BAB 9

"Tình thương đó là tình phu thê."

***

Semakin banyak pekerjaan, semakin luas juga pergaulan dan relasinya. Nama Tan yang saat ini sedang naik daun dimanfaatkannya untuk membangun bisnis babershop dan tempat billiard sesuai dengan keahlian Tan selama ini. Tan sadar diri bahwa popularitasnya sekarang tidak selamanya akan sama. Musim silih berganti, tetapi Tan akan terus berusaha memperbaiki diri dan kreatif supaya penggemar tidak jenuh.

Kisah cinta lintas negara Tan dengan gadis Indonesia menjadi buah bibir masyarakat Vietnam. Bahkan media indie maupun mayor juga sedang membahasnya. Kabar percintaan Tan beberapa minggu terakhir menjadi hot news. Satu per satu Tan merangkul banyak teman untuk membuat konten bersama bahkan ada beberapa yang diminta Tan tinggal di apartemen bersamanya.

Siang itu Tuyen bersama Dang mengobrol dengan Tan di ruang makan. Mereka berencana untuk pergi ke Saigon. Quyen datang bersama Mo membawa makanan. Wajah Tan datar saat melihat Mo, dia tidak menyapanya sama sekali.

"Bagaimana hubunganmu dengan Vi? Apa kalian sudah baikan?" tanya Dang sambil membuka kotak makanan yang sudah Quyen turunkan di meja makan.

Sengaja Dang bertanya di depan Mo, itu sebuah sindiran. Sebab Mo dan fans-nya menyerang Vi dan memojokkannya. Dang dan teman-temannya diminta Tan untuk mengawasi Vi selama dia sibuk bekerja.

"Kami baik-baik saja." Setelah mengatakan itu Tan beranjak pergi.

Semua menatap Mo, yang ditatap malah memalingkan wajah. Seolah tidak merasa bersalah.

"Kenapa kamu tega melakukan itu sama Anh Tan, Mo? Apa salah dia ke kamu? Bukankah dia sangat baik padamu?" tanya Quyen dengan tatapan sedih kepada Mo.

"Aku tidak nyaman dengan situasi ini." Mo berkata tanpa penyesalan.

"Kalau kamu tidak nyaman, silakan keluar dari apartemen ini," ucap Dang, tanpa menyelesaikan makannya dia pergi dari ruang makan.

Phoung yang berpapasan dengan Dang bingung karena melihat wajahnya datar dan situasi di ruang makan cukup tegang. Dia duduk di sebelah Tuyen.

"Ada apa?" tanya Phoung menatap mereka satu per satu dengan pandangan bingung.

"Dang mengusirku," kata Mo sedikit kesal.

"Loh, apa masalahnya?" sahut Phoung meminta penjelasan.

"Sudahlah, jangan diperpanjang. Aku mau siap-siap kuliah," ucap Quyen lantas pergi ke kamarnya.

Mo memiliki kesempatan mengobrol dengan Tuyen dan Phoung. Dia berdrama di depan mereka seolah dirinya tersakiti oleh Tan. Bodohnya, Tuyen terhasut oleh ucapan Mo. Namun, tidak dengan Phoung. Dia masih mengutamakan logikanya daripada percaya dengan ucapan Mo.

***

Selama ini Tan tidak ambil pusing dengan royalti dari hasil Youtube-nya. Yang mengurus pendapatan dari Youtube dia adalah Tuyen. Sebab dia juga yang mengambil gambar dan mengeditnya. Tan sudah percaya kepada Tuyen, karena mereka lama berteman, sejak di kampung. Saweran dari Tik Tok biasanya Tan gunakan untuk mendukung teman-temannya saat PK resmi. Jika ada yang menyawernya dengan jumlah besar, Tan akan mengembalikan secara bertahap sebagai tanda ucapan terima kasih sudah mendukungnya.

