14. Sunagakure

Cold Heart

Story © zhaErza

Naruto © Masashi Kishimoto

.

.

.

Chapter 14

Sunagakure

.

.

.

Malam hari di Desa Karavan, para ninja Konoha mulai bersiap-siap karena keesokan harinya mereka harus pergi menuju Sunagakure. Apalagi tadi tim yang diketuai oleh Shikamaru telah tiba dengan Kiba, Shino, Chouji dan juga dua ninja medis yang ikut serta.

Neji, Sai, Shikamaru, dan rekan lelaki termasuk Temujin kini tengah berdikusi di tempat mereka menghidupkan api unggun. Sedangkan para para ninja medis menyempatkan diri ke tenda perawatan untuk melihat keadaan bersama Ino dan Sakura.

Mereka saling memberi informasi, mengenai danau dan sungai yang tercemar racun, juga musuh yang sempat melarikan diri, tetapi dicurigai akan kembali menyerang perkemahan ini.

"Sebaiknya, Tim Shikamaru tidak perlu menunjukkan diri terlebih dahulu, mereka pasti nanti mengamati pergerakan kami. Ketika kami telah pergi dari perkemahan ini, cepat atau lambat musuh akan menyerang." Neji menjelaskan, menatap Shikamaru yang menganggukkan kepala.

"Aku setuju, aku juga telah membuat rencana." Dan Shikamaru pun memberitahu apa yang dimaksud.

Selama beberapa jam mereka berdiskusi, kemudian Shikamaru menyerukan agar Tim Neji bersegera untuk beristirahat karena malam telah larut. Apalagi mereka akan melakukan perjalanan menuju Sunagakure,   ditambah dengan iklim gurun yang teramat ekstrem hingga Tim Neji membutuhkan stamina dan kondisi tubuh yang fit untuk menuju ke negeri angin.

Kali ini, yang bertugas jaga adalah Shino dan Chouji untuk di bagian luar wilayah, sedangkan Kiba dan Shikamaru untuk bagian dalam wilayah perkemahan. 

Setelah membubarkan diri, Naruto, Neji, Sai, dan Lee memutuskan untuk masuk ke dalam tenda mereka. Di sana ada lima buah bilik masing-masing untuk mereka tidur, Naruto memasuki bilik nomor tiga dari ujung kanan, mendapati Hinata sudah tertidur dengan selimut sampai ke leher. Sai menuju bilik pertama, dan Neji bilik kedua, sementara Lee di bilik keempat dan Tenten di bilik terakhir.

Alis Neji berkerut ketika mendapati sang Istri lagi-lagi tertidur dengan tubuh menghadap kiri, memang Sakura melakukannya tanpa disadari wanita itu, tetapi tetap saja tidur menghadap kiri sangat tidak baik untuk kesehatan jantung. Mengehal napas, Neji membuka ikat kepala dan menaruhnya di atas tas ransel, ia menggerakkan kedua tangan untuk membenarkan posisi tidur Sakura dan membuatnya menjadi telentang. Sebelah tangannya juga kini mengusap dahi wanita itu hingga persegi byakugo terlihat olehnya. Tersenyum kecil, Neji pun menidurkan diri di samping istrinya setelah menutup tubuh dengan selimut.

Sakura memang tidak terlihat marah atau menghindarinya sepanjang sore hingga malam setelah ia menyentuh wanita itu di bawah pohon dekat danau, walau Sakura terlihat tersenyum agak memaksakan, tetapi setidaknya tidak berparas kecewa atau sedih. Apalagi ternyata ketika bersantap malam istrinya itu sudah bisa tersenyum dan tertawa tulus, membuat bebannya terangkat seketika.
Memiringkan tubuh menghadap Sakura, ia pun memeluk perlahan, tetapi erat dengan tubuh Sakura yang sudah mengeluarkan napas teratur dan dengkuran kecil. Dagunya ia letakkan di atas kepala merah muda itu, dan memberikan kecupan secara perlahan beberapa kali.

.

.

.

Pagi hari setelah sarapan, bersiap-siap dan dibawakan bekal masing-masing, tim Neji pun berpamitan dengan penduduk di perkemahan ini, juga dengan Tim Shikamaru dan juga Temujin. Naruto mendekat dan sekarang memeluk laki-laki berambut pirang panjang itu, mengatakan kepada Temujin tidak ada yang lebih baik dari rencana memukau yang dibuat oleh si Jenius Nara.

