Penyembuhan
“Dasar bodoh!!”
Istana di tengah hutan ini diselimuti oleh aura yang mencekam, dengan puluhan prajurit hitam yang menunduk, takut akan murka sang ratu.
Kulit wajahnya yang pucat dengan lingkar hitam di matanya beserta tanduk besar di kepala, ia memicing memandangi satu persatu prajuritnya yang tak becus.
Bunyi ketukan terdengar sangat menyeramkan, sepatu sang ratu mengadu lantai membawa irisan di telinga. Taehyung beringsut takut ketika ratu perlahan menghampirinya, tubuhnya lemas dengan keringat di sekujur tubuhnya, wajahnya pun tergambar goresan bekas luka dengan sedikit memar.
“Kau manusia, di mana temanmu?!” sang ratu menggertak, Taehyung semakin bergetar dan memilih memejamkan matanya.
“Di mana temanmu berada? maka aku akan membebaskanmu sekarang,” ucap sang ratu dengan suaranya yang lebih pelan dan dingin, sang ratu mengangkat tongkat menyentuh kulit pipi Taehyung, rasanya dingin ketika mata tongkat itu menyayat perlahan.
‘’Aaahh, to-tolong.” Taehyung merintih, namun tak membuatnya menjawab pertanyaan sang ratu.
“Hei, ratu bodoh!! Kemanapun kau mencari, kau dan pasukan bodohmu itu tak akan bisa menemukan mereka!!” Tubuh Syub semakin dicengkram oleh pasukan yang menawannya, tubuhnya lebih kacau dibandingkan dengan Taehyung.
“Hahaha, aku yang bodoh atau kepala kecilmu itu yang bodoh bulus!!” Ratu mengarahkan tongkatnya pada tubuh Syub, lalu sinar hitam muncul mengikuti tubuh Syub yang mulai membeku.
“Tidak!!” Namu yang awalnya bungkam akhirnya bersuara, melihat sahabatnya Syub berubah menjadi batu dengan perlahan, dibelakangnya Jinie dan Hoba beringsut ketakutan, mereka tak sanggup melihat Syub yang berubah.
“Dengar kalian manusia-manusia kerdil, temanmu itu akan musnah di tanganku sekarang juga, dan dunia akan tunduk dibawah kekuasaanku.” Suaranya menggema di dalam istana.
“Kalian, cari keberadaan mereka, dan bawa buku itu ke hadapanku!!”
Lalu bunyi lolongan beserta tongkat yang diangkat memenuhi istana, mereka keluar istana dengan berbondong-bondong bahkan sampai saling menginjak prajurit lainnya, mereka seperti seseorang yang kesetanan.
…
“Kalian tenang ya, kita semua bisa menyelamatkan mereka dan juga Taehyung.” Alexa menenangkan ketiga sahabat di hadapannya, mereka masih sesenggukan ditambah wajahnya yang memerah, terutama Kookoo.
“Kita harus kuat, ya” Aku menyentuh bahu Chim dan mengelus kedua kepala Tata dan Kookoo.
“Kita punya buku ini, aku yakin kita bisa melawan mereka dengan ini.”
Sebetulnya ini adalah bentuk keyakinan untuk diriku sendiri, sejujurnya aku juga sangat takut dan khawatir, bagaimanpun juga ini semua adalah salahku.
Aku kembali membuka buku cokelat tersebut, menuju halaman berwarna biru terang yang ia temukan tadi.
Pada bawah buku tertulis.
Buku ini akan datang untuk kalian yang dengan tulus membutuhkannya
Lalu segores tinta mulai tergambar, memunculkan setiap kata yang merangkai sebuah kalimat. Dengan tinta berwarna cokelat terang dan desisan dari cahaya berwarna biru. Kami membola takjub melihat hal tersebut.
Kini buku tersebut sudah selesai menuliskan kalimatnya, terlihat seperti sebuah resep. Kurasa kami harus mengikuti resep tersebut.
“Sekarang kita harus mencari bahan-bahan ini, kita harus bergerak segera.”
Pada halaman tersebut tertulis beberapa bahan yang terdengar asing bagiku.
7 lembar daun kepercayaan diri
1 biji ingatan kebahagiaan
3 tetes air mata ketulusan
1 helai senyuman
Aku jelas kebingungan membaca resep tersebut, pada halaman berikutnya dijelaskan bagaimana cara membuat benda yang bahkan aku tidak ketahui apa itu, namun aku berusaha meyakinkan diriku bahwa ini bisa menyelamatkan semuanya.
Campur keempat bahan dengan perlahan
Satu persatu sesuai urutan pada resep
Aduk tiga kali searah jarum jam, dan aduk berlawanan arah sebanyak tujuh kali
Tuangkan pada tungku yang kalian butuhkan
Ramuan ini akan datang dan mempercayaimu, tunggu sampai kebenaran datang padamu
Begitu petunjuk yang tertulis dalam halaman tersebut, aku membalik halaman berikutnya dan mencari cara bagaimana aku dapat menemukan semua bahan tersebut.
