Kekuatan Magis

Setelah berhasil melewati air terjun, aku sempat melihat terdapat cahaya berwarna biru yang mengitari kami dan sekarang berakhir berada di dalam kalung miliki Kookoo. Jika itu benar, berarti tiga tempat ini adalah jawaban dari kalung tersebut.

Itu artinya akan ada dua cahaya lagi yang mewakili dua tempat berikutnya. Dengan optimis aku meraih lengan Tata dan Chim dengan lekat, saling mengalirkan semangat satu sama lain.

“Teman- teman, bertahanlah kami akan menjemputmu.”

Semakin dalam kami memasuki hutan, tanah yang kami pijak rasanya berubah semakin kering. Tidak, bukan hanya kering namun ada bulir-bulir halus yang dari tadi berterbangan dan menghalau pandangan kami.

Kini aku berdiri di depan Kookoo, Tata dan Chim berusaha untuk melindungi mereka. Jika peta yang tergambar itu benar, lokasi yang kedua berada tak jauh di sini, seharusnya. Namun, kami tak menemukan apapun selain bongkahan tanah berukuran besar dan bebatuan yang cukup banyak. Belum lagi, tanah yang kering itu.

“Aaahh, tolong!!” terdengar teriakan nyaring dari arah belakang, Tata dan Kookoo tengah berusaha menarik tubuh Chimmy di mana kakinya mulai tenggelam masuk ke dalam tanah.

“Astaga, ini pasir hisap! Chim!!”

“Chim, tenanglah jangan terlalu banyak bergerak.” Aku berusaha menenangkan Chim dan yang lainnya, namun entah kenapa bagian tubuh kami juga terasa semakin berat ikut dihisap masuk ke dalam.

“Kak, tubuh Kookoo tenggelam?”
Iya, tubuh kami berempat makin lama tenggelam dihisap oleh pas hisap itu, tak sampai semenit kini kedua kaki kami telah tertimbun pasir ganas. Aku kebingungan untuk mencari cara keluar dari tempat ini, aku berusaha untuk meraih ranselku dan mengeluarkan permen cokelat lainnya, berharap dapat mengeluarkan sesuatu untuk menolong kami.

“Tolong, tolong tenanglah Alexa, kau bisa melakukannya.” Dengan sekuat tenaga aku melawan arus pasir tersebut dan memelintir tubuhku untuk mengambil kotak cokelat di belakang.

Syuut.

Tanpa sadar ekor kera yang dimiliki Tata meregang dan berpegangan pada bebatuan, seketika tarikan tersebut berhasil membuat Tata keluar dari keganasan pasir hisap.

“Tata!! syukurlah.”

“Chim, Koo, Kak Alexa bertahanlah, aku akan menolong kalian.” Ekor Taehyung kembali memanjang dan ingin meraih tubuhku “Tidak Tata, tolong Kookoo dan Chim lebih dulu.”

Aku menahan nafasku karena semakin lama tubuhku masuk semakin dalam, aku bahkan tak berani untuk berkedip, karena takut sedikit pergerakan saja akan memperburuk keadaanku.

Beruntung Chim dan Kookoo berhasil tertolong dengan mudah, ternyata tubuh Tata juga jadi sedikit lebih kuat karena gen dari makhluk primata di tubuhnya. Aku menatap senang karena Chim dan Kookoo sudah selamat, Taehyung maaf aku tidak bisa menepati janjiku.

Dadaku telah ditekan kuat mengeluarkan asupan udara yang tersisa pada kantung paru-paruku. Dengan pasrah aku menjangkau ekor milik taehyung, walaupun harus mengorbankan tubuhku yang telah habis terkubur.

Sampai semuanya berubah menjadi gelap.

‘Maaf Taehyung.’

“Kakak!!!”

“Kakak!! samar-samar terdengar sebuah teriakan, apakah aku telah mati? apakah ini surga yang sering Ayah sebut? aku sepertinya lebih pantas berakhir di neraka.

“Alexa!!” Namaku dipanggil dengan keras sampai menyentakkan diriku, dengan nafas yang terengah-engah aku berusaha membuka mataku meraih titik-titik cahaya kembali.

“Tenanglah Alexa, sekarang sudah aman.” Benar, aku selamat, kami berada di atas bebatuan besar yang tak kena pengaruh pasir hisap di sini. Mataku kembali meneteskan air mata dan aku menggapai tubuh ketiga teman di hadapanku.

Kami nyaris mati, namun berakhir selamat. Aku tak sanggup untuk mengingat detik-detik menyeramkan tadi, ternyata mati tidak semudah memikirkannya, ini sangat menakutkan.

“Terimakasih, terimakasih.” Hanya itu yang dapat kulafalkan, sinar berwarna kekuningan kembali muncul mengitari tubuh kami dan berakhir bersinar terang dalam kalung yang dikenakan Kookoo.

“Satu tempat lagi, kita harus bergegas teman-teman.”

Aku bangun dengan menguatkan kedua kakiku yang masih lemas, tinggal selangkah lagi, aku tidak boleh menyerah di sini.

