19. Ikatan

INFORMASI:

Jadi, ada rencana kalau nanti pengen bukuin Cold Heart, karena memang ada beberapa chapter yang belum dijelasin di awal dan tengah-tengah. Terus, niatnya nanti khusus epilog di versi buku, bakal Erza buat versi komik. Nah, tiap BAB dan scene tertentu yang sulit kalian bayangi interaksi NejiSaku bakal ada gambar sketsanya juga.

Erza lagi nyari artist yang style artnya Erza suka, udah ada sih beberapa orang untuk list jadiin komik dan untuk gambar beberapa scene.

Niat awalnya pengen koleksi pribadi sih, Selain Victim, Erza sayang banget sama Cold heart, makanya pengen punya dalam bentuk buku. Tapi Victim nanti kan ada komiknya heheh tapi versi original Chara.

Nah, Cold Heart harus tetap NejiSaku, dalam bentuk buku. Kalau ada tiga puluhan yang mau pesen buku Cold Heart, nanti Erza buat sekalian. Kalau enggak ada, untuk Erza sendiri aja. Soalnya Erza greget banget.

Masalah harga mungkin 100.000 lebih, karena ada komik sekalian kan ya di ending. Tapi, kalau yang gak mau ada gambar dan komik, nanti bisa versi tulisan aja epilognya. Mungkin harganya 85.000 atau lebih yang jelas dibawah 100 ribu.

Apakah ada yang berminat?

.

.

.

Cold Heart

Story © zhaErza

Naruto © Masashi Kishimoto

.

.

.

Chapter 19

Ikatan

.

.

.

Dalam bertugas jaga, Hinata dan Neji selalu bergantian dan tidak pernah berada di dalam satu tim yang sama, itu karena masing-masing dari yang bertugas membutuhkan kekkei genkai klan Hyuuga untuk mengawasi benteng di Desa Sunagakure. Dan tentu saja, ketika Neji pergi melaksanakan misi, maka sekarang waktunya bagi Hinata untuk beristirahat.

Penasaran dan juga khawatir dengan keadaan sepupu iparnya, Hinata pun berniat mengunjungi wanita berambut merah muda, yang baru saja dikabarkan tengah berada di laboratorium karena harus memeriksa laporan misi mengenai antidot yang dibuat oleh tim medis. Ketika memasuki ruangan itu, ia melihat beberapa teman wanitanya tengah berbincang. Pukul dua belas tengah hari, tentu digunakan para rekan untuk merihatkan diri sembari bersantap siang.

Mata sang wanita yang berbentuk unik dan menyerupai kolam mutiara pun menangkap teman-temannya yang tengah tersenyum dan melambaikan tangan. Ia mendekat dan bergabung bersama mereka.

"Hai, Hinata. Bagaimana keadaan di benteng tadi?" Ino terlihat antusias, dirinya juga merindukan sang Suami yang berada di sana, tidak seperti Hinata yang diizinkan kembali ke gedung Kazekage, Sai masih harus bertugas guna membicarakan beberapa hal bersama ketua tim mereka.

"Semuanya terkendali, rumor dari para Shinobi semakin tak sedap. Aku juga menjadi khawatir mengenai penyerangan besar yang akan dilancarkan kelompok Arashi." Wanita indigo itu menunjukkan raut serius, pasalnya mereka memang masih belum mendapatkan banyak petunjuk.

Sakura menghela napas, kalau seperti ini terus masyarakat pun akan ikut resah. Keadaan desa juga sedang siaga tiga, apalagi sekarang citra Kazekage Gaara juga akan semakin buruk saja karena tidak dapat membereskan kelompok pemberontak seperti itu. Memang dicurigai adanya orang dalam yang berperan sebagai otak dari kelompok itu membuat semuanya semakin rumit, sebab informasi mereka pun bisa jadi sudah bocor sampai ke tangan musuh.

"Perasaanku semakin tak enak saja dari hari ke hari, Kazekage-sama pasti kembali mendapatkan tekanan kerana permasalahan ini," timpal Matsuri yang juga duduk bersama mereka, gadis yang adalah shinobi Sunagakure itu begitu menghawatirkan keadaan kage mereka, apalagi beberapa kali Gaara pingsan karena terlalu memaksakan diri dalam permasalahan ini.

