beautiful life
.
TaeBeom
.
.
.
Semua selalu indah dilihat oleh Beomgyu. Apa pun itu, semua terlihat indah dimata. Ibu pernah berkata,jika melihat sesuatu yang indah jangan disia siakan. Karena nantinya kamu akan menyesal. Beomgyu tidak akan lupa kata ibu. Maka ia tidak pernah mengecewakan ibu, karena dimata Beomgyu, ibu itu indah. Jadi jangan disia siakan.
"ibu, apa yang harus aku lakukan agar tidak menyia nyiakan keindahan itu? ibu tahu? aku ingin sekali meraih keindahan itu, tapi sepertinya aku hanya bisa berangan saja hehe" Tangan Beomgyu terulur meletakkan sebuket bunga mawar putih. Mawar putih kesukaan ibu. Karena mawar putih itu indah. "aku pulang ibu, sampai jumpa" Beomgyu segera beranjak dari makam. Ini sungguh berat, sudah menjadi keluhannya setiap hari. Namun Beomgyu mencoba tak ingin menyerah begitu saja. Beomgyu bisa berjalan sendiri, mengikuti alur kehidupan ini sendiri. Biarpun ibu sudah pergi jauh. Beomgyu tetap bisa melakukannya sendiri.
"paman tolong antar aku ke perpustakaan" Pinta Beomgyu pada supir setia keluarga.
"baik nak Bamgyu, mari paman bantu buka pintu" Paman Kim meraih pintu mobil, hendak membuka, namun tangan Beomgyu menghalau.
"aku bisa paman" Senyum manis Beomgyu merekah. Paman Kim yang melihatnya tiba tiba ingin menangis. Ia ingat anaknya di kampung. Beomgyu sudah seperti anaknya juga. "ayo ayo masuk paman"
"iya iya nak"
::
::
"semua buku ini membosankan" Beomgyu terkejut dengan ucapan seseorang disamping, tiba tiba. Beomgyu hampir menjatuhkan buku dan dirinya. Pijakannya itu tidak sempurna.
"hei hati hati, maaf iya?" Taehyun segera meraih tubuh Beomgyu yang hampir jatuh karena ulahnya. Taehyun merasa dirinya bodoh sekali. Niatnya bercanda itu hampir membuat Beomgyu terjatuh. Ia padahal sudah tahu kaki Beomgyu hanya satu menapak tanah.
Beomgyu segera membenahi posisi. Ia tersenyum kikuk "iya tidak apa, aku tadi hanya terkejut, tapi kamu tahu lah aku bagaimana" Beomgyu meletakkan buku yang ia pegang pada tempat kembali.
Beomgyu berpindah tempat menuju meja bundar pada ruang perpustakaan. Ia sudah menemukan buku yang akan ia baca. Taehyun yang melihatnya mengikuti Beomgyu. Ia duduk di depan Beomgyu. Meletakkan tas dimeja, Ia menatap pria manis di depannya dengan tatapan mengintimidasi. Beomgyu yang merasa ditatap, lalu mengalihkan pandangannya pada pria tampan dihadapannya.
"ada apa? bukannya kamu ada kelas?" Beomgyu menatap malas Taehyun. Ia kembali membaca buku.
"kau juga ada, kenapa tidak hadir?"
"aku sibuk" Jawab Beomgyu acuh. Taehyun yang tak terima diacuhkan merampas buku bacaan Beomgyu "sibuk apa? ha?"
Beomgyu memutar mata malas. Ia hendak bangun dan mencari buku bacaan lain saja, pikirnya. Dari pada meladeni Taehyun. Namun pijakan pertama membuatnya hampir terjatuh. Taehyun yang kembali meraih tubuhnya. Beomgyu menatap mata besar Taehyun dengan pandangan sedih. Apa apaan Taehyun ini, memperlakukan ia dengan manis. Ia bisa sendiri. Walau ia tahu Taehyun niat menolong. Bukan hal yang lain. Namun Beomgyu benci hal tersebut. Ia bisa melakukan sendiri.
Beomgyu melepas diri dari dekapan Taehyun "aku bisa sendiri Taehyun, kamu tidak usah sok menolong ku begitu, aku-," Tatapan Beomgyu begitu menyedihkan "aku bisa melakukan semua ini sendiri, kamu itu-, kamu jangan ikut campur aku tidak suka" Beomgyu terjatuh begitu saja dan air mata sudah membasahi pipi mulusnya.
