Coffee & Milk

Secangkir kopi dan susu dihidangkan. Gerimis turun dengan lumayan deras sore itu.

Nijimura duduk di sofa miliknya. Secangkir kopi panas disediakan di depannya dan juga susu.

Sejak dulu, dia memang sudah terbiasa membuatkan kopi dan susu. Satu untuknya dan satu untuk istrinya, yang sekarang sudah menjadi mantan.

Lelaki berusia 28 tahun itu, mengusap wajah kasar. Album foto di tangannya, mengingatkannya pada kenangan-kenangan itu.

Tanpa disadarinya, air matanya jatuh. Kerinduannya kepada sang mantan istri tak bisa dipungkiri. Dia sangat merindukan wanita itu.

Apa kabarnya sekarang? Apa dia merindukanku?

***

Sore itu, Nijimura membuat kopi dan susu.

Tatapannya kosong. Rahangnya mengeras. Tangannya mengepal.

Dia marah. Sangat marah.

Tadi, dia melihat sang istri sedang bermesraan dengan adik kelasnya waktu SMP dulu. Midorima Shintarou.

Apa dia kurang menyayangi istrinya? Apa dia sudah tidak setampan dulu lagi?

Nijimura hanya menatap kosong kopi di depannya.

"Aku pulang." Suara lembut dari seorang wanita terdengar.

"Kau darimana?" Tanya Nijimura dengan tatapam tajam.

"Aku dari kantor. Memangnya kau kira aku kemana?"

Nijimura tertawa dengan dipaksakan. "Bukannya kau berselingkuh dengan Midorima, ya?"

"Aku tidak berselingkuh. Aku bertemu Midorima hanya untuk urusan kantor," bantah wanita itu.

"Sudahlah. Jangan membantah. Akui saja. Aku sudah muak dengan semua kebohonganmu." Nijimura menatap tajam sang istri.

"Aku tidak bohong."

"SUDAHLAH. AKUI SAJA. KAU BERSELINGKUH KAN?"

Hening.

Tak ada suara.

Nijimura melirik sang istri yang menunduk. Terdiam. Bentakan Nijimura membuatnya sakit hati.

"Hey. Kau tau? Aku juga sudah muak. Aku muak terus-menerus dicurigai. Selama ini aku sudah bersabar. Hubungan tak akan kuat jika tak ada kepercayaan antar masing-masing."

(Name) menghela napas kasar, menatap Nijimura dingin. "Aku tak ingin meneruskan pernikahan ini. Aku ingin cerai."

Nijimura mematung. "Ja-jangan bercanda..."

"Aku tidak bercanda. Aku sudah muak. Kau tak pernah menghargaiku. Aku muak."
(Name) melangkah ke kamar dan membanting pintu. Meninggalkan Nijimura mematung.

***

Setelah perceraian, Nijimura menatap nanar wanita yang sudah menjadi mantan istrinya.

Sang mantan istri tak ingin menatapnya. Menghindar dari Nijimura.

"Semoga kau bahagia..." bisik Nijimura pada angin yang berhembus kencang.

***

Lelaki berusia 28 tahun itu menatap ke luar jendela kafe. Hujan turun dengan derasnya.

Dia menatap secangkir kopi di depannya. Kali ini tidak bersama dengan secangkir susu.

Kafe tersebut ramai oleh orang-orang yang berteduh dari hujan yang semakin deras.

"Hai... Nijimura-san... lama tak bertemu. Apa kabarmu?" Wanita bersurai coklat itu menyapa. Sekarang umurnya sekitar 27-an.

Manik Nijimura menatap wanita itu dengan tatapan datar. Tak ada cahaya lagi di matanya.

"... aku baik..." ucap Nijimura samar.

"Apa kau sudah dapat pengganti?" Tanya wanita itu lagi.

Nijimura menggeleng. Bagaimana dia bisa mencari pengganti. Sampai sekarang yang ada di hati dan pikirannya adalah wanita di depannya.

"Ah... begitu ya..." wanita itu bergumam.

Canggung.

"Aku yakin kalau kau akan dapat pengganti. Dia akan lebih menyayangimu." Wanitabitu tersenyum lembut. Membuat hati Nijimura semakin sakit.

Hening.

"Mama! Hujannya sudah berhenti. Ayo pulang!" Teriak anak kecil yang mirip dengan wanita di depannya.

"Ah.. kau benar, Rei. Hujan sudah berhenti." Wanita itu berdiri, kemudian menggandeng anak kecil itu.

"Kami permisi dulu, Nijimura-san." Wanita dan anaknya pergi meninggalkan kafe.

Nijimura hanya terdiam dan menunduk. Kemudian air matanya jatuh. Sakit hati tak terbendung.

"Aku seharusnya bahagia ketika melihatmu bahagia..."

***

3 Mei 20xx.

Telah ditemukan mayat pukul tiga dini hari tadi. Diduga depresi dan stres. Sehingga dia melompat dari tebing. Dari ciri-cirinya, diduga mayat tersebut bernama Nijimura Shuzo.

***

AHAHAHA /plak/

Jadi, ini yang terjadi antara riku dan bang niji... eyaak /ditaboque/

#030518

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top