enggak mau?"

"obat itu bau, kan sudah bilang" rengek Beomgyu.

"ayo minum, sayang"

Beomgyu bangkit. Ia merasa kasihan juga pacarnya sudah berusaha membujuk dari tadi.

"kamu itu sudah absen tanpa alasan"

"iya aku kan sakitnya baru tadi pagi. Jadi tidak sekolah. Mama juga lupa telepon guru BK"

"guru Jeon langsung memberimu A"

Beomgyu melotot "sudah ku duga. Biarkan saja jugaan aku tidak minat dengan materi yang dia ajarkan. Dia mengajar agar pintar tapi malah makin bikin aku bodoh, sebab tidak pernah paham. Dia tidak pusing apa lihat semua rumus rumus menyebalkan itu aku saja pusing"

Taehyun tersenyum. Pacarnya banyak bicara. Artinya keadaannya sudah mulai membaik.

"ini hari Senin loh. Permintaan mu terkabul. Tidak akan sekolah setiap hari Senin. Tidak ingin berjumpa guru Jeon si guru Matematika"

"waah bagus dong. Tepat sekali"

"senang?"

"senang dong. Semoga setiap Senin tidak sekolah, tidak bertemu rumus rumus"

"oke, kamu harus siap sakit setiap Senin"

Beomgyu langsung menggeleng keras. Oh tidak tidak, Beomgyu tidak mau sakit. Sakit itu tidak enak. Sama seperti rasa obat. Tidak juga mau bertemu kembali dengan obat. Lebih baik bertemu guru Jeon dan rumus rumus menyebalkan. Karena Senin itu tidak terus menjengkelkan sebab setelahnya ada Taehyun, obatnya.

"tidak mau hari Senin tidak sekolah, karena sakit"

.

.

End

.

.

Pernah terlintas alasan sakit biar gak sekolah, soalnya pas banget dapet matematika. Dan belum kerjain tugas :")
Tapi takut juga XD

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top