Coffee and TV
So give me coffee and TV
Peacefully
I've seen so much, I'm going blind
And I'm brain-dead virtually
Sociability
Is hard enough for me
Take me away from this big bad world
And agree to marry me
So we can start over again.
Song Jongho, namja pemilik tatapan mata jenaka itu terdiam beberapa detik ketika seorang yeoja dengan rambut sebahu, mengenakan trench coat warna beige dipadu dengan midi skirt hitam mengambil tempat duduk di depan mejanya. Jongho merupakan seorang pengacara muda yang mengadakan pertemuan dengan kliennya yaitu teman sekolahnya dulu, Park Shihoo.
Jongho memperhatikan yeoja itu karena sewaktu wanita yang memakai kacamata itu mencari tempat itu, mereka sempat beradu pandang selama satu detik. Dan dalam waktu sesingkat itu, hati Jongho berdesir. Ketika yeoja itu melangkahkan kakinya dan menimbulkan bunyi di lantai marmer, Jongho bisa melihat tungkai kaki wanita itu yang panjang dan seksi. Namja itu menelan ludahnya berusaha mengenyahkan khayalan aneh yang tiba-tiba merusak pikirannya.
Ah ayolah, Song Jongho. Kau baru sebulan putus dengan pacar terakhirmu karena kesibukanmu. Wanita adalah hal terakhir yang kau perlukan sekarang.
Yeoja dengan mata lebar itu meletakkan pesanan kopinya berupa iced capuccino di meja sebelum menatap ke luar jendela. Titik-titik hujan membasahi kaca pembatas cafe itu. Yeoja itu menarik nafas. Karena pekerjaannya sebagai perencana pernikahan dan hari ini ia bertemu dengan pengantin yang bisa disebut sebagai bridezilla, ia ingin menikmati sore itu sendirian dan sedikit bermalas-malasan. Ia telah berniat pulang ketika hujan rintik-rintik mulai membasahi area parkir kantornya namun ketika ia mulai menjalankan mobilnya melewati cafe ini, ia tergoda untuk berhenti untuk menikmati kopi yang ditawarkan cafe itu.
Jongho masih memperhatikan yeoja itu dan mulai menebak dalam hati apakah ia ada janji dengan seseorang. Ia tahu pasti kalau jam menunjukkan pukul 08.12 KST. Kalau ia memang ada janji dengan seseorang artinya ia datang terlampau cepat sekitar tiga puluh delapan menit. Kalau janjinya pukul delapan maka ia sudah terlambat dua belas menit.
"Sebagai pengacaraku, apa yang kau sarankan?"
Jongho mencoba fokus ketika sang klien, Park Shihoo menanyakan itu, memberikan jawaban terbaik sebagai pengacara juga sebagai teman.
Waktu berlalu, tiga puluh delapan menit, yeoja itu masih tetap di tempatnya, menikmati kopinya dengan santai. Dalam kurun waktu itu sama sekali tidak melirik jam atau mencoba menghubungi seseorang. Jongho hampir yakin kalau ia memang tidak ada janji dengan siapapun.
Yeoja itu mengangkat tangannya menyapukan rambut halusnya yang jatuh ketika ia menunduk. Mata Jongho mencari cincin kawin dan ia merutuki dirinya sendiri yang lega karena tidak menemukan cincin kawin yang dipakai oleh yeoja itu.
Jeong Yumi, yeoja itu akhirnya meneguk habis kopinya. Sewaktu meletakkan cangkir kopi ia sempat melirik namja yang sedang sibuk bicara dengan lawan bicaranya di meja seberang. Namja yang memiliki senyum jenaka dan kulit cokelat eksotis. Yumi pernah bertemu dengan para pria yang menarik sepanjang karirnya sebagai perencana pernikahan. Sebagian dari mereka adalah kliennya namun sebagian lagi adalah para pengiring pria serta para vendor yang membuat pesta pernikahan berjalan dengan lancar. Ada beberapa dari pengiring pria pernah mengajaknya kencan tetapi semua itu tak pernah berlanjut karena Yumi terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
Berita baiknya adalah tidak ada satu pun dari mereka yang memberikan efek seperti pria di depannya ini sehingga ia tak pernah menyesal telah mengabaikan mereka.
Berita buruknya?
Oke, namja dengan senyum yang khas dan kulit cokelat ini yang sempat beradu pandang dengannya ketika ia mencari tempat duduk membuat perasaannya digelitik.
Pabo Yumi!
Hal terakhir yang dibutuhkannya adalah seorang namja!
Bagaimana ia bisa berkencan dengan namja kalau ia sama sekali tidak punya waktu itu?
Ia menghela nafas. Ia harus cukup puas dengan kehidupannya sekarang. Karirnya bagus, kuat dari segi ekonomi, itu cukup baginya. Lalu ia mencoba tersenyum sendiri.
Sekali lagi ia melirik namja itu yang masih sibuk berbicara dengan pria di depannya.
Annyeonghigaseyo.
Ia berdiri menyambar tasnya dan berniat meninggalkan mejanya. Ia tak ingin menoleh pada pria itu lagi. Buat apa?
Ketika ia menyampirkan tasnya di bahu, pria itu sudah berdiri di hadapannya dan tersenyum. Bahunya tegak dan matanya berkilat nakal.
"Annyeonghaseyo, apa kau keberatan memiliki namjachingu yang baru saja putus dari pacarnya karena tak punya banyak waktu untuknya?"
Yumi hampir meledakkan tawa karena mendengar pertanyaan paling aneh yang pernah dilontarkan namja untuk mengajaknya berkencan.
"Kadang-kadang aku juga harus bekerja di akhir minggu," jawabnya sambil tersenyum.
Song Jongho berdehem lalu mengulurkan tangannya.
"Song Jongho imnida. Senang berkenalan denganmu."
Yumi membalas uluran tangan kokoh itu.
"Jung Yumi imnida."
Notes : Diclaimer dari Veil of Night milik Linda Howard meski tidak mirip-mirip amat. Dan jujur agak mirip dengan pengalaman penulis waktu zaman kuliah. *dilarang menertawakan penulis wkwkwkwk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top