Dimulai?

Kurasa buku dengan sampul cokelat itu bukan hanya buku biasa, aku yakin ada suatu rahasia yang berusaha disampaikan dan tidak kami pahami.

Jika aku tak salah ingat, kemarin aku sempat mencium aroma cokelat panas yang biasa kujadikan selai untuk isian adonan yang kubuat pada setiap halaman buku tersebut.

Tidak mungkin buku yang tertinggal bertahun-tahun di hutan memiliki aroma yang sama jika memang pemiliknya yang membuat buku tersebut seperti itu.

“Aku harus bertemu dengan pemiliknya.”

                                  …

“Taehyung!!” Aku setengah berlari ke arah Taehyung, dengan membawa bekal yang lebih banyak aku sengaja menunggu Taehyung di ayunan kemarin lebih cepat. Tentu saja, karena sudah semalaman aku sangat penasaran dengan buku tersebut, sungguh aku tidak bisa mati penasaran seperti ini.

“Kamu bawa bukunya kan?” ucapku sambil tertunduk menumpu pada kedua lututku karena kelelahan berlari setelah melihat Taehyung muncul.

“Iya, aku bawa, kok. Ada sesuatu yang harus kau lihat.” Taehyung mengeluarkan sehelai kain berwarna merah dari saku celana pendeknya.

“Terimakasih.” Aku menerimanya begitu saja.

“Hei!! bukan untuk mengelap ingusmu tau!!” Taehyung terlihat menggerutu melihat sapu tangan berharganya kugunakan untuk menyeka ingusku. Lagian, tidak akan kubiarkan Taehyung meledduk anak ingusan.

“Maaf, nanti kucuci,” ucapku kali ini sambil tersenyum lebar bahkan sampai membuat kedua belah mataku menghilang.

“Baiklah jadi ini yang kutemukan semalam, pasti kamu tidak akan percaya dengan apa yang kamu lihat.” Taehyung nyengir sambil meraih tas selempangnya, ia mengambil buku tersebut dan malah menjatuhkan buku sekaligus barang yang ia bawa.

Gagal deh keliatan keren di depan aku, pikirku dalam hati, niatnya ingin meledek tapi aku ingat ada hal yang lebih penting sekarang, terutama ini berkaitan dengan buku tersebut, buku yang mengganggu pikiranku semalaman.

Kami duduk berhadapan memandang buku yang telah digenggam oleh Taehyung, aku meneguk ludahku gugup. Entah apa yang membuat aku gugup, tapi yang jelas buku ini sudah cukup membuatku penasaran.

Taehyung mulai membuka setiap halaman, masih terlihat beberapa kalimat yang kami baca kemarin.

Hingga tangannya berhenti pada halaman yang sama, pada sepasang telapak kaki di ujung halaman.
Mataku membola melihatnya, secara beraturan telapak kaki tersebut tergores seakan berjalan.

“Tae, ini bukan kamu yang menggambar kan?”

“Sungguh, aku bersumpah, aku juga sama terkejutnya kemarin.”

“Apa buku ini ajaib, ya?” tanyaku polos sambil tetap menatap telapak kaki tersebut yang kini telah berjalan memanjang, namun lagi-lagi berhenti hanya beberapa langkah.

“Ayo kita pastikan.” Taehyung mengajakku berdiri, kami berjalan kembali kearah di mana buku tersebut Taehyung temukan. Dengan buku yang masih kami buka dan tentu saja tatapan kami yang tak lenyap pada halaman tersebut. Seisi hutan seakan ikut gugup memperhatikan buku tersebut.

“Taehyung!!! kau cerdas!!”
Jejak tersebut kembali tergores pada halaman tersebut, sampai pada titik di mana Taehyung memungut buku tersebut. Kini halaman itu telah tergores dengan sendirinya, terlihat menyerupai sebuah peta.

“Tae, ini terlihat seperti peta.”

“Aku tak begitu yakin, tapi ya, kurasa ini terlihat seperti peta hutan ini. Kakek punya satu yang terlihat sama persis seperti ini di lumbungnya.”

“Hanya saja ada beberapa bagian pada peta ini yang terlihat berbeda, ini seperti peta harta karun. Lihat telapak kakinya menunjukkan kita pada gambar bebatuan yang berwarna biru laut yang mengkilap.” Taehyung terlihat antusias, matanya berpancar sepuluh kali lipat lebih bersinar dari biasanya.