"Keadaan Gaara-kun juga sedang tidak baik, kalau begini terus tekanan darahnya bisa turun lagi. Matsuri-san, tolong kau peringati dirinya." Sakura tahu bahwa sahabat Naruto itu memang beberapa terlihat tidak sehat, dan dirinya pun sudah membuatkan pil vitamin untuk menunjang kesehatan Gaara.

Melihat Sakura yang berpikir tentang segala yang terjadi di Suna, apalagi wanita itu tengah mengandung, Hinata pun memperingati. Jangan sampai sepupu iparnya itu stres dan mempengaruhi si janin yang sedang berkembang. Di samping Sakura, Ino juga menimpali. Menyarankan agar mereka mengganti topik obrolan ini.

.

.

.

Sudah lebih dari dua minggu, tidak ada aktivitas teror yang terjadi di Suna karena kelompok pemberontak Arashi. Terlalu mencurigakan, sebab tiga orang dari anggota mereka telah tertangkap dan dibawa ke Suna. Mereka juga sedang berusaha untuk mencari jejak, di gurun yang begitu luas sangat sulit untuk menemukan keberadaan kelompok itu.

Bisa jadi, Arashi menggunakan semacam segel untuk menghalau byakugan agar tidak terdeteksi oleh kekkei genkai Klan Hyuuga, tetapi dengan jutsu lukisan hewan berupa tikus dan gagak milik Sai, pun tidak membuahkan hasil. Bahkan, beberapa kali Gaara ikut andil di dalam tim ini.

Maka dari itu, makin jelaslah kebenaran tentang penyerangan besar-besaran yang akan terjadi nantinya. Sebagai Kazekage, Gaara menyerukan kepada shinobi Suna untuk membentuk tim pertahanan yang akan dikerahkan secara tersembunyi di setiap sudut desa. Menambah pasukan penjagaan di benteng dan pintu keluar masuk desa.

Menghela napas, Gaara pun berencana untuk mendatangkan salah satu klan Yamanaka agar informasi dari tiga orang tahanan bisa dikorek dengan lebih dalam. Konoha memang lebih baik dalam pencarian data musuh dan buronan kelas berat yang berhasil di tangkap, apalagi dengan adanya klan Yamanaka yang memang tipe sensor dan memiliki jutsu membaca pikiran, meski dengan bantuan alat tertentu.

Mendengar ketukan pintu, Gaara pun menyerukan agar orang yang berada di luar untuk masuk. Sai menghadap, lelaki itu baru saja mendapatkan informasi dari lukisan hewan yang menemukan jejak musuh.

"Kazekage-sama, salah satu sarang musuh tidaklah begitu besar. Jaraknya cukup jauh dari Suna, tetapi mereka seperti memakai sesuatu untuk berpindah tempat secara masal. Saya mencurigai bahwa mereka memakai dan memodifikasi jurus Hirashin milik Hokage Kedua."

Dahi Gaara berkerut mengetahui fakta terbaru yang ditemukan oleh Sai, kemudian ia pun meminta lelaki berambut eboni itu untuk memberitahukan hal ini juga dengan Rokudaime dari Konoha, sebab bagaimanapun Hiraishin adalah jurus yang dibuat oleh Hokage kedua.

"Kalau begitu memang di waktu dekat ini, kemungkinan akan terjadi penyerangan. Mereka sudah cukup matang dalam beberapa hal. Dan tujuan mereka untuk saat ini memang hanya ingin membuat masyarakat dan petinggi semakin tidak memercayai kinerjaku sebagai Kage."

Setelah menghadap Kage Suna, Sai pun permisi karena harus kembali ke perbatasan dan juga ingin mengirimkan kabar kepada Konoha. Kemungkinan nanti Konoha akan campur tangan, mengingat pemberontak dari Suna sedang mengembangkan alat modifikasi atau kemungkinan segel jutsu yang berkaitan dengan jurus buatan Hokage Kedua.

.

.

.

Meski keadaan desa tengah dalam keadaan siaga tiga, para wanita lebih memilih mengganti topik ketika mereka rihat setelah selesai bekerja. Pasalnya, mereka khawatir Sakura akan memikirkan terlalu banyak masalah yang cukup berat ini, dan kondisi janin si merah muda bisa saja terganggu. Bagaimanapun, kehamilan Sakura baru saja berusia tiga bulan.