Buku cokelat kembali menuntun perjalanan kami menuju tempat terakhir, sampai sebuah gambar gunung besar dengan lava kemerahan di sekitarnya terlihat berada di ujung peta. Tempat yang kami tuju berada pada inti gunung tersebut.

Aku menelan ludah melihatnya ngeri, gambar yang terlukis pada buku itu menampilkan sebuah gunung besar dengan kawah besar, beserta asap kemerahan yang mengepul, terlihat seperti jeritan-jeritan yang menakutkan.

“Ratu!!! Kami telah menemukan keberadaan mereka!!”

Dengan seringai lebarnya, ratu tersenyum menyeramkan kearahku.

Oh, tidak, Alexa dalam bahaya. Aku kembali berusaha melepaskan ikatan yang membuat lenganku semakin kemerahan hingga membuat goresan-goresan yang bercampur darah, menimbulkan bau besi yang semakin menyeruak hidungku.

“Lepaskan aku!! Lepaskan aku, sialan!!”
Ratu hanya menyeringai melihat tubuhku yang tak berdaya sedikitpun, “Bawa manusia ini, agar dia melihat temannya mati di tanganku.” Tawa menggelegar megisi ruang-ruang istana yang dipenuhi metal dan es yang gelap, membuat hawa dingin menyeruak menusuk-nusuk ke dalam tulang.

“Pasukanku, kejar mereka!!”

“YAAA!!!!” Sorakan menggelegar membuat semua keberadaan di sini bergetar, dengan tergesa-gesa pasukan ratu hitam keluar dari pintu singgasananya, mereka saling berebut dan memamerkan wajah bengisnya.
Tubuhku diangkat mengikuti, kerumunan pasukan hitam menuju keberadaan Alexa.

“Alexa!!”

“Kak, tempat ini rasanya semakin dingin.”

“Benar Kook, di sini dingin sekali,” ucap Chim sambil menggosok-gosok telapak tangannya berusaha untuk meningkatkan suhu tubuhnya.

“Kak, bukankah tujuan kita berikutnya adalah gunung berapi? seharusnya tempat berikutnya tidak sedingin ini kan?”

Aku hanya mengangguk heran, berusaha mencari jawaban dari keganjilan tersebut. Terlihat dari arah utara, langit gelap berjalan ke arah kami dengan cepat, sinar matahari yang menembus langit gelap itu berubah menjadi oranye yang menyeramkan.

“Oh, tidak, kita harus lari!!”

Langit yang berubah menjadi gelap bukanlah petanda baik bagi kami, itu pasti pasukan ratu hitam. Kami harus segera sampai menuju gunung lebih cepat dari mereka. Kami berempat berlari dengan tergesa melewati dedaunan tinggi dan kerikil yang terhampar di hadapan kami, kepulan asap panas semakin terasa, beserta debu-debu kelabu yang mulai berterbangan.

Suara memekakkan terdengar semakin nyaring, pertemuan dengan sang ratu hitam semakin dekat menghantui kami. Begitupun dengan sesuatu di hadapan kami, sebuah kawah panas berwarna merah dengan gelembung-gelembung yang meletup saking panasnya.

Tidak, aku tidak bisa membawa yang lain melewati ini. Ini terlalu berbahya.

“Kalian tunggu di sini!!”

Aku berhenti dan tak berani menatap ketiga temanku di belakang, “Terimakasih untuk semuanya, sampai sini aku harus maju sendiri, ini terlalu berbahaya.”

“Tidaak kak!! Kita harus tetap bersama, itu adalah kuncinya.”

“Semua yang kita miliki sekarang itu adalah berkat kita yang tetap bersama sampai sekarang Kak!!”

“Iya Kak, betul kata Tata, seperti kami yang percaya dengan kak, kami bertiga telah percaya sepenuhnya sampai akhirnya berhasil membawa kami ke sini.” Chim meraih lenganku, berusaha untuk meyakinkan.

Bukan seperti itu, tapi, “Tidak Chim, ini terlalu berbahaya bagi kalian, aku sudah berjanji pada Namu dan yang lain.”

“Kak!! sadarlah!! tidak ada yang dapat melaju sendirian, jika kita memulainya bersama maka kita harus mengakhirinya bersama-sama, apa kakak tidak ingat, siapa yang telah menyelamatkan nyawa kakak di pasir hisap?”

Benar, aku tidak bisa apa-apa tanpa mereka. Aku membalikkan tubuhku menatap Tata, Chim dan Kookoo bergantian. Seharusnya aku sadar, jika kami yang bersatu dan saling mempercayai ini yang membuat semua keajaiban hutan cokelat ini bekerja.

Ketulusan yang Kookoo miliki, keberanian milik Chim dan kebijaksanaan dalam diri Tata. Semuanya bersatu membuat keajaiban Cokelat bekerja, bukan diriku yang egois.

“Kak Alexa, Kakak adalah orang terkuat yang pernah kami temui, dan kami percaya itu, ratu hitam atau apapun kita pasti bisa melaluinya.” Tata ikut menggenggam lenganku meyakinkan.

Mataku yang tak lepas dari ketiganya, akhirnya mengangguk. Jika ini yang terakhir untuk kami, maka kami akan pergi dengan hormat, namun tidak untuk hari ini.

“Tunggulah kami.”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top