"kamu jangan bicara seperti itu Beomgyu, aku ini hanya ingin menolong mu, kau tahu" Taehyun meraih tubuh Beomgyu untuk ia peluk.
Beomgyu menyentak tangan Taehyun "tidak perlu, kamu mengerti tidak sih?" Marah Beomgyu dengan suara terbata. Tangan Beomgyu menggapai bangku disampingnya guna berdiri. Tiba tiba ia merasa lemas. Ia ingin pulang, ini semua karena Taehyun yang mengganggu harinya.
"kamu mau kemana?" Cegah Taehyun dengan menggenggam tangan Beomgyu "pulang, dan kamu jangan mengikuti ku" Tunjuknya tepat saat Taehyun meraih tangannya.
Beomgyu berusaha berjalan dengan cepat. Walau ia tahu cara jalannya tidak benar. Taehyun yang melihatnya pun merasa meringis. Kalau kalau ia lebih mempercepat jalannya maka pria manis itu akan terjatuh. Taehyun ingin menggapai pria manis itu. Namun Taehyun hanya bisa memandang punggungnya yang semakin jauh dari jangkauan.
"Bamgyu..." Tiba tiba nama kecilnya dipanggil. Ulah Taehyun. Hanya dia yang biasa melakukan, dulu. Beomgyu mengepal tangan. Air mata sudah menumpuk di pelupuk. Beomgyu tidak peduli, ia acuh. Dan benar benar sudah pergi dari jangkauan tangan Taehyun
::
::
Beomgyu ada kelas pagi. Ia berjalan menuju kelas dengan wajah sedikit murung. Mulai jadi kebiasaanya. Mulanya tidak begini. Orang orang yang menyapanya mulai berkurang. Biasanya selalu setiap ia berjalan di kampus, pasti saja setiap orang yang melaluinya akan bersapa salam. Namun tidak lagi. Bahkan yang melaluinya seperti sudah malas menyapa, apa lagi melihatnya. Semua sudah berubah.
Beomgyu akan menuju kelas dengan menaiki beberapa anak tangga. Tiba tiba tubuhnya tertabrak seseorang. Beomgyu terjatuh bersama dengan tongkatnya yang terlempar menjauh. Beomgyu meringis, kakinya benar benar sakit. Ia ingin menangis, namun ia tak ingin melakukan. Orang yang sepertinya tidak sengaja tersebut terkejut. Ia segera mengambil tongkat bantu Beomgyu yang terlempar.
"maaf maaf, sungguh aku tidak sengaja. Tadi aku buru buru karena dikejar orang jahat" Pria yang menabrak Beomgyu segera menolong. Ia sungguh ceroboh. Ia tidak tahu saat tikungan menuju tangga ada seseorang. Dan bahkan seseorang tersebut menggunakan tongkat bantu.
"sakit...sakit sekali" lirih Beomgyu.
"Hyung maafkan aku" Huening lekas mengangkat tubuh Beomgyu. Ia menggendong tubuh Beomgyu menuju UKS. Ia melihat kaki Beomgyu yang sebelah kiri dikeluhkan rasa sakit tepat dikakinya yang patah. Huening meringis saat membaringkan tubuh Beomgyu pada kasur UKS. Beomgyu menangis juga akhirnya. Karena sungguh ia merasakan nyeri pada kaki keduanya. Bukan hanya kaki tetapi juga pada bahunya. Sempat menabrak pembatas tangga sebelum ia terjatuh.
"maaf maaf, Hyung maafkan aku, sungguh aku tidak sengaja, sungguh" Huening terus berkata maaf dan mengelus tangan Beomgyu. Ia sungguh ceroboh. Semua karena kakak senior gila mengejarnya. Jadi ia tidak mengontrol laju kaki.
Beomgyu hanya mengangguk guna menjawab permintaan Huening. Ia tidak tega juga melihat adik tingkatnya memasang wajah bersalah. Memang iya, tapi Beomgyu tidak tega.
"kamu bisa ke kelas, disini kan sudah ada petugas uks" Beomgyu meminta dengan sedikit tersendat.