Telapak tangan Sakura terlihat mengelus perutnya beberapa kali, benar diirinya tidak boleh sampai ikutan stres karena pekerjaan dan permasalahan yang ditimbulkan kelompok pemberontak, apalagi sekarang ia hanya dipebolehkan bekerja di laboratorium selama kurang lebih dua atau tiga jam saja dan itu pun tidak dilakukan setiap hari. Ini semua karena ulah Neji yang meminta persetujuan dari Gaara dan Kakashi, bahkan waktu itu Kakashi nyaris mengeluarkan Sakura dari tim Neji. Kalau bukan karena Ino dan iryounin Suna membutuhkan bantuannya, pasti ia di sini hanya akan menjadi seorang istri yang mendampingi suami yang tengah bekerja.

"Tidak aku sangka, ternyata yang terlebih dahulu mengandung adalah Sakura-chan, ya." Hinata tersenyum, kemudian menggerakkan tangan dan mengelus perut istri dari kakak sepupunya. Kelihatannya ia pun menjadi menginginkan adanya sosok buah hati kelak di dalam rahimnya, dan entah kenapa wajahnya tiba-tiba saja memerah karena mengingat lelaki Uzumaki yang telah menjadi suaminya.

Tiba-tiba saja, Ino tertawa mencurigakan dan sekarang perasaan Sakura menjadi tidak mengenakkan.

"Apa kubilang, Neji memanglah laki-laki yang liar ketika di ranjang." Kontan saja wanita Yamanaka itu tertawa membahana, membuat tiga perempuan lainnya berwajah memerah mirip tomat yang siap untuk dipanen.

"Ino," geraman Sakura terdengar, dan sekarang Hinata dan Matsuri mencoba melerai kedua wanita yang merupakan rival sedari kecil. "Hentikan omonganmu yang terus-terusan membahas permasalahan ini, Ino Babi."

"Aku penasaran, berapa kali dalam seminggu kelian melakukannya? Berapa ronde hingga kau mengandung padahal baru empat bahkan belum sampai lima bulan menikah? Masih seumur jagung."

Ino masih cekikikan, sedang Sakura sudah seperti udang rebus saking memerahnya. Sepertinya ia harus menjahit mulut sahabatnya ini agar tidak sembarangan berbicara, apalagi Matsuri masih gadis perawan.

"Sudahlah, tidak ada habisnya pembicaraan mesummu ini. Sebaiknya kembali bekerja, aku juga ingin istirahat."

Berdiri, sekarang Sakura melangkahkan kakinya. Di belakang wanita itu, Hinata mengikuti lengkap dengan tawa Ino yang masih menghiasi pendengaran mereka. Menatap prihatin, Hinata tersenyum untuk menghibur Sakura yang tengah kesal, ia membelai pundak iparnya dan mengatakan bahwa Ino hanyalah bercanda.

Sakura menghela napasnya, ia memang tahu bagaimana watak sahabatnya itu, tetapi memang terkadang suka keterlaluan apalag ada Matsuri di sana.

"Aku akan menendang bokongnya." Sekarang baik Hinata dan Sakura pun tertawa bersama.

"Namun, memang tidak disangka, ya. Sakura-chan yang hamil terlebih dahulu."

Berpikir, Sakura menganggukkan kepalanya. Padalah kalau diingat-ingat, mereka sangat jarang melakukan hubungan suami istri, hanya empat kali kalau Sakura tidak salah. Saking marahnya karena Neji dan juga padatnya jadwal tugas dan misi mereka, ia jadi melupakan jadwal bulanan hingga dua kali berturut-turut. Barulah dua minggu sebelum dikabarkan mengandung, ia menyadari kondisi tubuhnya walau belum memeriksanya secara langsung. Dan tidak disangka, ternyata sebelum ia mengatakan kabar ini karena ia yang masih ingin merahasiakan kehamilannya, sebab belum merasa siap, Neji telah mengetahui semua itu terlebih dahulu.

"Aku begitu bersyukur, Hinata."

Mengandung memang membuat adanya ikatan batin antara si bayi dan orang tua, itu adalah bukti nyata yang tidak bisa disangkal dan ia memang telah merasakan sendiri. Bukan berarti ia telah jatuh cinta dengan Neji, tidak sesederhana itu, tetapi sungguh ia begitu sulit menjelaskan apa yang ia rasakan kepada suaminya sekarann.

Mungkin itu semua memang karena pengaruh kehamilan, tetapi ia yakin isi hatinya pun telah berubah. Ia bertanya-tanya, bagaimana jadinya jika sekarang ia tidak mengandung? Apakah hubungan mereka akan seperti ini, yang ia rasakan dan telah mendekati kata bahagia.

