Latte

Pagi ini terasa sangat sejuk, udara berangin dan segar membuatku merasa damai di waktu subuh ini. Kebetulan karena hari ini aku sedang libur kuputuskan untuk bangun pagi sambil berjalan-jalan di sekitar perumahanku, bertemu dengan beberapa orang yang sedang sibuk dengan aktivitasnya dan beberapa kupu-kupu yang sedang bermain bersama di taman bunga.

Seekor kucing berwarna hitam tampak sedang berjalan-jalan sambil mengeong, sepertinya dia tampak lemas karena belum makan. Aku menghampirinya sambil mengelus kepalanya pelan, "Hai pus cantik, kamu lapar ya?"

"Meong."

Kucing hitam itu mendekatkan kepalanya ke telapak tanganku sambil menggerakkan kepalanya dengan manja. "Kalau begitu ayo kita makan dulu.". Aku berjalan menuju supermarket yang sudah buka di pinggir jalan dengan diikuti kucing tersebut, kuputuskan untuk membeli makanan kucing dan roti untukku. Aku membuka bungkus makanan kucing itu dan menempatkannya pada sebuah wadah bekas kemudian memberikan kepadanya.

"Ini makan."

Kucing hitam itu kemudian memakan makanan tersebut dengan lahapnya, sepertinya memang benar ia sangat kelaparan apalagi badannya sangat kurus. Meskipun dia terlihat seperti kucing liar tapi dia memiliki bulu yang sangat bagus dan bersih, aku berpikir sepertinya kucing ini diurusi oleh orang lain tapi tidak sepenuhnya diurus. Roti yang tadi kubeli pun kumakan juga bersama dengan kucing itu yang asik memakan makanannya hingga habis.

"Meong."

"Kenapa?"

Kucing itu hanya mengeluskan kepalanya sambil menatapku, kemudian merebahkan badannya di dekatku. Tak sampai disitu saja ia malah naik ke atas pahaku dan duduk dengan tenangnya. "Eh kamu ini maunya dimanja ya." kataku sambil mulai mengelus kepalanya, dia memejamkan matanya menikmati angin dan usapan. Saat sedang bersantai dengan kucing hitam seorang lelaki cranberry itu menyapaku.

"(Y/n) chan. Ohayo."

"Daimon san, ohayo."

"Sedang apa kamu disini?"

"Aku sedang bersantai dengan kucing."

"Kucing? Apa itu kucingmu?"

"Bukan. Ini kucing liar."

"Oh." katanya sambil menganggukkan kepalanya.

"Ah iya, Daimon san sendiri sedang apa?"

"Aku mau membuka cafe, kalau mau ikut saja."

"Baiklah. Aku mau ikut, siapa tahu aku bisa membantumu."

Aku menaruh kucing hitam itu di bangku taman, "Pus cantik, aku pergi dulu ya. Nanti kita bertemu lagi."

"Meong."

Kucing itu melanjutkan tidurnya lagi dan kami langsung bergegas menuju cafe Champ de fleur. Daimon membuka pintu itu dan segera mengambil alat bersih-bersih yang berada di dalam loker yang ada di kantornya. "Daimon san, mari kubantu."

"Hai' douzo."

Daimon memberikan alat bersih-bersih itu kepadaku, aku mulai menyapu lantai dan mengelap beberapa meja. Daimon segera menyiapkan beberapa peralatan untuk membuat kopi, ia juga tengah menyeduh biji kopi yang telah dia giling menggunakan mesin penggiling kopi. Aromanya sangat wangi dan membuatku bersemangat. Selesai dengan pekerjaanku aku duduk di dekat meja yang terhubung langsung dengan tempat Daimon membuat kopi, ia menuangkan susu ke dalam kopi tersebut dengan melukisnya menjadi beberapa gambar yang cantik.

"Daimon san sedang buat apa?"

"Aku sedang membuat latte, apa kamu mau coba?"

"Apa boleh?" tanyaku.

"Tentu saja."

Dia memberikan gelas berisi latte itu kepadaku, "Douzo."

"Arigato."

Aku mencoba meminumnya dengan hati-hati karena kopi itu masih panas, menghirup aroma manisnya sambil merasakan rasa yang ada pada minuman ini.

"Bagaimana rasanya?"

"Manis dan hangat."

"Syukurlah kalau kamu suka."

"Kopi Daimon san sepertinya enak semua ya, aku jadi ingin mencicipi semuanya."

"Haha, jangan kebanyakan minum kopi. Nanti kamu tidak bisa tidur lagi."

"Ya habisnya bagaimana ya, kadang kalau di sekolah aku sering mengantuk. Bahkan waktu masih pagi."

"Apakah kamu sering begadang?"

"Tidak juga, aku selalu tidur jam 10 malam."

"Kalau begitu cobalah tidur lebih cepat, misalkan jam 8 malam sudah tidur."

"Hai' aku akan mencobanya jika aku tidak sibuk dengan tugasku."

Daimon tersenyum sambil melanjutkan kesibukannya lagi, tak lama beberapa pelanggan datang dan duduk di kursi sebelahku.

"Daimon san aku pesan latte ya."

"Hai'."

Daimon mulai sibuk menyiapkan pesanan orang tersebut, aku segera menghabiskan minumanku dan mulai ikut membantunya melayani pelanggan. Cafe Champ de Fleur mulai ramai oleh pelanggan dan kami berdua kini tengah sibuk, di tengah kesibukan tersebut datanglah seorang lelaki berambut abu-abu sambil membawa sebuah gitar berwarna merah.

"Daimon san..." sapanya.

"Oh, Jun. Ada apa?"

"Hari ini aku ingin latihan gitar disini, apakah aku boleh pakai studiomu?"

"Tentu. Pakai saja."

"Arigato gozaimasu Daimon san." katanya sambil tersenyum kemudian menatapku sambil menyapa, "Ohayo."

"Ohayou." balasku dengan sopan.

"Kalau begitu aku langsung ke sana saja ya."

"Hai'. Aku akan menyusul nanti." kata Daimon.

"Daimon san, apa dia temanmu?" tanyaku.

"Iya, namanya Jun. Suzaki Jun."

"Oh."

"Apakah kamu mau melihat kami bermain?"

"Iya. Aku mau."

"Baiklah, setelah ini selesai. Jika ada waktu senggang aku akan berlatih."

Aku senang karena hari ini tidak hanya membantu Daimon namun aku juga bisa melihatnya bermain alat musik bersama temannya, Jun.

A continué

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top