7 lembar daun kepercayaan diri bisa kalian temukan di seluruh penjuru hutan, hanya kalian yang pernah ditinggalkan dapat mengambil daun tersebut
1 biji ingatan kebahagiaan diambil dari jiwa seseorang yang tulus, putar kembali ingatan tersebut ketika mencampurkan bahan
3 tetes air mata ketulusan adalah air mata yang penuh dengan kejujuran, tentang rasa senang, dan sakit hati
1 helai senyuman dari ia yang kuat menjaga semuanya
Baiklah, semuanya sudah aku baca dan selanjutnya kami harus menyiapkan benda yang kami butuhkan, ketika membicarakan hal yang aku butuhkan aku selalu teringat dengan permen cokelat yang selalu kubawa.
Aku mengeluarkan satu kantung penuh permen cokelat, Chim dan lainnya pun mengeluarkan semuanya.
Mereka menatap benda tersebut dengan tatapan sendu, Chim dengan pedang-pedangan yang dibuat oleh Syub, kakak yang paling ia kagumi. Lalu Tata dengan teropong hadiah ulang tahun dari Namu sebelum mereka berubah menjadi sekarang, dan terakhir Kookoo, tangannya gemetaran membuka kalung yang ia kenakan. Hadiah terakhir dari kedua Orangtuanya.
“Baiklah, kita harus yakin, ini semua demi keluarga kita.”
Chim, Tata, dan Kookoo mengangguk menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri masing-masing, yang pertama harus kita ambil adalah tujuh lembar daun kepercayaan diri, mungkin aku bisa mencobanya.
Ingatan tentang Ayah kembali hadir, ketika satu persatu daun aku kumpulkan di luar gua. Lalu setetes air mata keluar, teringat dengan Ibu dan Nenek yang menunggu aku pulang. Dengan keluarga Taehyung dan semua keluarga ke tujuh sahabat baruku.
Sampai ke tujuh lembar daun tersebut berhasil aku ambil, aku menaruhnya pada sebuah cawan.
Selanjutnya, adalah satu biji ingatan kebahagiaan, aku tidak tau siapa yang harus mencari bahan berikutnya. Siapa yang memiliki jiwa yang tulus di antara kami, aku menaruh tatap ke arah ketiga sahabat di hadapanku, kami semua saling menatap kecuali, Tata.
Tata memejamkan matanya seakan mengingat sesuatu, lalu sebuah senyuman kian berkembang dari wajahnya.
Tak lama ketujuh lembar daun tadi mengurai dengan cahaya kecokelatan yang entah muncul dari mana. Sampai daun tersebut telah berubah menjadi cairan diikuti Tata yang membuka matanya.
Ada sedikit air mata di pelupuk matanya, aku menyeka lembut air mata tersebut dan mengelus kepala Tata dengan perlahan, sambil memandang Tata penuh arti, tidak ada ucapan yang keluar hanya sebuah tatapan.
Kali ini adalah air mata ketulusan, sekarang aku yakin di mana harus menemukan air mata tersebut. Mata Kookoo yang bulat dengan binar yang tulus, matanya tidak pernah berhenti mengeluarkan air mata sejak pertama kali kami bertemu. Rasa cintanya yang besar terlihat dengan jelas.
Aku mengambil selembar sapu tangan, dan menghapus semua air mata dalam diri Kookoo. Kutekan sapu tangan tersebut untuk mengeluarkan tetes demi tetes air mata milik Kookoo, lalu setiap tetes itu jatuh ke dalam tungku, campuran tersebut mengeluarkan cahaya berwarna biru laut.
Sebuah senyum di wajah Kookoo juga ikut berkembang sedikit demi sedikit, tak pernah kulihat senyuman itu hadir padanya. Kookoo berhasil tersenyum seperti dulu lagi.
Tinggal bahan terakhir yang perlu dicampur, tentu saja satu helai senyuman. Aku menatap Chim yang masih terus menggenggam telapak tangan kedua sahabatnya.
Aku memegang kedua bahu Chim dengan lembut.
“Chim, dengarkan aku ya?” Chim mengangguk dengan lesu.
“Kamu adalah kakak yang baik dan bisa diandalkan bagi Tata dan Kookoo, Hyung yang lain pasti bangga karena Chim dapat menjaga mereka dengan baik,” aku menjeda ucapanku, merasa tercekat dengan rasa haru yang mengumpul dalam hati,
“Menjaga semuanya, menjaga hati Hyung dan aku, Ayah dan Ibu Chim akan menjadi Orang tua paling bahagia di dunia, karena Chim adalah anak yang hebat.”
Sebuah senyuman terukir pada wajah Chim, bukan senyum lebar seperti biasanya. Hanya senyuman tulus yang menentramkan hati siapapun yang melihatnya.
Campuran tersebut mengaduk dengan perlahan, tiga kali searah jarum jam dan tujuh lainnya berlawanan arah. Sinar kebiruan muncul semakin terang memenuhi gua, kami sampai harus menutup mata kami karena terlalu silau.
Setelah sinar itu hilang, kini cairan telah berubah menjadi air yang sangat jernih. Aku mengangkatnya dengan penuh kehati-hatian takut akan menumpahkannya. Aku menuangkannya perlahan-lahan pada benda yang telah kami kumpulkan tadi, dengan penuh harap kami melihat benda tersebut.
Kami kembali terkejut ketika bunyi gemercik air muncul, terdengar seperti suara ombak di lautan. Tak lama setelah suara itu menghilang, satu persatu dari kami meraih benda yang telah dibasahi oleh cairan ramuan tadi.
Dengan genggaman yang kuat kami menggenggam semua benda tersebut, dengan segala harapan yang kuat kami percaya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top