Ada kalanya ia berpikir, mungkin ini memanglah jalan yang telah ditentukan untuknya. Orang yang begitu ia cintai telah lama tiada, begitu lama hidupnya hampa, berusaha menyemangati diri demi orang tua dan teman-teman yang berharga. Dan tiba-tiba saja, tidak ada pertanda apa pun, keluarga Hyuuga berniat melamarnya? Ingin menjadikan Sakura sebagai istri dari sosok laki-laki yang tidak pernah disangka, Hyuuga Neji. Tentu saja saat itu Sakura tidak menerima, kalau bisa ia ingin menertawakan apa yang disampaikan kedua orang tuanya karena memang semua itu lebih mirip lelucon belaka.

Dan sekarang berdirilah ia di sini, sebagai istri dari Hyuuga Neji. Sosok lelaki itu tidak memiliki cinta pertama ataupun percintaan dengan gadis mana pun, lebih mudah menerima hubungan mereka, tetapi tidak dengan dirinya. Karakter Neji yang dingin dan tidak banyak berbicara, apalagi terbiasa memutuskan segala hal seorang diri, membuatnya semakin jengah saja.

Neji tidak seperti Sasuke, ia bisa menerima apa adanya Sasuke karena sejak dahulu ia telah mencintai lelaki Uchiha satu itu. Namun, berat baginya untuk menerima Neji dengan pernikahan karena perjodohan ini, bahkan Sakura sering skeptis dengan ikatan mereka dahulu. Tentu saja, dua orang yang sangat bertolak belakang, disatukan dengan ikatan pernikahan dan parahnya mereka tidak terlalu dekat bahkan sangat jarang berbicara.

Tidak seperti Naruto dan Hinata yang memang saling mencinta atau tidak seperti dirinya dan Sasuke yang telah dari lama saling memahami dan menyimpan isi hati.

Namun, kehadiran sosok yang tidak disangka, buah dari pernikahan mereka membuat semuanya berubah. Sakura memang mencoba membuka hati, keseriusan Neji untuk memperbaiki diri, dan perlakuan lembut yang hadiahi untuknya, membuatnya batinnya bergetar dan ia merasakan segalanya berupah karena perlahan rasa skeptis itu telah menghilang.

Sasuke-kun, sepertinya aku telah membagi hatiku tidak hanya untukmu. Sekarang menjadi tiga sama besar, kau, bayiku, dan suamiku.

Air mata Sakura mengalir, Hinata yang meletakkan teh di meja pun dibuat terkejut, menatap wajah wanita itu khawatir.

"Sakura-chan, apa kau baik-baik saja?"

Tersentak, Sakura pun menghapus air matanya dan tersenyum, menggelengkan kepala dan mengatakan bahwa ia hanya teringat masa lalu saja.

"Sebaiknya setelah ini kau istirahat, Sakura-chan."

"Iya, terimakasih tehnya, Hinata."

Setelah memastikan Sakura beristirahat, Hinata pun memutuskan kembali. Baru saja tiba di kamarnya, ia melihat tempat tidur dan menemukan Naruto yang sedang tertidur karena sama sepertinya Naruto baru saja selesai bertugas jaga. Wanita Uzumaki itu pun mendatangi, menatap wajah dengan tiga kumis khas seperti kucing di masing-masing pipi dan kemudian menggunakan tangannya untuk mengusap dahi Naruto yang agak berkeringat.

Ternyata, itu adalah air yang berasal dari rambut basah suaminya, lelaki itu masih saja ceroboh seperti dahulu, padahal ia selalu menasihati agar rambutnya dikeringkan terlebih dahulu.

Dalam hati, Hinata mengucapkan terimaksih. Bagaimanapun, berkat si lelaki berambut kuning terang inilah kakak sepupunya menjadi berubah begitu drastis. Dahulu Neji begitu membenci Souke apalagi dirinya, ia nyaris terbunuh karena pertarungan mereka diujian chunin dahulu. Saat itu, Neji dengan tanpa belas kasihan karena dirinya adalah keluarga, membuatnya babak belur hingga muntah darah. Sampai-sampai, pertarungan itu harus dihentikan oleh guru-guru mereka.

"Neji-niisan sekarang telah teramat berubah, itu semua berkat Naruto-kun yang menyadarkannya dahulu. Dan sekarang Neji-niisan sudah nyaris mendapatkan kesempurnaan hidup, seorang istri dan calon buah hati mereka. Naruto-kun benar-benar matahari bagi kami semua, terimakasih banyak."

