3. Rookie Sembilan Berkumpul
Cold Heart
Story © zhaErza
Naruto © Masashi Kishimoto
.
.
.
Chapter 3
Rookie Sembilan Berkumpul
.
.
.
Misi para angkatan rookie sembilan telah usai dilaksanakan pekan ini, beberapa dari mereka ada yang langsung berencana menuju tempat pemandian umum guna untuk membersihkan dan menenangkan diri. Sebagian lagi pulang mengisi perut karena sudah lapar, sementara itu Sakura, Naruto dan Sai yang kali ini mendapatkan misi satu tim telah sepakat memutuskan untuk kembali ke rumah. Mungkin bagi Naruto dan Sai yang telah menikah akan melepas kagen kepada istri tercinta.
Seperti yang ia duga, hari ini cukup lenggang di pemandian air panas. Hanya ada dirinya dan Tenten, gadis itu mengobrol tentang misi mereka yang tiada henti karena sang Sensei menolak beristirahat saat perjalanan pulang, sebab ingin memecahkan rekor untuk kesekian kalinya dan parahnya Lee pun setuju. Tentu ketidaksetujuan Tenten sama sekali tidak digubris, apalagi Neji bukanlah orang yang mau berepot untuk membahas hal konyol seperti ini.
"Haaah, aku merasa lega karena air hangat sangat baik untuk kesehatan. Akhirnya, setelah perjalanan melelahkan."
Gadis berambut merah muda tertawa kecil, Tenten memang dikelilingi oleh orang enerjik, tidak hanya salah satu rekan, sensei gadis bercepol dua itu pun sangat-sangat mencintai semangat masa muda.
Uap panas mengepul ke seluruh wajah, Sakura menghela napas dan memejamkan mata, terdiam sejenak, kemudian mendengar Tenten mendesah karena sekarang tidak seramai dahulu.
"Semenjak Hinata dan Ino menikah, mereka jarang berkumpul bersama kita."
"Tenten-san, tentu saja mereka lebih memilih untuk bersama keluarga baru." Sakura tersenyum tulus, mengingat perjuangan cinta Hinata yang sudah menyukai Naruto sejak masih kecil, tidak jauh dari kisah cintanya. Hanya saja ....
Mencoba mengalihkan pikiran, Sakura mengubah atensi dengan menatap Tenten yang tiba-tiba menyeletuk, dan berpikir untuk kembali mengajak para rekan perempuan berkumpul bersama. Itu adalah ide yang bagus mengingat mereka sudah sangat jarang pergi bersama dan membicarakan banyak hal.
"Kita juga undang Temari."
Setelah selesai berendam, Sakura pun memberitahu Temari dan Ino, sedangkan Tenten memberitahu Hinata. Sakura agak tercengang karena ternyata sahabat kuningnya itu telah lebih dahulu menerima undangan Lee, yang mengajak seluruh Rookie sembilan untuk berkumpul bersama di rumah lelaki itu. Tidak mau hal ini terjadi, Sakura menarik tangan Ino dan membawa wanita itu agak menjauh dari Sai yang duduk di sofa dan tersenyum menatapnya.
"Kau kenapa, Jelek?"
Memutar bola mata, Sakura tidak mau repot-repot untuk melawani Sai yang mulutnya sejak dahulu memang sudah tidak bisa diatur.
"Ada apa, Sakura?"
"Tidak bisa dibiarkan, aku dan Tenten-san telah membuat acara untuk para Kunoichi di YakiniQ. Itu pasti lebih menyenangkan karena kita akan membahas banyak hal untuk sesama wanita." Sakura mengernyitkan alis, dahinya yang tertutup poni miring pun berkerut.
Bersidekap, Ino menggelengkan kepala karena tidak mungkin ia membatalkan janji kepada Lee, apalagi Sai juga telah setuju. Sakura pun memelas, bola matanya tiba-tiba membesar dan berkaca-kaca. Kini gadis itu seperti anak kucing yang tersesat, tetapi sungguh hal itu tidak akan berpengaruh terhadap Yamanaka Ino.