Menganggukkan kepala dan tersenyum, laki-laki mantan kapten Negeri Ideal itu menyalami satu persatu ninja Konoha yang akan pergi ke Sunagakure. Sekarang, giliran Sakura, tentu saja wanita merah muda itu tanpa sungkan langsung menyambut tangan Temujin yang terlihat canggung.

Bagaimanapun Temujin masih memiliki hati kepada si merah muda.

"Temujin, semoga kalian bisa menghadapi ini, sampai jumpa." Selanjutnya, jabatan tangan itu pun dilepaskan walau Temuji agak tak rela.

"Terimaksih, Sakura. Kau juga, semoga misi kalian sukses." Menganggukkan kepala, Sakura pun berucap terimaksih dan tersenyum hingga menampakkan gigi dan menyipitkan matanya.

Di samping Sakura, Neji berdiri memperhatikan dalam diam, dan sekarang giliran lelaki itu untuk berhadapan dengannya. Mereka berjabatan tangan, dan Temujin mengucapkan terimaksih, begitu pula dengan dengan Neji. Dan saat itu, entah hanya perasan Hinata dan Sai saja, mereka merasakan kilatan listrik dari mata Temujin dan Neji saling berbenturan, tentu saja karena yang tahu permasalahan ini hanyalah mereka berdua.

"Kau harus menjaganya,"bisik Temujin yang perkataannya hanya bisa dibaca oleh Neji dalam gerak bibir.

"Kau tidak perlu mengingatkan," balas lelaki berambut cokelat panjang itu, kemudian sekarang mereka benar-benar bersiap untuk pergi menuju negeri angin.

Sakura, Naruto dan yang lainnya melambaikan tangan sambil meneriaki semoga mereka bertemu kembali, setelahnya tim Neji benar-benar melangkahkan kaki. Di samping Sakura, Neji menanyakan apakah sekarang wanita itu telah benar-benar fit, mengingat suasana Suna begitu ekstrem nantinya.

Kepala merah muda itu hanya mengangguk, meski Sakura sendiri sadar dirinya belum terlalu pulih. Namun, tidak mungkin ia mengatakan hal itu kepada Neji, ia tidak ingin membuat laki-laki itu kepikiran hingga mengacaukan fokus nantinya.

Sengaja karena merasa curiga dengan kesehatan Sakura, Neji melompati pohon tepat di belakang gadis itu. Mereka sendiri sudah nyaris empat jam berlari, beberapa kilo lagi akan memasuki perbatasan dan tibalah di gurun pasir wilayah dari Desa Sunagakure di Negara angin. Menggunakan Byakugan, Neji pun mengatakan hal sedemikian kepada rekan-rekannya. Bola mata Neji yang masih dalam mode Byakugan terbelalak ketika melihat Sakura berhenti dan menyandarkan tubuh di pohon, ia pun mendekat dan menghampiri istrinya itu hingga para rekan berhenti dan menunggu untuk tahu apa yang terjadi.

"Kau baik-baik saja?" Neji sekarang memegangi tubuh Sakura karena takut wanita itu tiba-tiba saja terjatuh dari ketinggian di atas pohon.

Kepala Sakura menggeleng, wanita itu berbisik maaf karena merepotkan mereka semua dan menghambat perjalanan ini. Menarik napas, Sakura pun mengatakan kalau dirinya agak lemas, apalagi keringat sekarang menyucur dari tubuhnya.

Memeriksa suhu tubuh Sakura, kembali Neji mengerutkan alis karena tidak merasakan panas. Ia kemudian menatap yang lainnya.

"Kita lanjutkan perjalanan," ucapnya dan yang lain menganggukkan kepala setuju. Ia lalu menggendong Sakura dan membawa istrinya itu melompati pohon, di bagian depan seperti sedang menggendong seorang anak kecil. Kedua tangan Sakura memeluk leher Neji, ia mengatakan agar sebaiknya kepala merah muda itu bersandar di pundaknya.

Di bagian leher, Neji merasakan keringat Sakura yang terus menerus menetes dari dahi maupun wajah, membuat alisnya mengerut karena khawatir dengan wanita di rengkuhannya ini.

"Sabarlah, sore nanti kita sampai di Suna, Sakura." Hanya anggukan kepala saja yang dilakukan si merah muda, kemudian dia berbisik kepada Neji.

"Maaf, merepotkanmu, Neji."