Sebelah tangan Hinata yang menyentuh wajah Naruto tiba-tiba saja digenggam oleh tangan yang lebih besar, kontan saja sorot mata Hinata melebar mendapati kelopak mata lelaki berkulit tan itu terbuka.

"Aku ikut bahagia jika orang-orang yang kusayang bahagia," bisik laki-laki itu. "Begitu pula dengan orang yang kucintai." Ia tersenyum lebar dan menarik tangan Hinata sehingga wanita itu jatuh kepelukannya.

"Na-naruto-kun."

"Sebentar saja."

.

.

.

Pukul dua dini hari, ketika cuaca gurun tidak terlalu bersahabat karena badai mulai mengamuk, ketika bulan telah menghilang sepenuhnya dan tertutupi awan kelabu yang semakin banyak berkumpul. Dari balik bukit pasir, byakugan Neji mendeteksi sebuah ledakan cakra yang besar. Bom asap teramat banyak tiba-tiba tertiup menutupi benteng Suna, byakugan Neji tidak bisa mendeteksi karena pekatnya asap yang menutupi penglihatan.

Alis cokelat gelap itu berkerut dalam, bertanya-tanya bagaimana bisa hal ini terjadi. Keterlibatan orang dalam membuat kerugian berada di pihak mereka, seperti yang diperkirakan. Ratusan kunai beracun tiba-tiba melesat dan menyerang pasukan yang sedang berjaga, Neji menghalaunya dengan kaiten, putaran cakra itu membuat senjata musuh terpentalkan. Ia kemudian melompat ke belakang ketika menyadari Sai telah terbang dengan lukisan hewan, membawa dirinya ke tempat lebih tinggi guna melihat lebih jelas yang terjadi.

Para shinobi berelemen angin pun menggunakan kipas mereka untuk menghilangkan asap tebal, seketika mereka terbelalak ketika melihat banyaknya musuh yang berdatangan dan telah berada di depan mata. Dari mana mereka datang? Padahal tempat yang ditemukan segel hiraishin telah dihancurkan.

"Byakugan."

Neji membelalakkan mata, melihat pusat desa Suna telah mendapatkan serangan bahkan di tiap sudutnya? Asap dan serangan di benteng hanyalah pengalih bagi mereka, ia melihat rakyat yang diefakuasi. Gaara berdiri melayang dengan pasirnya dan melindungi warga untuk menuju jalur rahasia, ninja Konoha lainnya telah bergabung, sedang Naruto tengah membagi tubuhnya menjadi ratusan untuk membantu penyelamatan rakyat sipil.

Kalau begini, mereka memang bisa saja membereskan musuh, hanya saja bertarung di dalam desa benar-benar merugikan meraka sebab desa bisa rusak parah.

Ia harus bertindak cepat, melangkahkan kaki, Neji melopati gedung-gedung. Tiba-tiba, ia memngingat istrinya. Bagaimana dengan Sakura, ia harus memastikan keselamatan wanita itu.

Beberapa kilo dari gerebang desa, Sakura yang baru saja tertidur dan masih merasa lemas karena rasa mual yang kembali menghampiri, terbangun karena meraskan sengatan sakit di bagian lengannya. Membuka mata, ia melihat sosok Neji yang berdiri dan sedang melakukan sesuatu. Lebih jelas, Sakura mengedipkan kelopaknya, ia mendapati Neji tengah menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuhnya.

"Neji, apa ... yang kaulakukan?" ia berbisik, merasa pandangannya mulai berkunang.

Hyuuga satu itu tersenyum, kemudian menyelesaikan kegiatannya dan menggerakkan jari telunjuk ke dekat bibir, mengisyaratkan untuk jangan berisik.

Tubuh Sakura semakin lemah, ia merasa lelaki itu menarik tengkuknya dan membawa tubuhnya ke dalam gendongan, kemudian mereka keluar dari jendela.

"Neji, kau bukan ...." Sakura tidak lagi berbicara karena telah tidak sadarkan diri.

Dalam gemerlap ledakan dan kekacauan yang berlangsung, laki-laki itu tersenyum dengan membawa sosok wanita yang begitu berharga.

.

.

.

Bersambung

.

.

.

Erza note:

Karena udah siap diketik juga. Jadi up aja mengingat rasa terimaksih karena doa kalian saat Erza oprasi minggu lalu. 

Baca informasi yang di atas ya, mana tau minat heheh.



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top