"tapi Hyung-,"
"dia benar, kamu bisa balik ke kelas, nanti saya yang urus dia. Dia juga butuh istirahat setelah saya mengobatinya, hanya cedera sedikit dan tubuhnya juga sedikit lemah"
"iya baiklah, sekali lagi maaf ya Hyung" Huening melangkah keluar uks. Sedikit berat karena ia masih merasa bersalah. Seharusnya ia menemani kakak tingkatnya itu. Tetapi ia ada kelas. Jadi ia hanya melambaikan tangan dan berlalu.
::
::
Pintu UKS tiba tiba terbuka. Petugas yang ada di dalam pun terkejut dan menjatuhkan secangkir teh panas. Ia terkejut, tidak pernah ia mengijinkan orang mengganggu dalam UKS.
"mana, dimana-,"
"apa?!! Kau ini sudah membuat keributan tahu tidak?! Di sini sedang ada pasien kau tahu tidak! Kalau dia sampai terganggu karena ulah mu bagaimana? Kau tidak sopan sekali. Kau tahu tidak!" Petugas Kim langsung memarahi orang yang telah berani mengganggu tempat kerjanya.
"kau tahu tidak? Kalau seandainya aku tertumpah teh panas itu bagaimana? Aku bisa cedera, kau tahu tidak-,"
"aku tidak tahu, tidak tahu, tidak tahu" Jawab orang itu sambil mengatur nafas. "yang aku tahu, aku disini karena ingin melihat pasien bernama Choi Beomgyu, kau tahu tidak?!"
"tidak tahu, tidak tahu"
"Hyung ayolah, ini ruang kesehatan, kita tidak boleh melakukan keributan"
"nah, itu kau tahu. Siapa yang sebenarnya mulai keributan? Kau! Kau tahu tidak?"
"Tae Hyung sudah. Dimana dia?"
"disana, buka saja gorden. Jangan ganggu dia. Dia sedang istirahat. Kau-,"
"iya aku tahu" Potong Taehyun sebelum kata kebiasaan Hyung itu terlontar. Ia membuka gorden dengan pelan lalu menutup kembali setelah ia masuk. Taehyun tatap miris Beomgyu. Seharusnya tidak begini. Seharusnya tempat ini bukan menjadi singgahan Beomgyu. Seharusnya Beomgyu tidak begini. Ia keluar dan menutup gorden. Menghampiri Taehyung.
"Hyung..."
"iya?" Taehyung sedang menulis pada buku catatan. Mengalihkan perhatian sedikit pada Taehyun yang nampak murung. Tadi anak itu tidak seperti ini, pikir Taehyung.
"kenapa? Ada masalah? Kamu tenang saja, dia hanya cedera sedikit. Dan sepertinya dia sedikit lemah. Nanti juga membaik"
"dia bukan Beomgyu" lirih Taehyun
"Taehyun?" Taehyung menatap Taehyun bingung.
"Bamgyu.. dia bukan Bamgyu" meraih segelas air didekatnya. Duduk pada kursi sebelah Taehyung. Tangannya ia kepal. Ia tidak suka dengan Beomgyu yang sekarang. Bukan karena kondisinya. Namun perubahan Beomgyu. Dia bukan Bamgyu.
"Taehyun... Dia mungkin hanya merasa terbebani. Kau tahu kondisinya, jangan memperparah. Dia butuh dukungan. Mungkin dia sedang membutuhkan mu?"
"apa yang memperparah? Di sendiri Hyung. Dia yang merubah Bamgyu ku. Kalau memang dia butuh aku, seharusnya sudah jauh hari setelah kejadian dia datang pada ku. Seharusnya dia tumpahkan semua pada ku. Seharusnya ia bebani aku. Bahkan datang pada ku saja tidak, Hyung. Aku bahkan tidak akan mengeluh dengan keluhannya. Tapi kenapa ia keluhkan pada dirinya... Bamgyu... "
::
::
Beomgyu menangis sejadi jadinya. Ia terus meronta dalam pelukan Taehyun. Memukul tubuh Taehyun dengan lemah. Ia marah, sedih, kecewa pada diri sendiri. Perasaan kacau. Yang ia ingin hanya menangis dan meraung.