"Sama sekali, ini sudah menjadi tugasku, sebagi suamimu." Di leher Neji, Sakura sekarang mengembangkan senyum dan menutup kelopak matanya sambil mengeratkan pelukan.

Beberapa jam setelahnya adalah tengah hari dan mereka memutuskan untuk beristirahat, Sakura dibagunankan dan wanita itu diberikan air oleh Neji. Hinata dan Ino membagikan perbekalan, begitu pula dengan Tenten yang sekarang tengah menuang air untuk dibagikan secara merata.

Mereka memutuskan istirahat selama satu jam, apalagi melihat keadaan Sakura yang kembali tidak fit. Ino menanyakan keadaan si merah muda dan dia menjawab sudah lebih baik setelah menyantap hidangan. Duduk bersandar di pohon, Sakura tersenyum saat melihat Hinata yang tengah memijat punggung Naruto, laki-laki maniak ramen itu mengeluh pegal pada punggungnya, mungkin karena kurang tidur kemarin malam karena terus berjaga di pemukiman.

Setelah merasa cukup, Neji menyerukan agar mereka kembali bergerak karena memang lebih baik jika mereka sampai sebelum malam, apalagi Suna bukanlah daerah yang terlalu mereka kenali. Maka dari itu, tim Neji pun mulai menggunakan cakra untuk berlari. Mereka telah melewati perbatasan desa yang ditandai dengan memasuki wilayah padang pasir tandus. Pohon-pohon kaktus terlihat menghuni gurun di wilayah Sunagakure, pohon-pohon khas gurun lainnya pun terlihat dan agak tak wajar bagi mereka yang tinggal di tanah beriklim empat musim.

Mereka memasuki wilayah gunung berbatu, hingga harus melompat dari satu batuan ke batuan lainnya. Kembali Neji merasakan Sakura yang gelisah di dalam rengkuhannya, istrinya itu pun seperti kembali berkeringat pada bagian wajah dan tubuh.

Mengangkat wajah dari ceruk leher suaminya, Sakura yang masih memejamkan mata menjatuhkan kepala yang lemas hingga dahinya bersandar di pelipis Neji. Bibir Sakura berbisik, menginginkan laki-laki itu untuk berhenti sejenak. Tentu saja Neji mengindahkannya.

"Apa yang kau rasakan?"

Kelopak mata Sakura berkedip, menatap wajah Neji yang sekarang berhadapan dengannya, dahi mereka saling bersentuhan, jarak mereka teramat dekat hingga ketika Sakura berbicara, Neji bisa merasakan gerakan bibir ceri itu pada bibirnya.

"Aku merasa mual, bisa kita cari sungai, Neji," bisikan itu membuat Neji bergumam dan mengindahkannya, menggunakan Byakugan untuk mencari sesuatu yang langka di gurun ini.

Ternyata ada, di bagian bawah gunung batu ini, terdapat aliran sungai yang tidak terlalu lebar dan dangkal. Mungkin hanya selebar dua meter saja dan dalamnya hanya sampai lutut. Mendengar Sakura seperti menahan mulutnya, ia lekas membawa wanita itu turun, langsung menuju bibir sungai dengan berdiri di atas batu dan menurunkan tubuh Sakura untuk berjongkok di sisinya.

"Dimuntahkan saja, setelah itu perutmu akan nyaman, Sakura."

Air mata Sakura menetes, ia merasakan leher dan punggungnya dipijat Neji, setelah selesai dengan sigap laki-laki itu membersihkan mulutnya dengan air dari sungai.

"Lebih baik?"

"Hm, lebih lega rasanya."

Teman-temannya menunggu, ketika mereka mendekat dengan Sakura digendong ala bridal style, Ino dan Hinata langsung menanyakan apa yang terjadi. Naruto pun mengatakan mungkin Sakura masuk angin karena tidur di perkemahan seperti itu dengan tubuh yang memang sedang kurang fit.

"Maaf, karena aku menghambat misi ini. Seharusnya akulah yang akan merawat kalian sebagai iryounin, tetapi kalianlah yang sekarang malah merawatku." Hanya karena mengatakan hal itu, tiba-tiba Sakura menangis sesegukan, dan langsung membuat Naruto kelabakan karena dirinya yang mengatakan penyebab sakitnya si merah muda.