"Kau tega, Pig," bisik Sakura pilu.
Merotasikan bola mata aquapearlnya, Ino pun mengatakan kalau Sakura juga diundang, dan Lee sudah merencanakan hal ini sejak jauh hari. Untuk perkumpulan para Kunoichi, mereka bisa melakukannya lain waktu karena para wanita memang lebih sedikit jumlahnya dari para lelaki rookie sembilan. Dan akan cukup sulit mencari waktu yang pas dan bebas dari misi.
Menghela napas, Sakura pun menganggukkan kepala murung. Jam delapan nanti Sakura akan pergi bersama Ino menuju rumah Lee, tetapi sebelum itu ia harus menyampaikan kabar tidak mengenakan ini kepada Tenten, si gadis pasti akan kecewa karena hal ini. Berpamit diri, Sakura pun melangkah dan mencari rekan dari Hyuuga Neji. Menuju kediaman Souke Hyuuga karena Tenten akan menemui Hinata, maka Sakura mendaratkan tapaknya di distri kediaman kelas atas.
Menatap sekeliling, tempat ini benar-benar hanya dipenuhi oleh kalangan Hyuuga berambut kelam dan bermata perak, beberapa ada yang amnesty seperti Hinata. Mungkin, sekarang yang berbeda hanyalah Naruto. Sakura menyeringai, ia tidak bisa membayangkan bagaimana mencoloknya sahabatnya itu ketika dikumpulkan di antara para Hyuuga.
Sang Gadis musim semi sama sekali tidak menyadari karena khayalnya, bahwa ia tengah diperhatikan Hyuuga Neji yang baru saja datang dari arah persimpangan di dekat kediaman Hinata. Alis hitam lelaki itu terangkat karena menatap Sakura sedang tersenyum dan kadang-kadang terkikik sendiri, tetapi pandangan mata hijau itu seperti menerawang.
"Sakura?" tubuh gadis itu tersentak, ketika mendengar suara Neji dan sosok lelaki itu yang berada di samping tubuhnya.
"Ah, Neji-san. Kukira siapa, huhh." Telapak tangan Sakura mengelus dada, merasa lega telah lepas dari keterkejutannya.
"Aku rasa kau nyaris menabrak gerbang?"
"Eh?" kelopak mata sang Gadis mengedip, ia melihat gerbang bertulis Hyuuga di atas tiang nyaris setengah meter di depannya. Jika bukan karena Neji yang menyadarkan Sakura dari lamunan, sudahlah pasti ia menabrak gerbang.
Gadis itu menyengir dengan alis mata yang mengerut, menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal.
"Aku hanya sedang memikirkan orang-orang Hyuuga yang berciri fisik nyaris sama. Lalu membandingkannya dengan Naruto. Itu pasti terlihat sangat mencolok, bukan?" Sakura tertawa, kemudian ia terdiam karena mengingat tujuannya ke tempat kediaman Souke. "Ah, Neji-san, apa kau melihat Tenten-san? Dia bilang akan ke sini menjumpai Hinata, aku hanya ingin menyampaikan sesuatu kepadanya."
Lelaki itu mengeleng, mengatakan kepada Sakura bahwa dirinya juga baru tiba di kediaman Souke.
"Mungkin Tenten masih berada di dalam bersama Hinata-sama." Jelas sang Lelaki. Gadis itu pun mengangguk-angguk, kemudian Neji menyarankan agar Sakura mengikutinya saja karena dia juga akan menjumpai Hiashi.
