Caramel Machiato
Kami beristirahat sejenak di siang hari karena jam sudah menunjukkan angka setengah 12 siang. Aku meregangkan tubuhku karena rasanya sangat lelah, begitu juga dengan Daimon yang sekarang sedang duduk sambil meminum secangkir air.
"(Y/n) chan, arigatou gozaimasu."
"Iie, Daimon san. Aku senang bisa membantumu."
Daimon meletakkan cangkirnya dan merapikan peralatan kopinya kemudian mengajakku untuk pergi ke ruang studio. "Ayo, Jun mungkin sudah menunggu."
"Hai'."
Daimon mengetuk pintu studio terlebih dahulu sebelum kemudian dia masuk, terlihatlah bahwa Jun sedang bermain gitar dengan sangat lihai sampai dia tak sadar jika aku dan Daimon sudah masuk. Jun yang sedang terbawa suasana itupun menengok ke belakang, saat dia melihat kami wajahnya langsung memerah dan jadi salah tingkah.
"Go .... gomennasai.."
"Iie, daijoubu Jun. Malah kami yang sepertinya mengganggumu berlatih."
"Yah ... tadi aku terbawa suasana, makanya aku seperti itu."
"Jun san sangat hebat ya." kataku.
"Arigatou."
"Nah sekarang aku akan mulai latihan juga. Aku akan persiapkan diriku dulu." kata Daimon.
Daimon mempersiapkan drumnya dan mulai mengecek suara instrumennya apakah sudah sesuai atau belum, sementara itu Jun yang sudah tampak kelelahan memutuskan untuk duduk di bangku dan meminum sebotol air. Lalu aku yang daritadi hanya melihat mereka pun bertanya kepada Daimon. "Daimon san, apakah kalian hanya dua orang saja?"
"Iie, kami berlima. Yang lain sedang bekerja jadi yang sempat berlatih hanya aku dan Jun."
"Ya, tiga orang lainnya adalah Felix san, Tomoru kun, dan Koharu san. Mereka semua orang yang sangat sibuk."
"Souka."
"Nah sudah siap, Jun apa kau bisa mulai lagi?"
"Tentu Daimon san."
"Ganbatte." kataku menyemangati mereka berdua.
Keduanya mulai memainkan alat musiknya masing-masing, mereka cukup ahli memainkannya seperti musisi profesional. Aku cukup terpukau mendengar melodi yang mereka buat, juga mereka berlatih beberapa lagu dan itu semua sangat bagus saat kudengar. Tiga lagu telah mereka mainkan hingga mereka berdua terlihat sangat lelah, Daimon menyeka keringatnya dengan handuk sedangkan Jun masih mengatur nafasnya yang terengah-engah.
"Encore .... encore .... encore .... encore .." kataku sambil mengayunkan lenganku seperti seorang penonton yang memegang lightpen.
"Haha ... apakah kamu menyukai musik kami?"
"Tentu saja Daimon san, walaupun itu hanya instrumen tapi sangat bagus. Mungkin jika dijadikan musik latar untuk tugasku itu akan menarik."
"(Y/n) chan baik sekali ya ... arigato sudah menyukai musik kami."
"Doumo Jun san, Daimon san."
Asik berbincang setelah berlatih tak terasa waktu sudah menunjukkan angka 1, aku memutuskan untuk pulang dari cafe tersebut, "Daimon san, Jun san. Aku pamit pulang ya. Untuk semuanya arigatou gozaimasu."
"Doumo, itarashai (Y/n) chan."
"Matta ne."
Aku membuka pintu keluar cafe Champ De Fleur dan melihat langit siang yang amat cerah itu walaupun udara mulai memanas. Aku segera melangkahkan kakiku untuk menuju rumah, rasanya badanku ini ingin cepat-cepat tiduran. Sesampainya di rumah aku langsung menuju kamarku dan beristirahat di kasurku yang empuk itu, tak terasa aku memejamkan mataku.
Sore harinya aku terbangun dari tempat tidurku, kulihat jam yang sudah menunjukkan angka setengah 5. Langit juga sudah mau gelap, aku bergegas untuk mandi dan menyiapkan makan malam namun ....
"Gak ada apa-apa ..." aku menunduk menyesal karena aku belum membeli apapun untuk bulan ini.
"Ah, kalau begitu aku makan ramen saja. Untuk minumannya aku mau teh."
Aku segera mengambil dompetku dan tas belanjaan untuk berbelanja, tapi sayangnya hujan yang sangat deras malah turun disertai dengan petir dan angin yang kencang. Membuat niatku yang ingin pergi keluar rumah malah berganti menjadi malas, tapi kalau aku gak belanja apa-apa terus malam ini mau makan apa?
Di tengah kebingungan yang melanda, suara ketukan dari pintu luar terdengar menandakan ada seseorang di balik daun pintu tersebut, aku penasaran sambil melihatnya dari celah pintu. Tampak seseorang mengenakan jaket berwarna biru putih berambut pink yang basah kuyup karena hujan, pintu langsung cepat-cepat kubuka untuk melihat orang itu lebih dekat.
"Daijoubu?" tanyaku.
"Daijoubu, tolong ambilkan handuk."
"Ah, hai'."
Aku mengambilkan handuk kecil dan memberikannya kepada orang itu.
"Douzo."
Orang itu segera mengelap kepalanya yang basah dan beberapa tubuhnya yang terkena air.
"Bajumu basah sekali, sebaiknya ganti baju dulu agar tak demam."
"Tidak usah lagipula aku hanya menumpang disini."
"Tidak, aku punya beberapa baju laki-laki jadi kau bisa pakai."
"Arigatou." katanya balas tersenyum.
"Doumo, ngomong-ngomong namaku (Y/n). Namamu?"
"Koharu Mitsurugi."
"Koharu?"
Rasanya aku pernah mendengar nama itu dari seseorang tapi dimana ya? Ah mulai lagi sifat pelupaku ini.
A continué
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top