"Sakura-chan, sudahlah. Itu hanya karena pengaruh cuaca, lagi pula di sini panas. Nanti aku akan meminta Gaara untuk menyediakan yang terbaik untukmu agar kau lekas sehat."

"Tidak, Naruto. Gaara-kun sedang banyak masalah, aku tidak ingin malah membebaninya. Sekarang sebaiknya kita kembali bergerak, sebentar lagi senja."

Mereka saling pandang, menatap Neji yang masih memandangi Sakura.

"Kau sudah tidak apa, Sakura?"

Sekarang wanita itu tersenyum dan menganggukkan kepala.

Mereka pun kembali memulai perjalanan yang sedikit terhenti, di depan mata kepala sudah terlihat benteng yang terbuat dari batu gurun yang mengelilingi Desa Sunagakure, di pintu gerebang, ada banyak ninja yang berjaga, dan mereka pun berhenti sejenak untuk melapor. Setelahnya mereka dibimbing oleh seorang ninja menuju gedung Kazekage, matahari sudah berada di ufuk timur dan sinarnya yang jingga menyinari mereka semua.

Menaiki tangga, di lorong gedung mereka bertemu dengan Kankuro, langsung saja lelaki itu menghampiri dan menyerukan untuk masuk ke dalam kantor sang Kage. Alis laki-laki bertato itu mengerut karena melihat salah satu ninja medis terhebat di Konoha sedang tertidur di gendongan sang Ketua tim.

"Duduklah, aku meminta maaf karena sepertinya kalian akan menunggu sebentar dikarenakan Kazekage Gaara sedang rapat sekarang."

Melihat Neji sedang mendudukkan Sakura yang masih tertidur di sofa, maka Sai lah yang mengambil alih pembicaraan.

"Terimakasih dan tidak apa-apa Kankuro-san. Kami memaklumi hal itu." Senyuman Sai memang tidak pernah berubah.

Baru saja diletakkan, Sakura sudah terbangun dan terlihat heran sambil mengucek matanya, ia menatap Neji yang tersenyum dan lega lah persaan khawatir karena tengah berada di tempat yang berbeda.

Di atas meja, sudah disediakan teh dan juga camilan, Neji memberikan teh hangat itu kepada Sakura dan langsung saja sang Merah muda menerimanya sambil menggumamkan terimakasih. Melihat ada sosok yang baru ditemuianya, Sakura lantas tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Ah, Kankuro-san. Apa kabar?"

Laki-laki bertato itu tersenyum lebar.

"Aku baik saja, bagaimana denganmu? Kulihat kau cukup pulas, Sakura?"

Sakura meminta maaf dengan canggung, sebelum dihentikan dengan Kankuro karena lelaki itu hanya bercanda saja. Setelahnya, Sakura meminta izin untuk ke kamar mandi, dan kakak dari Gaara pun menyarankan agar dia memakai kamar mandi di ruangan Kazekage saja. Sakura merasa agak sungkan, tetapi ia merasa sudah tidak tahan lagi. Berjalan agak cepat, ia pun masuk ke kamar mandi tersebut, berdiri di westafel dan mengeluarkan kembali sesuatu dari mulutnya.

Napasnya tergah-engah, mendesah ia pun memijat kepalanya. Desakan itu datang lagi, merasa tidak tahan karena kepalanya pusing, ia pun menjongkokkan diri. Sekitar sepuluh menit, pintu terbuka dan masuklah Neji yang menatapnya dengan khawatir. Laki-laki itu mendekat dan membantunya berdiri dengan menyangga tubuh.

"Mual lagi?"

"Masih," bisik Sakura.

Mendengar hal itu, Neji pun berdiri di belakang Sakura dan menjaga agar istrinya itu tidak limbung, masih saja Sakura memuntahkan isi perutnya. Ia pun berinisiatif mencengkeram rambut Sakura agar tidak terkena muntahan.

Ketika membalikkan wajah, kepala Sakura mengangguk. Memberi tanda bahwa wanita itu tidak merasa mual lagi.

"Syukurlah, tetapi rambutmu menjadi berantakan sekali."

Di luar kamar mandi, tim Neji dan Kankuro yang sedang berbincang menanyai kabar masing-masing pun disuguhi pemandangan menarik. Bagiamana tidak, mereka semua sempat agak ternganga karena melihat Neji yang baru saja keluar dengan menggendong Sakura dan wanita itu tengah menampar dan menjambak rambut panjang ketua tim mereka.