Benar seperti tebakan Neji, bahwa sekarang Tenten masih bersama Hinata dan sedang mengobrol, Hiashi yang ada tidak jauh dari Hinata dan sedang berbicara dengan salah Tetua Hyuuga di halaman sambil berdiri, pun melihat kedatangan Neji dan Sakura. Lelaki itu lalu menyerukan agar Sakura bergabung bersama Hinata, Tenten dan Naruto saja yang sedang asik duduk sambil minum teh di gazebo, sedang sang dirinya akan menemui dua orang berpengaru di Klan Hyuuga.
"Ah, tidak apa-apa. Aku benar-benar berterimakasih, Neji-san." Sakura mengangkat tangannya dan melambai, sementara lelaki itu menganggukkan kepala.
"Tidak seberapa dibandingkan bantuanmu, bukan?" lelaki itu bersmirk ria, dan membalikkan tubuh.
Mendengar hal itu, lantas saja Sakura tersenyum sambil menggelengkan kepala. Padahal Neji dahulu sudah berepot-repot sampai meberikannya oleh-oleh. Sakura lalu menatap teman-temannya, di sana mereka sedang bercanda riang, Naruto bahkan tertawa lebar sambil sesekali punggungnya dielus tangan Hinata kerana terbatuk-batuk.
"Hai, semuanya."
"Ah, Sakura-chan, kau ada di sini, kebetulan sekali bersamaan dengan Tenten." Naruto melambaikan tangan dengan cengiran lebar, lelaki satu ini sama sekali tidak berubah walau sudah menikah dan hidup berasama dengan orang-orang bertampang kaku khas Hyuuga. Untungnya Hinata tidak sedemikian, wajah wanita itu teramat anggun.
"Iya, soalnya memang ada keperluan dengan Tenten-san dan Hinata. Ini urusan wanita, jadi menyingkirlah dulu, Naruto."
Laki-laki maniak ramen itu cemberut, dan mengatakan dengan cibiran bahwa Sakura kejam. Mendengar hal itu, Sakura mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum.
"Bagaimana kalau kau bergabung dengan para pria," ucap Sakura sambil menunjukkan dagunya kepada Neji, Hiashi dan kakeknya Hinata. Tentu saja mengetahui hal itu membuat ekspresi Naruto menjadi tak tenang.
"Baiklah, mending aku menyingkir dari para wanita. Makan ramen saja." Lelaki itu mengangkat kedua tangan dan menaruhnya santai di atas kepala, pakaian oranye yang dipakai membuat Naruto satu-satunya yang mencolok dan terang dibanding Hyuuga yang cenderung suka warna gelap atau lembut.
Hinata dan Sakura tersenyum, sementara itu Tenten terkekeh melihat aksi Naruto yang masih agak sungkan untuk bergabung dengan ayah mertua dan kakek mertuanya.
Dan seperti pemikiran Sakura, bahwa Tenten juga telah mengetahui tentang Lee yang telah mengundang rookie sembilan terlebih dahulu. Alhasi, mereka pun membatalkan acara kumpul para Kunoichi karena akan menghadiri undangan dari Rock Lee. Pukul delapan malam mereka akan datang ke rumah lelaki serba hijau itu.
.
.
.
Seperti yang sudah dijanjikan, pukul delapan kurang lima belas menit Sakura, Sai dan Ino pergi menuju rumah Rock Lee. Sebelumnya mereka telah lebih dahulu mengisi perut karena mungkin nantinya sang Monster Hijau Konoha akan menyajikan camilan saja untuk menemani kehadiran mereka. Mereka telah berjalan sekitar sepuluh menit, dan sampailah di rumah lelaki yang mengundang. Di depan pintu sudah ada rekan lainnya, Shikamaru dan Temari, wanita itu terlihat melambaikan tangan ketika mereka sudah mendekat. Chouji yang sedang memakan keripik kentang, Tenten, Neji dan Hinata juga Naruto, tak lupa Kiba, Akamaru dan Shino. Sebelum memasuki pintu, tiba-tiba Sakura terbelalak.
