9 | Aku Sayang, Ibu


"Tuhan selalu punya cara untuk menunjukkan kasih sayang kepada hamba-Nya. Entah dengan cara yang kita suka ataupun jalan yang tidak pernah kita duga."

***

Geara tidak berhenti menangis. Bahkan, meskipun Rizam dan Bu Ode sudah berusaha menenangkannya. Baru kali ini Rizam melihat gadis itu benar-benar putus asa. Luka, kesedihan, rasa kecewa, bahkan penyesalan tergambar jelas di kedua manik matanya yang hitam. Hidungnya bahkan sudah memerah dan berair. Rizam mengusap punggungnya pelan, berharap apa yang dia lakukan bisa sedikit menenangkan gadis itu.

"Gea lo jangan nangis dulu. Gua juga udah minta bantuan sama Bang Oka bahkan Mama untuk cari informasi soal mobil yang bawa Nyokap lo. Lo jangan khawatir, semuanya pasti baik-baik aja. Percaya sama gua."

"Tapi kita udah berusaha cari Ibu ke mana pun. Ibu enggak ketemu juga, Zam. Gimana kalau dia benar-benar ninggalin aku? Gimana, Zam? Aku enggak punya siapa-siapa lagi, aku sendirian sekarang." Rizam menarik Geara ke dalam pelukannya.

"Lo enggak sendirian. Lo punya gua, bahkan ada Tante Ode dan anak-anak panti yang pasti sayang juga sama lo." Bu Ode mengangguk dan mengusap punggung Geara. Wanita itu seakan ikut terluka melihat Geara yang tampak putus asa.

Geara tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Sejak sekitar satu jam yang lalu ia mengabari Rizam tentang ibunya yang pergi meninggalkannya. Hingga akhirnya Rizam membantu Geara untuk mencari ibunya. Saat ini mereka sudah ada di Panti Sarang Cinta bersama Bu Ode yang juga ikut merasa khawatir.

Saat Geara masih menangis dalam pelukan Rizam, tiba-tiba ponselnya berdering menampilkan nama seseorang yang begitu dikenalnya. Geara merasa senang. Dengan cepat ia menjawab panggilan yang tertera pada layar ponselnya.

"Halo, Ma? Mama ada di mana? Gea nyari Mama sejak tadi---"

"Maaf, apa ini benar keluarga Bu Mona?"

Suara berat dari seorang lelaki yang tidak Geara kenal membuat Geara mengerutkan keningnya. Siapa orang ini?

"Iya, saya Geara anak dari Ibu Mona, Pak. Kenapa?"

"Ibu kamu sedang tidak sadarkan diri di rumah sakit. Jadi, tolong segera kemari."

"Ibu saya kenapa? Ibu saya ada di rumah sakit mana?"

"Renjana Hospital. Nanti akan kami jelaskan di rumah sakit, Dik."

Setelah orang itu menyebutkan alamat rumah sakitnya Geara langsung memutuskan sambungan teleponnya. Ia benar-benar panik dan ketakutan. Apa yang terjadi dengan ibunya? Ia harap wanita itu baik-baik saja.

"Zam, ayo antar aku ke rumah sakit!" Lelaki itu tidak banyak bertanya. Percakapan Geara dengan seseorang di telepon sudah cukup menjelaskan kekhawatiran Geara.

"Tante, kita pergi dulu, ya." Rizam dan Geara berpamitan pada Bu Ode. Mereka lalu berlari menuju motor Rizam dan segera pergi ke rumah sakit.

***

Geara berlari menyusuri koridor yang didominasi oleh warna putih itu. Beberapa kali ia hampir menabrak orang dan petugas rumah sakit saking paniknya. Ia dan Rizam terus berlari mencari ruangan yang disebutkan oleh resepsionis rumah sakit. Tidak ada yang dia pikirkan selain keadaan ibunya. Apa yang terjadi padanya? Dan apakah dia baik-baik saja? Geara terus merapalkan doa dalam hati berharap ibunya akan baik-baik saja dan apa yang dia takutnya tidak akan pernah terjadi. Bulir-bulir bening sudah mengalir makin deras membasahi pipinya yang putih dan mulus. Sesekali Geara mengusap air matanya meskipun usahanya sia-sia dan percuma. Air mata itu terus mengalir dengan deras.

Hingga akhirnya langkah mereka terhenti di depan sebuah ruangan dengan pintu yang tertutup rapat. Geara baru saja berniat untuk membuka pintu dan masuk ke ruangan itu. Namun, seorang dokter tiba-tiba keluar dan membuat gadis itu  mengurungkan niatnya.