Mendekat, Neji menatap rekannya yang terlihat berekspresi beraneka ragam selarang ini. Kankuro memperhatikan kedua orang itu, kaki-kaki Sakura memeluk pinggang sang Ketua tim, terkadang juga menendang-nendang udara sambil sesegukan dan mengatai Neji sangat kejam dan jahat. Entah apa yang terjadi di dalam sana, Kankuro jelas tidak mau berspekulasi.

Sementara itu, Hinata dan Naruto saling menatap, berpikir ternyata jika Sakura sedang sakit maka wanita itu teramat manja juga, senyum maklum pun terpampang. Berbeda dengan Ino yang tahu seluk beluk sahabatnya itu, alis pirangnya mengerut ketika ia memikirkan sesuatu.

"Aku benar-benar minta maaf, Sakura. Aku tidak bermaksud seperti ini." Neji berkata, wajahnya menatap Sakura, sementara sang Istri masih melayangkan tangan untuk menjambak rambut Neji hingga kepalanya mengikuti arah tangan Sakura yang menarik ke samping agak bawah. Namun, Sakura tidak juga berhenti menangis.

Sambil menunggu kedatangan Gaara, apalagi melihat keadaan tidak mengenakan antara Neji dan Sakura, Kankuro pun menyaranan agar para ninja elit Konoha beristirahat, kemudian sehabis makan malam nanti mereka akan kembali berkumpul di ruangan Kazekage, apalagi melihat salah satu dari rekan tim Neji sedang tidak sehat. Ditunjukkanlah masing-masing kamar, sehingga mereka memasuki ruangan itu secara berpasangan. Dari sini Kankuro memahami bahwa Neji dan Sakura telah menikah, itu sebabnya kelihatan bahwa Neji yang seperti paling mengkhawatirkan keadaan si musim semi sejak tadi.

Sakura baru saja tertidur ketika Ino mengetuk pintu kamar Neji, ketika mendapati wanita berambut pirang itu, sang Lelaki Hyuuga mengerutkan alis. Terlihat di wajah si Yamanaka raut serius, membuat Neji bertanya-tanya hal apa yang ingin dibicarakan wanita itu.

Keluar dari kamar, Neji menutup pintu dan mereka pun berbicara di sana. Ino menanyakan bagaimana kabar Sakura saat ini dan sang Hyuuga pun menjelaskan bahwa sekarang sahabat si pirang itu tengah beristirahat.

"Neji, ini mungkin hanya perkiraanku sebagai iryounin, melihat keadaan Sakura juga walau aku belum memeriksa secara langsung," wanita itu terdiam sejenak, menatap Neji yang mengerutkan alis karena fokus mendengarkan sahabat istrinya yang tengah membicarakan prihal kesehatan si merah muda. "Sakura, apa dirinya sudah melewati masa bulanan dengan teratur?"

Mendengarkan hal itu, membuat kelopak mata Neji berkedip, ia kemudian mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui prihal bulanan sang Istri. Dalam situasi ini, tentu Neji sebenarnya merasakan bahwa keadaan ini tidak sepatutnya diperbincangkan, apalagi memang dirinya benar-benar tidak menahu. Namun, jika memang demi kesehatan Sakura maka ia akan mendengarkan.

"Begitu, ya. Kalau melihat dari gejalanya, seharusnya benar. Kalau begitu, apa belakangan ini kondisinya selalu lemas, pucat dan mual," ucap Ino sambil menaruh jemari di dagu. Wanita Yamanaka itu terlihat menimbang untuk memberitahukan keadaan Sakura kepada sang Lelaki.

"Jadi, menurutmu Sakura sakit apa, Ino?"

Wanita yang terlihat berpikir itu mengangkat kepala yang sempat menunduk, kemudian mengembangkan senyumannya dan membuat alis Neji kembali berkerut karena tidak memahami penyebab senyuman dari si Yamanaka.

"Kalau prediksiku benar, kau akan segera menjadi seorang ayah, Neji." Ino menaikkan suaranya beberapa oktaf, setelahnya menutup mulut dengan kedua tangan.

Untuk beberapa saat Neji terdiam, sebelum kembali berfokus kepada Ino yang juga terlihat semringah. Wanita itu menjelaskan, bahwa hal ini masih praduganya saja sebagai iryounin dan melihat bagaimana ciri-ciri fisik Sakura yang cukup mendekati kepada tanda-tanda kehamilan. Namun, yang paling penting adalah tanggal bulanan Sakura, jika wanita musim semi itu telat, dipastikan sahabatnya itu sudah positif. Sayang sekali, Neji tidak menahu tentang hal itu.