Tapi, memang tak bisa dipungkiri aku juga tak kalah antusias dengannya. Sepertinya bukan hal yang buruk mencari harta karun.

“Mau mencarinya?” ucapku sambil menatap Taehyung.

Taehyung terlihat berpikir sejenak, ayolah tinggal bilang iya Tae, aku tau kamu juga mau ikut. Aku tidak mau terlihat lebih antusias dari Taehyung, pokoknya aku harus mempertahankan imej lebih dewasa dari pada Taehyug.

Taehyung terseyum sambil menggangguk. “Baiklah.”

Tak banyak yang kami temukan setelah berjalan selama tiga puluh menit, bahkan jalanan yang kami jelajahi sesuai peta ini terkesan lebih membosankan dan sepi dari pada hutan di pinggir danau kemarin.

Tidak ada bunga warna-warni pada dahan pohon, tidak juga burung-burung yang terbang kesana kemari di atasnya. Lengkap hanya ada pepohonan tinggi dengan daun lebar berwarna kehijauan, hampir semuanya terlihat sama hanya ukurannya saja yang berbeda.

Aku jadi ragu dengan peta pada buku tersebut, apa ini hanya bualan saja?
Tapi, tidak mungkin kan telapak kaki yang tiba-tiba muncul itu hanya bualan. Aku lihat langsung kok, bagaimana telapak tersebut tergambar dengan sendirinya, Taehyung juga melihatnya.

“Tae, kita istirahat sebentar, ya.” Taehyung yang berjalan di depanku ikut berhenti, aku jadi heran sendiri kenapa ia tidak heboh seperti biasanya.

“Baiklah, aku juga sudah sangat kelaparan.” Taehyung memperlihatkan perut putihnya yang terlihat bergetar diringi bunyi gemuruh yang terdengar sangat jelas.

“Taehyung!!” Aku refleks memukul kepalanya sambil membalikkan badanku, dasar ternyata dia diam karena kelaparan, aku jadi kesal sendiri sudah memikirkan yang aneh-aneh tadi.

Aku dan Taehyung membuka camilan yang kami bawa, Taehyung terlihat membawa segulung kimbab yang belum dipotong dan aku membawa satu tempat berisi permen cokelat warna warni yang berbentuk lingkaran.

Taehyung menyantap satu potongan kimbap dengan lahap, akupun juga tak ketinggalan meraih segenggam permen cokelat dan memasukkannya sekaligus. Cara terbaik untuk menikmati permen cokelat.

Setelah habis melahap satu potongan besar, Taehyung kembali meraih potongan kedua, terbuat dari apa perutnya bisa melahap habis kimbap sebanyak itu. Aku jadi kenyang sendiri hanya melihatnya makan, lihat saja remahan rumput laut kering masih ada yang menempel di bibirnya.

“Loh!! Kenapa kimbap ku sudah habis?” Aku terkejut mendengar Taehyung yang tiba-tiba berteriak, membuat permen cokelat di lenganku tumpah kembali ke tempat makan dan sayangnya ada yang jatuh ke tanah, sedihnya.

“Kenapa sih, Taehyung!! kamu mengejutkanku tau!!” Aku menjitak kepalanya kesal karena permen cokelat ku yang berharga jatuh ke tanah.

“Lihat kimbapku menghilang?”

“Iya, menghilang masuk ke perut karet kamu!” ucapku masih dengan nada ketus, masih tak terima dengan yang tadi.

“Ihh, aku serius Alexa, tuh lihat seharusnya masih ada satu potong kimbap lagi di sini.”

“Lihat!!” Taehyung menunjuk panik kearah kotak cokelat yang ia bawa.

“Lihat, Alexa!! ada yang mengambil cokelatmu tadi.”

Taehyung berdiri dan berlari kebalik pohon tempat hewan tadi bersembunyi. “Akan kutangkap kau.”

Tak peduli dengan Taehyung yang sudah berlari kearah balik pohon, aku memungut beberapa permen cokelat yang belum tersentuh tanah. Aku tidak akan membiarkan mereka jatuh sia-sia, ucapku prihatin.

Aku terhenti sampai bunyi teriakan lantang terdengar dari arah Taehyung pergi tadi, “Ah!!!”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top