Taehyun ingin marah pada Beomgyu. Saat ia niat bertemu Beomgyu, ia diberitahu bahwa Beomgyu tidak ada. Ia berlari kencang, tak ingin dengar jika Beomgyu nanti terluka. Ia lihat, saat turun dari taxi. Beomgyu menuju mulut pantai, tanpa tongkat. Berjalan terpaksa, menahan rasa nyeri sampai ke hati. Ia ingin menutup kehidupan. Ia ingin tenggelam dari kehidupan. Ingin mengubur diri yang buruk ini. Ia sudah tidak indah lagi. Kehidupannya sudah tidak indah. Tarikan paksa Beomgyu rasakan. Ia semakin meraung. Sudah tahu si pelaku. Ia melawan, terus meronta.
PLAK
..
Tangisnya berhenti, suara meraung berubah sunyi. Terdengar deru ombak, hembusan nafas, dan suara tersendat. Taehyun sedikit gemetar. Ia telah menyakiti Beomgyu. Beomgyu merasakan, rasa sakit yang sebenarnya. Ia senang, ia tersenyum saat rasa panas menjalar pada pipi. Tatapan yang tersirat akan kepiluan yang mendalam.
"lakukan lagi Taehyun! Lagi.. Aku mohon, aku senang merasakannya" Tawa terlontar begitu saja "aku benci diriku, aku bukan aku. Kamu juga benci iya kan? Kamu pasti sudah jijik pada ku, aku ini cacat. Ibu-, dia sudah pergi jauh! Semua karena ku. Aku ingin menggantikan rasa sakit ibu. Aku ingin mati. Tapi ibu bilang jangan. Aku harus melanjutkan hidup ku yang penuh warna. Yang ada hanya hitam. Aku cacat Taehyun, aku buruk. Aku sudah tidak indah lagi"
"sudah? Bamgyu aku selalu menerima kondisimu aku kan sayang kamu" Taehyun tidak ingin memperparah keadaan. Ia mencoba sabar walau ia telah berani menyakiti Beomgyu. Lebih memilih mengalah dengan kata Beomgyu. Ia sudah mulai emosi dengan kenekatan Beomgyu. Ia sungguh tak terkontrol saat melihat Beomgyu yang seakan hilang kendali.
"aku cacat Hyun..." lirih Beomgyu
"Bamgyu... Kamu tidak-,"
"cacat! Aku cacat, kamu bisa lihat, lihat ini aku buruk Hyun, kamu benci aku pasti"
"IYA, aku benci, benci sekali. Aku benci pada diri Beomgyu yang sok mandiri namun tampak bodoh. Aku benci Beomgyu yang buruk ini. Aku benci sosok dia yang sok memendam semua rasa sendiri" Taehyun seketika murka. Ia tidak ingin menyakiti Beomgyu dengan ucapan. Namun ia benci ketika Beomgyu berkata yang tidak tidak.
"Bamgyu... Aku sayang kamu. Kamu tidak buruk. Kamu indah Bamgyu.." lirih Taehyun.
"tidak Hyunie... Tinggal saja aku. Aku tidak pantas ada pada hidup kamu yang indah. Kamu terlalu indah untuk ku raih. Kamu terlalu indah untuk bersama aku. Dulu, kamu ingin kehidupan yang indah, kehidupan sempurna. Kamu bilang akan hidup dengan ku. Tapi tidak Hyunie, aku tidak pantas bersanding dengan kamu. Tinggal saja aku"
"tidak Bamgyu. Kita tetap akan bersama. Kamu dan aku. Kita pantas" Air mata menjadi saksi ketulusan Taehyun.
"tinggal saja aku. Aku mohon" Beranjak meninggalkan Taehyun yang berdiam diri dengan tangis pilu. Beomgyu seakan tuli dengan tangis kecewa Taehyun. Taehyun tidak akan bisa meraih keindahan hidupnya. Beomgyu tidak akan mau merusak sesuatu yang indah. Seberapa pun Beomgyu melangkah maju, keindahan itu akan terus tertutup dengan hitam hidupnya. Ia lebih merelakan kehidupan indah untuk ditinggal, dari pada harus sia sia karena dirinya. Karena keindahan hidupnya itu adalah Taehyun.
.
.
END
.
.
Sedang menghindar dari konflik cerita sebelah ><
Semoga feelnya ketemu :(
I❤Bamgyu :")
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top