Suasana di tempat itu sangat ramai. Tan turun di jalan dan menyapa penggemarnya yang sudah sejak tadi menunggu. Dang, Tuyen, dan teman-teman Tan yang lain membantu merapikan keadaan. Setelah selesai melayani foto dan menyapa penggemar, Tan menjauh dari kerumunan. Tan sibuk mengambil video untuk bahan upload di VT-nya, tidak sengaja dia menabrak seseorang.

"Sorry," ucap Tan mengambilkan kertas yang jatuh dari tangan pria tinggi bertubuh besar itu.

"Enggak apa-apa. Aku juga tidak melihat jalan tadi. Terlalu fokus mengambil gambar," kata orang itu menerima kertas yang Tan ulurkan padanya.

"Kamu bersama siapa di sini?" Begitulah Tan, dia mudah bergaul dan ramah.

"Aku sendiri." Orang itu menatap Tan seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. "Oh, kamu Tan, bukan? Tiktokers yang sedang ramai saat ini." Orang itu menunjuk Tan sambil memamerkan wajah terkejutnya.

Tan hanya tersenyum. Dia mengulurkan tangan. "Siapa namamu?"

"Panggil saja Vu." Pria berkacamata itu menjabat tangan Tan.

"Berapa usiamu?"

"Sekarang aku dua puluh delapan tahun. Akan menjadi dua puluh sembilan di bulan Mei mendatang."

"Oh, iya? Tanggal berapa?"

"Aku lahir tanggal dua puluh empat."

"Selisih usia kita satu tahun, lebih muda aku satu tahun. Tanggal ulang tahun kita juga berdekatan, aku tanggal tiga puluh Mei."

"Wah, kebetulan sekali, ya?"

"Aku akan memanggilmu Anh Vu. Mari aku kenalkan teman-temanku." Tan merangkul Vu dan mengenalkan kepada teman-temannya.

"Anh Tan, kamu melihat ponselku?" tanya Tuyen tampak kebingungan.

Tan mengerutkan dahi. "Aku tidak melihatnya. Bukankah dari tadi kamu memegang sambil mengambil gambar?"

"Iya. Tapi sempat aku masukan ke kantong. Habis itu tidak ada."

"Coba kamu ingat-ingat lagi. Apakah kamu lupa menaruhnya?" sahut Tuan, teman Tan yang sekarang juga ikut tinggal di apartemen, Hanoi.

"Aku sangat ingat. Aku tidak mengeluarkan dari saku celana setelah selesai mengambil gambar tadi." Tuyen menjelaskan kepada semua teman-teman yang saat ini sedang mengerubunginya.

"Sudah dipastikan, diambil orang itu," celetuk Dang dengan santai.

"Aduh!" Tan memukul keningnya.

"Kenapa?" sahut Vu yang sedari tadi hanya menyimak.

"Bahan pembuatan YouTube dan konten Tik Tok ada di HP Tuyen," jelas Tan langsung lesu dan memijat keningnya.

"Maaf, Anh," ucap Tuyen sedih dan menunduk, menyesali keteledorannya.

"Aku bisa membantumu," ujar Vu. "Aku punya pengalaman mengambil video dan foto. Kalau kamu mau, aku akan membantu mengeditnya juga."

"Benarkah, Anh? Kamu tidak keberatan?" Tan memastikan lebih dulu agar tidak merepotkan Vu.

"Iya, aku serius. Kebetulan aku enggak terlalu sibuk saat ini."

"Terima kasih, Anh Vu," ucap Tan langsung memeluk Vu. "Tuyen, kamu tenang saja. Aku akan memberimu uang untuk membeli ponsel baru," ucap Tan dengan senyum yang menenangkan Tuyen.

"Makasih, Anh." Tuyen memeluk Tan erat.

Begitulah sifat Tan, dia mudah bergaul dan merangkul banyak teman. Dia orang yang tulus, tidak pernah memiliki pikiran negatif kepada semua orang. Namun, jika sekali dia dikhianati, jangan harap bisa kembali apalagi mendekatinya. Pintu rumah Tan akan tertutup rapat bagi kawan yang berkhianat.

