Parade

Kalung Kookoo kini berwarna menjadi kebiruan, apakah ini batu biru yang selama ini kami cari. Bersamaan dengan itu padang gersang kini berubah perlah menjadi sebuah gunung dengan pepohonan yang lebat, persis seperti yang kami lihat menggunakan teropong tadi. Ternyata kekuatan ratu kegelapan telah membuat ilusi paling buruk di hutan yang begitu indah.

Tiba-tiba terdengar suara guntur dengan awan kelabu yang mendekat ke arah kami, itu artinya tak lama lagi ratu kegelapan dan pasukannya akan menemukan kami.

Aku menggenggam lengan Chim, Tata, dan Kookoo. Dengan yakin aku membisikkan rencanaku untuk menghadapi ratu kegelapan, apapun yang akan terjadi nanti kami harus saling percaya.

Kami tak bergeming, dengan suara derap pasukan yang membuat tanah bergetar, mereka datang dari segala arah mengepung kami berempat.

“Kak Namu!!” Kookoo berteriak lirih ketika melihat tubuh Namu yang terikat dibawa oleh kawanan burung gagak, ia melemparkan tubuh Namu yang sudah tak sadarkan diri ke hadapan kami.

Hawa dingin menjalar begitu cepat merasuki tubuh kami, dengan waspada aku melindungi Chim, Tata dan Kookoo sambil terus menatap sekeliling takut kalau pasukan ratu kegelapan akan tiba-tiba menyerang kami.

Dengan cakar dan taring yang sudah haus akan korban, para pasukan ratu kegelapan sudah siap akan menerkam kami. Bunyi erangan juga saling bersautan. Lalu seekor serigala hitam berlari ke arah kami, aku menunduk berusaha berlindung.

“Tahan.” Suara dingin itu muncul, menahan setiap pergerakan yang ada. Seluruh pasukan ratu kegelapan menunduk dan mundur.

Dengan Langkah perlahan ratu kegelapan berjalan ke arah kami, langkahnya membuat setiap kehidupan mati. Rerumputan yang tadi tumbuh dengan segar mulai layu dan mengering.

“Hahaha, jadi ini teman-temanmu?”
Sang ratu mencengkeram leher Taehyung, memperlihatkan kami berempat yang meringkuk. “Tae, bertahanlah,” aku berujar lirih, hampir tak bisa terdengar oleh ratu kegelapan.

“Sepertinya kalian berhasil menemukan batu biru, kukira itu hanyalah legenda.” Taehyung yang sudah melemah, tersungkur begitu saja.

Sang ratu kegelapan menghampiri kami, ia mengangkat tongkatnya begitu tinggi dan menancapkannya tepat di hadapan kami. Pergerakannya membuatku gemetar, tepat di hadapan kami ia hampir menusuk kami berempat dengan tongkat sihirnya.

“Berikan!” ucapnya begitu tegas.

Kami mendekap tubuh Kookoo begitu erat, berusaha untuk menutup kalung batu biru telah kami dapatkan dengan susah payah.

“Tidak akan kuberikan,” Aku menatapnya menantang, menghilangkan rasa takut yang menjalar di tubuh kami. Sang ratu berseringai, “Mau kau berikan sekarang, atau setelah temanmu menjadi abu?”

Salah satu pasukan ratu kegelapan melempar bilah-bilah patung batu ke hadapan kami.

“Atau kubuat semua sisa temanmu menjadi hancur lebur seperti kura-kura bodoh ini?”

“Syub!!” Ternyata bebatuan itu adalah Syub yang telah dikutuk oleh ratu kegelapan.

“Aku bisa memulainya dari tiga tawanan tak berupa ini, lalu kalian bertiga, dan akan aku jadikan kalian manusia sebagai santapan terakhirku.”

“Sampai kapanpun aku tidak akan memberikan batu ini!!”

Ratu kegelapan mengibaskan jubahnya yang panjang, ia berlalu dan menghampiri Namu, Jinnie dan Hoba yang dikurung.

“Keluarkan mereka, sepertinya bocah tengik ini ingin bermain-main denganku.” Dengan kasar jeruji yang terbuat dari kayu itu didobrak dengan paksa, melemparkan ketiga teman kami yang sama tak berdaya.

“Kak Namu!!” Chim berteriak lirih, ia berlari dan berusaha untuk mendekap tubuh Namu yang tergeletak.

“Chim, tidak tunggu dulu?” Aku berteriak karena sekarang ratu kegelapan dapat melihat kalung dengan batu biru di leher Kookoo. Bibirnya yang berwarna keunguan tersenyum begitu lebar, dengan matanya yang tajam. Ia menghujam tongkatnya kea rah Chim dan Namu.

Seketika kedua tubuh mereka berubah menjadi batu, “Tidak!!”
Seharusnya aku tahu, jika sejak awal kami tidak bisa melawan ratu kegelapan. Kini teman-temanku tengah dihujami oleh tongkat sihir tersebut. Sang ratu terbang ke arahku, dengan lengannya yang siap mencengkeram tubuh Kookoo, aku dan Tata dilempar menabrak batang pohon dengan keras, dan membuat Tata tak sadarkan diri.

“Ka Alexa, tolong aku?” Kookoo mulai menitikkan air matanya dengan tersengal. Jemari sang ratu dengan kuku yang menghitam mulai menjelajahi leher Kookoo, menarik kalung peninggalan sang kaka yang begitu berharga.

Tubuhnya sudah tak berdaya, menahan cengkraman yang begitu kuat. Sampai akhirnya kalung biru itu bersinar begitu terang di tangan sang ratu kegelapan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top