"Hah, kau ini. Dengar, masa bulanan bagi wanita itu sangat penting diketahui suami, kau harus bertanya kepadanya nanti. Kalau begitu, begitu nanti malam atau besok dia akan kuperiksa. Hmm, atau mungkin bisa saja nantinya Sakura sadar sendiri ketika ia peka dengan tanda-tanda yang dirasakannya."

Menganggukkan kepala, Neji berucap terimakasih setelah Ino berpamit diri karena ingin istirahat sejenak sebelum makan malam.

Menarik napas ketika kembali memasuki kamar, Neji mengembangkan senyuman ketika menatap sang Istri yang sedang memejamkan mata di balik selimut, ia mendekati dan menyentuh kepala merah muda itu. Bermonolog di dalam batin, bertanya-tanya apakah Sakura akan menerima semua yang dikatakan Ino jika benar nantinya?

.

.

.

Gaara baru saja selesai dari pertemuan ketika ia memasuki ruangannya yang sudah dihuni oleh para ninja elit Konoha—minus Sakura karena sedang istirahat, yang sudah diberitahu bahwa mereka akan membahas mengenai gerakan Arashi yang mulai merajalela. Kankuro memberitahu bahwa keberadaan kelompok Arashi masih belum bisa mereka ketahui, Shinobi Suna mengatakan bahwa mereka diperkirakan berada di gurun paling mematikan di kawasan negara angin ini.

Dari tim Neji, mereka semua masih berdiam untuk mendengar penjelasan sang Pemimpin Desa Sunagakure. Gaara juga menjelaskan tugas para medis, agar menyelidiki sampel racun yang berhasil mereka kumpulkan dari senjata atau data-data yang telah dianalisis.

"Untuk sekarang, masih ada korban yang harus diurus karena antidot racun belum bekerja dengan baik, mereka melakukan modifikasi dan aku mencurigai salah satu pemberontak adalah petinggi yang memberikan mereka data atau bahkan tempat strategis untuk memulai penyerangan." Gaara menatap pasukan Tim Neji, laki-laki bertato di dahi itu kemudian kembali mengeluarkan suaranya. "Dari seragan yang terjadi, semua pertahanan di pintu masuk desa bisa mereka tembus dengan mudah. Untuk itu, ini adalah misi khusus untuk kalian, selain membantu melawan para pemberontak, aku juga ingin kalian menyelidiki markas musuh."

.

.

.

Pagi harinya, seperti seruan Gaara, mereka semua mulai membagi tugas masing-masing. Dibagi menjadi tiga kelompok, di mana tim medis berjumlah dua orang dan yang lainnya tiga orang. Sai, Neji dan Tenten akan melaksanakan misi mencari jejak, sedangkan Naruto, Lee dan Hinata berada di perbatasan desa untuk berjaga-jaga.

Ino bersama Matsuri berada di laboraturium kesehatan, di sana sudah terkumpul beberapa sempel dan juga catatan medis dari racun-racun yang digunakan kelompok Arashi, sang Gadis Suna menjelaskan beberapa hal tentang gejala-gejala yang ditimbulkan racun ini. Mirip dengan racun mematikan milik Sasori yang dahulu pernah digunakan untuk menyerang Kankuro, tetapi yang membedakan adalah adanya senyawa berbahaya yang menyerang syaraf hingga tubuh korban langsung lumpuh seketika.

Kamar tempat mereka menginap sekarang hanya berisikan Sakura yang baru saja selesai mandi dan makan siang, entah bagaimana ia ditinggal oleh Neji dan hanya diberikan penjelasan bahwa ia harus benar-benar merihatkan diri. Namun, tidak sampai siang ini, Sakura telah merasa bosan.

Agar tidak terlihat mencurigakan, Sakura memakai pakaian ninjanya, lengkap dengan ikat kepala dan sarung tangan. Merasa sudah lebih sehat, apalagi tidak merasa pusing lagi, ia pun beranjak dari kamar menuju ruangan Kazekage atau laboratorium Suna.