"Ah, gawat. Aku belum menyampaikan bahwa laporan medis ada tertumpuk di mejaku. Pasti Senpai kebingungan, Lee-san, aku harus kembali ke rumah sakit sebentar, maaf tapi aku janji akan cepat menyelesaikannya."
Gadis itu langsung pergi, menggunakan cakranya dan melompati atap gedung, membuat Ino mengelengkan kepala, Sakura sepertinya agak lelah karena berurusan dengan laporan medis, maka dari itu si gadis musim semi melupakan hal sepenting itu.
"Dasar, Sakura. Dia pasti tadi terburu-buru." Ino menyimpulkan dan mereka pun melangkah masuk karen Lee sudah mempersilakan.
Tidak jauh berbeda seperti kamar Naruto ketika lelaki itu masih lajang, begitulah suasana kamar Lee, hanya saja ruangan ini cukup rapi, meski penuh dengan alat kebugaran. Mereka duduk di lantai beralas tatami, di atas bantalan yang disediakan. Meja bundar menjadi tempat mereka disuguhi minuman dan juga camilan. Para Kunoichi membantu Lee menyuguhkan hidangan, dan lelaki masih asik bernostalgia dan menceritakan banyak kejadian ketika mereka masih Genin maupun Chunin.
Duduk berlingkar, Dari Lee, Tenten, Neji, Ino, Temari, Sai, Chouji, Shikamaru, Naruto, Hinata, Kiba, Shino dan Akamaru yang duduk di agak ke belakang dan sedang tertidur.
"Tapi, bagiku pertarungan yang paling luar biasa ketika ujian Chunin pertama adalah Naruto-kun vs Neji, sampai sekarang aku tidak percaya bahwa Neji terkalahkan." Lelaki yang disebut-sebutkan namanya oleh Lee pun mendengus dan memejamkan mata. Sementara itu Naruto tertawa lebar, mengatakan kemenangannya karena keberuntungan.
"Sayangnya pertarunganku dengan Sakura malah seri," keluh Ino. Sai yang tidak mengetahui hal itu pun beratanya kenapa Sakura bisa sampai kalah, padahal gadis itu begitu mengerikan dan jelek.
"Hei, Sai. Kau beruntung Sakura-chan tidak ada di sini, dia bisa menghajarmu kalau mendengarnya." Naruto memakan hidangan cup ramennya, di sampingnya Hinata terheran karena lelaki berambut kuning itu masih bisa makan padahal baru saja bersantap malam bersamanya.
Tersenyum, Sai mengataka bahwa dia tidak masalah dengan semua itu.
"Asal kau tahu, Sakura dulu tidak sekuat sekarang dan aku nyaris saja memang karena sudah menggunakan Jurus Penukar Jiwa. Namun, si Jidat bisa mencampakkan jiwaku kembali hingga tubuh Sakura kembali bisa dikendalikannya. Aku sampai terheran saat itu." Ino mengerutkan alis, pasalnya sedikit lagi pasti ia akan menang.
Naruto mengambil sodanya dan kemudian berbicara, "Kakashi Sensei bilang, Sakura-chan itu memiliki kemampuan unik untuk menghalau genjutsu."
"Benar, ingat ketika peristiwa si Alien menculik Hinata, saat itu kami semua terkena genjutsu dan Sakura lah yang pertama kali bisa sadar." Sai menjelaskan, tidak peduli bahwa dia telah menyebut Toneri 'Alien'.
"Saat penyerangan desa Suna dan Oto, seluruh orang yang menonton ujian Chunin semi final pun terkena genjutsu, tetapi Sakura bisa sadar dan dia mengetahui kalau aku pura-pura pingsan, haaah, mendokusai na."
Ino memutar bola matanya ketika medengar cerita Shikamaru, apa-apaan itu. Si lelaki berambut nanas masih sempat pura-pura pingsan padahal situasi sedang sangat mendesak. Jangan bilang si pemalas itu lebih memilih tidur daripada berperang sebagai shinobi.