Bagi Tan persahabatan, kekeluargaan itu sangat penting. Itu sebabnya dia banyak teman dan disayangi saudara-saudaranya. Sembari mereka menunggu Tan syuting, Mo mengobrol dengan Tuyen. Entah apa yang mereka rencanakan, keduanya menjauh dari teman-teman yang lain. Namun, Quyen memperhatikan mereka, dia menaruh kecurigaan. Dang dan teman-teman lain tidak terlalu memperhatikan Tuyen dan Mo, mereka terlalu asyik bercanda dan bercengkrama.

***

Jika mengingat usaha Tan, rasanya tidak adil kalau sampai sekarang Vi masih mendiamkannya. Rumah yang direnovasi sudah dalam proses pembangunan. Pembongkarannya pun bertahap karena Vi dan Tumini tidak memiliki tempat tinggal selain rumah itu. Vi akan menambah ruangan untuk studio khusus dia bekerja dan live Tik Tok. Saat Vi sedang membungkus pesanan baju, pesan masuk. Bergegas Vi melihatnya.

Apa kabar, Dek?

Wajah Vi langsung lesu, pesan yang dia pikir dari Tan, ternyata bukan. Malas rasanya berurusan lagi dengan pria bermuka dua itu. Vi sengaja tidak membalasnya.

Dek, kita buat konten lagi yuk!

Vi hanya melirik dan membaca sekilas.

"Aku rasa konten dia mulai sepi, makanya mau pansos," gumam Vi masih kesal dengan Firman.

Nama Vi saat ini sedang menjadi perbincangan di Vietnam seiring naiknya karier Tan di sana. Sebab setiap Tan melakukan wawancara, tak pernah luput menyebut nama Vi. Mungkin bagi Tan nama Vi sudah menjadi mantranya. Di Indonesia Vi pernah tranding dan viral, tetapi kariernya mengalami pasang surut. Banyak tawaran talkshow di ibu kota, tetapi Vi tidak menerimanya.

Belajar dari pengalaman teman-teman Tiktokers lainnya, jika Vi menerima tawaran itu dan dia bekerja di bawah naungan managemen, Vi tidak akan leluasa melakukan pekerjaan sesuai yang dia mau. Vi hanya ingin melakukan pekerjaan yang dia mampu dan nyaman. Vi tetap ingin menjadi dirinya sendiri, gadis desa yang apa adanya, tidak mau banyak aturan, dan ingin bekerja nyaman.

Dek, apa kamu masih marah padaku?

Firman kembali mengirim pesan, tetapi Vi tetap tak menghiraukannya. Bagaimana tidak kesal? Saat fans Firman menyudutkan Vi, Firman seolah menutup mata dan telinga, dia tidak peduli. Beda dengan Tan, jika Vi diserang haters, Tan langsung memasang badan membelanya. Vi sedang fokus membungkus banyak pesanan baju, dia tidak lagi memedulikanponselnya.

Kamu akan PK lawan Vietnam malam ini? Jangan khawatir, aku ada di pihakmu.

Setelah mengirim pesan itu, Tan tidak menunggu balasan Vi. Dia melanjutkan pekerjaannya. Padahal dalam hati dia sangat berharap Vi membalasnya. Sebab beberapa hari belakangan ini Vi tidak membaca chat yang dia kirim. Namun, Tan tetap berusaha selalu ada buat Vi. Melindungi Vi dari serangan para pembenci dan mendukung pekerjaan Vi. Tan sering mengirimkannya gift saat Vi live. Apakah itu kurang membuktikan kesungguhan Tan? Mungkin bagi Vi iya.

Vi tidak membuka DM dari Tan, dia tidak tahu jika hari ini Tan mengirimkannya pesan. Waktu PK pun tiba. Untung saja Vi sudah sedikit-sedikit bisa bahasa Vietnam berkat sering berkomunikasi dengan Tan dan teman-teman Tan. Setelah berkenalan, pertandingan Pk pun dimulai. Baru juga dimulai, betapa terkejutnya Vi teman dan saudara-saudara Tan mengirimkannya gift besar. Lawan Vi sampai menganga seperti tak percaya.