Sang dokter menatap Geara dan Rizam secara bergantian. Hingga akhirnya ia menghela napas dan berkata, "Kamu keluarga pasien?"

"Iya, Dok. Saya Geara anak Bu Mona. Ibu saya kenapa, Dokter? Bagaimana dia bisa ada di rumah sakit?"

"Seorang lelaki membawa Ibu kamu kemari. Tadi dia ada di depan ruangan ini, sekarang saya tidak tahu dia ada di mana." Geara tersentak mendengar apa yang dikatakan dokter itu. Bagaimana bisa ibunya ditinggalkan sendirian saat kondisinya sedang seperti ini? Ingin rasanya Geara marah dan memaki orang itu. Lelaki itu pasti orang yang sama dengan lelaki yang bertemu dengannya di depan kafe dan membawa ibunya tadi. Dia sudah merebut ibunya dari Geara dan membuat wanita itu berakhir hampir meninggalkan Geara. Namun, sekarang lelaki itu malah meninggalkan ibunya sendirian.

"Saya ingin bertanya sesuatu. Apa kamu sering melihat ibumu mengeluh kesakitan di bagian dadanya? Atau melihat ibumu seringkali merasakan sesak?"

Geara mengangguk. "Cukup sering, Dok. Saya sering membujuk Ibu untuk pergi ke rumah sakit, tapi dia selalu menolak. Apa yang terjadi dengan Ibu saya, Dok?"

Dokter itu mengangguk-angguk seolah mulai memahami kondisi pasiennya. "Ibu kamu sering merokok atau mengonsumsi alkohol?"

"Cukup sering, Dok. Ibu akan melakukan itu jika dia sedang mengalami stress berat atau ada masalah. Saya sering melarang bahkan membuang barang-barang itu. Tapi itu tidak membuat Ibu berhenti."

"Sudah saya duga. Merokok dapat membuat bahan kimia di dalamnya melekat pada dinding arteri. Kondisi ini membuat sistem arteri yang membawa darah menuju jantung tersumbat hingga akhirnya menyebabkan serangan jantung. Beruntung kondisi Ibu kamu masih bisa teratasi, tetapi bisa saja suatu saat kondisi ibumu makin buruk jika ia tidak menjaga kesehatan jantungnya," tutur sang dokter memberi penjelasan.

"Tolong perhatikan kesehatannya dan buat dia berhenti untuk melakukan kebiasaan buruk seperti yang kamu katakan."

Geara mengangguk dan ia bernapas sedikit lega. Ia sudah cukup ketakutan akan kondisi ibunya. Ia tidak akan sanggup jika harus kehilangan satu-satunya orang yang dia cintai dan sayangi.

Setelah mengizinkan Geara untuk melihat ibunya, dokter tersebut pergi meninggalkan Geara dan Rizam.

Perlahan Geara membuka pintu ruangan dan bisa ia lihat seorang wanita dengan pakaian khas pasien rumah sakit sedang terbaring lemah dilengkapi selang infus yang melekat di tubuhnya. Geara berjalan mendekati brankar ibunya. Perlahan ia menyentuh tangan wanita itu yang tentu saja tidak sadarkan diri. Wajahnya yang pucat dan tak berdaya, tidak ada aura kebencian atau kemarahan yang terpancar di wajahnya. Hanya ada wajah wanita biasa layaknya manusia lemah yang tidak berdaya. Geara mengecup kening wanita itu dengan penuh kasih sayang.

"Makasih, untuk tetap baik-baik aja, Bu. Jangan pernah ninggalin, Gea lagi." Meskipun tidak ada jawaban Geara tetap mengatakannya. Ia tahu mungkin ibunya bisa mendengar dan merasakan kasih sayangnya.

Entah kenapa hati Rizam sangat tersentuh melihat perlakuan Geara pada ibunya. Jika ia yang berada di posisi itu belum tentu hatinya bisa sebesar Geara. Rizam mengusap punggung gadis itu pelan.

"Gua udah bilang, 'kan? Semuanya akan baik-baik aja. Tuhan sayang sama lo, Gea. Buktinya dia buat Ibu lo kembali meskipun dengan cara yang sedikit membuat kita takut dan khawatir."

Geara dengan tiba-tiba memeluk Rizam dan membuat lelaki itu sontak terkejut dengan perlakuannya yang tiba-tiba. Namun, Rizam tidak menolak. Ia mengelus rambut gadis itu pelan.

***

Sukabumi, 15 Juni 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top