Setelah berbicara cukup lama tentang era genin dan chunin, Sakura pun datang dan meminta maaf kepada Lee, gadis itu pun memberikan sebuah camilan untuk pengampunan dari rasa bersalahnya. Ino menyerukan nama Sakura, dan menyuruh gadis itu untuk duduk di dekatnya. Jadilah mereka menggeser tubuh dan mengambil bantalan untuk Sakura, gadis itu duduk di samping Ino dan Neji.
"Aku benar-benar minta maaf semuanya," ucap gadis itu, Hinata yang paling dekat dengan meja untuk menaruh pesediaan minuman dan makanan pun mengambilkan untuk Sakura. "Terimakasih, Hinata."
Acara belanjut, mereka bermain kartu, tebak-tebakan, hingga bercerita bersambung. Dan kali ini, Sai mengambil botol bekas limun, sedangkan Kiba membawa beberapa botol sake lengkap dengan cawan-cawan kecil. Mereka semua tahu apa artinya ini, dan Sakura mengerutkan alis karena dia tidak suka bermabuk-mabukan.
Meja dibersihkan dari sisa-sisa gelas kosong dan juga camilan, mereka saling membantu dan ketika semuanya telah beres, maka botol kaca itu ditaruh di tengah-tengah meja.
"Teman-teman, sebaiknya jangan pake sake, tidak baik untuk kesehatan jika terlalu berlebihan."
Dari arah samping Hinata, Kiba menyeletuk bahwa tidak masalah karena ini hanya sesekali, dirinya tahu bahwa Sakura adalah iryounin, tetapi walau begitu tetap saja setiap orang harus bersenang-senang.
"Itu benar, Jidat. Santai saja, kecuali kalau ini adalah hari sialmu hahahah."
Mengerutkan alis, sekarang Sakura menarik pipi Ino.
"Kau sebenarnya memihak siapa, Ino Babi!"
Mereka pun memulainya, memutar botol ketika semuanya telah setuju, para rookie sembilan pun terlihat menahan napas, ada yang menjambak rambut, dan ada pula yang tidak peduli karena sibuk memakan keripik, atau menguap lebar. Peraturan telah ditetapkan, yang tertunjuk botol maka dia akan memberikan pertanyaan kepada orang secara acak, dan jika orang tersebut bisa menjawab maka sipenanya yang akan meminum secawan sake, jika tidak maka sebaliknya.
Peraturan yang berbeda dari biasanya, tetapi di sinilah letak keseruannya, mereka akan serba salah karena bisa saja terjebak karena permainan kali ini bagai dua mata pisau.
Botol melambat, dan kali ini Temari yang tertunjuk, semuanya bersorak, minus lelaki yang berpenampilan malas berekspresi.
"Langsung saja, Temari, siapa yang kau pilih?" Ino bersuara, gadis itu tersenyum lebar dan teramat mencurigakan di wajah Sakura.
"Ah, baiklah. Kalau begitu aku memilih ... Sakura." seperti dugaannya, mereka sengaja, ya?
Mendecak, Sakura pun memutar bola matanya, mengarahkan wajah menghadap Temari yang duduk di sebelah Ino.
"Jangan bertanya yang aneh-aneh, Temari."
"Tidak bisa seperti itu, Jelek. Kau harus sportif."
"Diam kau, Sai. Mau kuhajar?"
"Sudahlah, sebaiknya kita dengarkan pertanyaan Temari-san." Hinata melerai, tidak ingin Sakura sampai naik pitam sampai benar-benar menghajar Sai.
"Pertanyaanku, kenapa sampai sekarang kau belum bisa membuka hati?" Temari berwajah serius. Oh, Tuhan apa ini adalah investigasi perjalanan cintanya?
Tentu saja Sakura tidak menerima hal itu, dan ia pun menolak menjawab.
