Kepercayaan
Dedaunan lebat yang tadi kami lewati sekarang telah digantikan oleh hamparan batu yang mengering, kini kami dihadapkan dengan sebuah gunung besar ditambah lava panas yang meluap, entah kenapa udara di sini malah membuat kami menggigil.
Kami saling menghangatkan diri, dan berjalanan beriringan menuju atas gunung.
Aku mendorong payah Chim, Kookoo dan Tata dari belakang, langkah kami begitu berat dari sebelumnya. Udara dingin pun terasa semakin menyayat kulit, satu-satunya yang membuat kami tetap sadar adalah cahaya kemerahan yang berada di ujung sana.
Warna langit bercampur jingga dengan kehitaman yang menjalar semakin dekat, aku tahu jika di sana ratu kegelapan telat bersorak-sorai menantikan kemenangannya. Apakah aku harus menyerah sekarang?
Aku memukul kepalaku, berusaha mengentaskan pemikiran buruk tersebut. Jika harus menyerah seharusnya sudah kulakukan sejak tadi, sekarang ada Taehyung, Syub, Chim dan teman-teman lainnya yang menaruh harap padaku.
Aku mengeluarkan kotak bekal berisi permen cokelat, mengeluarkannya dan berharap dapat mengeluarkan sesuatu yang bisa membantu kami.
“Ka, itu bisa membantu kita naik!” Seru Tata saat permen cokelat itu berubah menjadi sebuah papan dengan mesin bermotor. Aku juga mengeluarkan permen cokelat lain yang berubah menjadi jaket tebal untuk kami berempat.
Tubuh kami menghangat, ditambah perjalanan kami yang menjadi lebih mudah. Kookoo merentangkan tangannya dengan angin sejuk yang menerpa kami.
Tapi, entah kenapa kami terasa seperti berputar-putar di tempat yang sama tak kunjungan menemui titik temu di mana lokasi ketiga berada.
Kami menghabiskan waktu hampir setengah jam, namun tepi dari gunung ini masih terlihat begitu jauh. Kumpulan langit yang menghitam juga semakin terlihat mendekat.
Tata yang kebosanan memainkan teropongnya, ia melihat sekeliling dan menemukan sesuatu yang ganjil, “Ka, kenapa gunungnya berbeda, ya?”
Aku tak begitu menanggapi Tata karena sama bosannya dengan perjalanan kami yang tak jelas.
“Lihat kak, ada pohon yang sangat besar, semuanya begitu hijau dan rindang,” ucap Taehyung kegirangan sambil menunjuk-nunjuk ke segala arah. Matanya juga berbinar begitu cerah.
“Chim, lihat daunnya begitu hijau.” Ia memberikan teropong tersebut pada Chim, dan benar saja pemandangan gunung terlihat berbanding terbalik dengan apa yang kami lihat sekarang. Tidak ada bebatuan kering dengan debu yang lebat.
Ternyata fungsi teropong ini adalah membuat kami melihat apa yang seharusnya kami lihat, bukan tipuan yang biasanya diperlihatkan.
“Tata, ayo tunjukka jalannya.”
“Siap kak!” Tata menyeru sambil mencari di mana cahaya biru berada, kini jalanan terlihat mengarah menuju sebuah cahaya biru.
Dengan mudah papan ini membawa kami menuju titik biru yang ditunjukkan oleh Taehyung.
Akhirnya kami sampai tepat di samping kawah dengan lava yang memancar. Ternyata tak ada lava di sini, yang ada hanyala sungai dengan pepohonan yang begitu tenang di atas gunung.
Tata dapat melihat batu berwarna biru yang begitu terang, namun ia bingung kenapa ia tak dapat meraih batu tersebut, apakah ada yang salah.
“Kak Alexa, Chim, Koo kemari, batunya ada di sini.” Kami kesulitan untuk meraih batu tersebut, padahal benda tersebut berada tepat di hadapan kami. Aku mengingat-ingat lagi apakah ada cara yang bisa kami lakukan pada buku cokelat.
Tiba-tiba terdengar gemuruh yang begitu kencang, bunyi pekakakan terdengar sangat menakutkan, tanpa kami sadari pasukkan ratu kegelapan sudah terlihat di bawah gunung.
Lolongan mereka membuat gemuruh ini menjadi-jadi, bebatuan dan pepohonan bergoyang hebat membuat permukaan tanah tidak stabil.
Aku panik dan membolak-balikkan setiap halaman, namun tak menemukan sedikitpun jawabannya. Bebatuan juga mengguling ke bawah dan membuat tanah tempat kami berdiri turun dengan perlahan.
“Kak, bagaimana ini?” Kookoo menahan tangisnya sambil meraih tanganku.
Telapak tangan kami bertemu, dan hati ku berubah menjadi begitu yakin, entah apa yang membuatku tenang tapi aku tahu apa yang harus kulakukan.
Aku meraih lengan Tata disampingku, begitupun dengan Chim, kami saling bergandengan tangan mengukuhkan keyakinan kami. Aku teringat dengan ucapapan Chim, yang membuat kami dapat bertahan hingga sekarang adalah kami yang saling mempercayai satu sama lain, itu yang kami butuhkan.
Kami saling menyatukan lengan dengan percaya, dan membuat cahaya biru muncul secara perlahan, bongkahan batu berwarna biru naik dari atas tanah dan sampai di hadapan kami. Kami saling menatap satu sama lain, dengan binar kepercayaan membuat setiap rasa gelisah hancur satu persatu.
Batu tersebut melayang begitu cepat ke angkasa, cahaya birunya terbebas dan masuk ke dalam kalung yang dikenakan oleh Kookoo.
Sekarang, aku tahu jika manusia masih layak untuk dipercaya, mereka adalah orang-orang tulus yang akan melakukan segala hal untuk melindungi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top