Sakura yakin, jika Neji sampai tahu dirinya berkeliaran padahal kemarin benar-benar tidak bisa menggerakkan tubuh setelah muntah dan merasa pusing, ia akan benar-benar melihat Neji marah. Namun, sekali lagi ia tidak bisa mengesampingkan tanggung jawabnya sebagai kepala tim medis di kelompok ini. Seperti perkataan Kakashi, Sunagakure sendiri yang meminta dirinya agar diikutkan dalam misi ini.

"Sepertinya Kankuro dan si Hyuuga mengatakan bahwa kau sedang sakit, Sakura?"

Terkejut, Sakura menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, tidak menemukan siapa pun, tetapi suara berat itu jelas terdengar di telinganya. Tiba-tiba saja, butiran pasir mulai berkumpul dan membentuk seorang yang dikenalinya sebagai pemimpin desa ini.

"Gaara-kun!" serunya, kemudian ia tertawa kecil, dalam benak berpikir bisa gawat jika laki-laki ini membocorkan dirinya yang keras kepala kepada Neji nanti. "Ah, kau ada di sini. Apa kabar?" sekarang Sakura merasa bahwa dirinya benar-benar canggung dan sepertinya Gaara menyadari hal itu.

Laki-laki itu mendekat, dan berhadapan dengannya sekarang, Gaara memang tidak setinggi Naruto atau Neji karena sekarang kepalanya hanya sebatas telinga si Kazekage.

"Kau tidak menjawab pertanyaanku?"

Menghela napas, sekarang Sakura melangkah dan laki-laki itu mengikutinya.

"Aku sudah merasa lebih baik, Kazekage-sama. Lagi pula, aku memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan misi."

"Baiklah, kalau begitu jangan sampai terlalu lelah. Kau hanya diizinkan bekerja beberapa jam saja."

Ino melotot melihat kehadiran salah satu dari kedua orang yang tidak diundang, dia adalah Sakura yang sekarang tersenyum teramat manis kepadanya, sedangkah sang Kazekage hanya berwajah datar seperti biasa. Ia pun memberi hormat dan begitu pula dengan Matsuri yang sekarang berada di sampingnya.

Kazekage mengatakan, agar Matsuri mengingatkan Sakura untuk kembali beristirahat ke kamarnya jika sudah dua atau tiga jam berada di laboratorium kesehatan ini. Memang dengan kedatangan Sakura mereka akan sangat terbantu, pasalnya si merah muda bisa membuat antidot hanya dalam waktu beberapa jam dan sekarang ada beberapa korban yang memang masih memerlukan bantuan Sakura.

Rambut merah muda itu kemudian dikuncir, sarung tangan hitam berganti menjadi putih, Sakura mengambil catatan dan mulai membacanya, berdiskusi dengan Ino dan Matsuri juga beberapa rekan medis lainnya. Gaara yang memperhatikan pun tersenyum tipis sebelum keluar dari ruangan dengan menjadi butiran pasir. Di dalam benak laki-laki itu tidak habis pikir betapa keras kepalanya Sakura terhadap sesuatu yang harus diselesaikan.

.

.

.

Bersambung

Erza Note:

Untuk FF selanjutnya, milih SasuSaku atau ItachiSaku?
Ini bakal dua fanfic yang berbeda kok hehe. Belum Erza tulis sengaja nanti terbengkalai yang lain hueee.

Cahpter 14 dan seterusnya bakal diprivat mengingat bahayanya miror web yang bisa menyalin teks dan memudahkan para plagiator untuk copas.

Ok, chapter ini sudah di Suna dan hayooo Sakura hamil atau enggak. Ino lihat gejalanya, tapi Sakura enggak melihat hal itu. Jadi, yang mana nih yang bener. Neji udah seneng juga loh hehhhee walau ada resah karena bisa jadi Sakura bakal marah karena kehamilannya. Neji benar-benar resah sekarang ini.

Duhh, jadi laptop Erza kan udah tua banget, dan udah blue skrin gitu gak bisa hidup, kata adek bisa kalau diinstal, Erza yang penting datanya hueeee. Nah nah, jadi Erza pake lapto baru adek ke 3 yang gak kepake, tapi karena adek ke 2 butuh laptop baru, Erza tukaran sama punya dia dan harus mindahin data yang bejibun lamaaa dehhh. Heheh. Makanya gak sempet ngetik juga.

Ok, semoga suka. Ditunggu vote dan komen, biasakan melakukan itu untuk nyenangi hati Erza ya. Jangan jadi Silent Readers ah, gak banget.

Salam sayang dari istrinya Itachi,

zhaErza.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top