"Temari, pertanyaanmu tidak ada yang lain. Aku tidak menjawab pertanyaan pribadi!"
Sekali lagi, Sai mengatakan harus sportif dan dihadiahi lemparan tutup limun oleh Sakura.
"Ayo, kau bisa menjawab dan Temari yang meminum sake atau menolak dan kau yang meminumnya."
Bibir Sakura mencebik, dia memelototi Ino. Dalam hati mengumpat karena sosok Ino benar-benar bagai serigala.
"Suka-suka aku, memangnya kenapa?" gadis itu bersidekap.
"Apa-apaan kau Sakura? jawaban macam apa itu?" Kiba tidak terima, jawaban seperti ini tidak bisa ditolelir. Sementara gadis merah muda mengatakan yang penting menjawab.
"Itu benar, Sakura. Tidak adil jika menjawabnya malas-malasan." Tenten mengatakan apa yang dipikirkannya. Lagi pula, ia juga cukup penasaran apakah gadis itu masih menyimpan rasa sebegitu besar kepada sosok lelaki yang telah tiada.
Tidak bisa menghindar lagi, Sakura pun mengembuskan napasnya.
"Baiklah! Baiklah, maafkan aku. Aku akan sportif," ucapnya kemudian dan mengambil satu cawan yang memang sudah diisi sake, gadis berambut merah muda itu langsung menenggaknya hingga tandas.
Suara cawan keramik yang beradu dengan meja kayu membuat semua orang terdiam.
"Puas, kau, Pig." Dengusan dihadiahi Sakura di wajah si wanita berambut pirang. Ino hanya tertawa karena dia sudah memperkirakan kalau Sakura akan melakukan hal ini, di dalam hati wanita Yamanaka itu meringis khawatir, sahabatnya belum juga bisa melupakan lelaki yang dicintainya bahkan telah lima tahun berlalu semenjak kematian Uchiha Sasuke.
Berberapa orang berseru, kemudian bertepuk tangan, sementara itu Temari menyeringai sambil meminta maaf kepada gadis merah muda di sebelah Ino, Sakura hanya mengendikkan bahu dan dengan bersemangat mengatakan bahwa mereka harus memutar botolnya dan akan membalaskan dendam ini kepada Ino dan Temari.
"Hei, yang bertanya itu Temari, kenapa kau bawa-bawa namaku, Jidat."
"Pokoknya aku juga dendam kepadamu."
Satu jam berlangsung, yang terlebih dahulu tumbang karena pengaruh sake adalah Naruto, padahal lelaki itu baru meminum tiga cawan, selebihnya yang masih bertahan pun melakukannya, Sakura masih semangat walau kepalanya mulai terasa pusing, mungkin pengarus alkohol membuat adrenalinnya meningkat. Ia belum juga mendapatkan kesempatan untuk membalaskan dendam kepada Ino.
Dan gilirannya pun tiba.
"INO! AKU AKAN BERTANYA KEPADA INO!" seru Sakura lantang berteriak, gadis itu benar-benar sudah mabuk.
"AHAHAHAH Jidat, coba saja kalau kau tidak menyesal!" ok, seharusnya permainan ini dihentikan, tetapi mereka yakin jika di antara para gadis belum ada yang tumbang, pasti mereka tidak berhenti.
"Baiklah, hmmm ... biar kupikrkan, AH! APA SAJA YANG KAULAKUKAN SAAT BERCINTA DENGAN SAI?" kemudian Sakura tertawa mengerikan, Hinata—satu-satunya yang terbebas dari alkohol pun membelalakkan matanya dengan wajah memerah luar biasa, sementara itu Sai hanya tertawa kecil seolah itu adalah hal lumrah. Berbeda dengan Lee yang sekarang menjatuhkan tubuh ke lantai karena mendengar ucapan Ino yang sama sekali tidak difilter, membuat Neji mengerutkan alis dan menggelengkan kepala.
Shikamaru menguap bosa, di sampingnya Choji masih asik memakan kripik kedelapan, sedang Temari ikut tertawa kuat saat Sakura harus kembali meminum sake entah keberapanya.
Botol kembali di putar, tidak disangka sekarang giliran Ino tiba setelah satu jam lebih dirinya tidak mendapatkan giliran, tentu saja dia langsung menunjuk Sakura dan gadis itu mengerang kuat. Pertanyaan kali ini pun tidak main-main karena Ino langsung bebicara dalam keadaan mabuk dan menyebut tentang percintaan Sakura.
"KENAPA KAU TIDAK BISA MOVE ON DARI SASUKE-KUN YANG SUDAH MENINGGAL DUNIA, JIDAT BODOH?" mendengar hal itu, membuat Sakura mengerutkan alis, gadis itu kemudian menggelengkan kepala.
"Tidak! Aku tidak mau move on dari Sasuke-kun. Aku akan tetap tetap tetap mencintainya!"
Ino yang sudah menaruh wajah di atas meja pun mengangkat wajah dan terbelalak, mengatakan kalau lelaki itu telah mati dan Sakura harus meneruskan hidup. Ino yang berada di samping gadis itu pun membuat Sakura mengesampingkan tubuh berlawanan dengan Ino agar tidak melihat wajah sahabatnya.
"Aku tidak ingin Sasuke-kun mati, Naruto, Kakashi Sensei!" Sakura menangis, menyergab Neji yang ada di depannya sekarang dan memeluk erat lelaki itu, sehingga membuat Neji langsung kelabakan karena ulah Sakura.
Lelaki itu membelalakkan mata, wajah Sakura berada di dadanya dan sedang menangis kuat, ia pun bersuara dan memanggil nama gadis itu, tetapi tidak disaut. Sakura masih menangis, bahunya bergetar, seguk gadis itu membuat orang-orang bisa merasakan kesedihan yang selama ini dipendam Sakura. Di sampingnya, Ino pun mulai berkaca-kaca dan meneteskan air mata, sementara Temari memeluk Ino dan menenangkan gadis pirang itu. Hinata berkaca-kaca, ia pun berjalan mendekati Neji dan Sakura, berinisiatif mengelus punggung gadis merah muda yang bergetar karena tahu Neji tidak akan sembarangan menggerakkan tangannya.
Bola mata perak menatap Hinata, wanita Uzumaki itu tersenyum.
"Tidak apa, biarkan dulu, Neji-niisan. Sakura-chan, terlalu lama memendam kesedihannya."
"Sasuke-kun, hiks."
Melihat hal itu, Naruto pun berkaca-kaca, mengingat janjinya untuk membawa Sasuke pulang tetapi tidak bisa ditepati karena lelaki Uchiha itu memilih untuk mati di dekapan Sakura.
"Sakura-chan, maafkan aku," berbisik, Naruto menyandarkan kepalanya di lipatan tangan di atas meja.
Suara Sakura tidak terdengar, hanya tinggal seguk-seguk kecil, dan Neji tahu sekarang Sakura mulai tertidur.
"Kita harus mengantarnya pulang, Neji-niisan."
Kelopak mata Sakura menyayu, gadis itu sudah tenang dan karena masih dipengaruhi alkohol, Sakura pun memejamkan matanya dan tertidur di dada Neji.
.
.
.
Bersambung
Erza Note:
Panjang kali anjeerr.
Silakan kasih vote dan komen. Di sini Sakura nangis kaya pas Sasuke minta maaf ke Sakura, hingga Sakura kesusahan ngomong dan bayangi juga suara Sakura pas manggil Sasuke kaya di scene Sakura dan Obito nyari Sasuke di dimensi Kaguya, dan di sana Sakura manggil Sasuke dengan suara kelelahan sebelum terjatuh karena mau pingsan. :")
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top