"Wooooow, stop!" ucap Vi karena takut dihujani gift bernilai besar. Dia sampai menutup matanya. "Ya Allah, gue sampe gemeter. Stop Quyen," pekik Vi karena Quyen memberikannya satu gift singa (gift singa senilai 6-7 juta rupiah).

Tik Tok memiliki banyak jenis gift yang bisa diberikan untuk host saat live. 1 koin Tik Tok senilai Rp 250,-. Gift singa memiliki nillai 29.999 koin. Babak pertama Vi memenangkan pertandingan PK. Lanjut di babak kedua. Gift kembali membanjiri Vi. Kali ini Tan mengeluarkan tiga singa dan beberapa gift besar lain hingga pertandingan selesai dan Vi memenangkannya. Vi sampai tak bisa berkata-kata. Begitu kompak teman dan saudara-saudara Tan mendukungnya, padahal lawan Vi orang Vietnam. Seharusnya mereka membela lawannya, tetapi justru membantu Vi. Selesai PK, Vi langsung mengundang Tan untuk live bareng.

Saat wajah Tan muncul di layar kaca, air mata Vi keluar. Dadanya campur aduk, bahagia, rindu, dan sedih menjadi satu. Tan hanya tersenyum dan memberinya selamat. Tan bertepuk tangan menghibur Vi agar tidak menangis. Vi mengetik di google translate.

"Kenapa kamu melakukannya?"

Segera mungkin Tan membalas. "Untuk mendukungmu. Aku tidak akan biarkan siapa pun mengalahkanmu. Aku akan selalu ada buat kamu. Aku di sini."

Terenyuh hati Vi, air matanya semakin banjir memenuhi pipi chubby dia.

"Cảm ơn, Anh Tan. Cảm ơn," ucap Vi berulang kali.

"I miss you, Vi," kata Tan semakin mengiris perasaan Vi.

Menghempaskan gengsi, Vi pun membalas, "I miss you, Anh Tan."

"Good!" seru Tan girang sambil mengacungkan dua jempolnya ke kamera.

Terkendala bahasa tidak menyurutkan mereka untuk berinteraksi. Hampir sepanjang live mereka mengandalkan google translite.

"Apakah kamu sibuk sehingga tidak membalas pesanku?" tanya Tan dengan bantuan voice google translate.

Vi memang sibuk, tetapi jika hanya membalas pesan Tan saja dia punya waktu. Namun, kemarin-kemarin dia tidak melakukannya karena Vi pikir ingin menjaga jarak dengan Tan untuk mematahkan isu jika dia adalah penyebab kandasnya hubungan Tan dan Mo. Rupanya justru Tan semakin mendekat padanya.

"Sorry," ucap Vi secara langsung dengan mimik bersalah.

"No problem," ucap Tan memaklumi kesibukn Vi. "Jangan menghilang lagi," lanjut Tan dengan garis air wajah sedih.

Vi mengangguk berulang kali.

"Aku akan selalu ada buat kamu, walaupun kita jauh." Tan tersenyum manis. "Kalau aku sibuk, kamu tenang saja, ada lima belas orang yang selalu mengawasimu untukku."

"Belakangan kamu sibuk bekerja. Jangan lupa makan dan tidur. Aku tahu dari Quyen kalau kamu terlalu sibuk bekerja sampai lupa makan."

Tan mengangguk sambil tersenyum. Setiap di depan layar kaca Vi, senyuman Tan tidak pernah pudar. Bagaimanapun dia sedang lelah, walaupun sedang marah, kecewa, bahkan sedih, jika di depan Vi, rasa itu semua sirnah. Ibarat Vi adalah penawar segala rasa sedih di hati Tan. Pembawaan Vi yang selalu ceria dan aura positif menyalur dalam diri Tan.

"Aku akan menyanyikan lagu untuk kamu. Walaupun kamu tidak tahu artinya, tapi aku ingin bernyanyi untukmu."

Vi mengangguk, dengan serius mendengarkan Tan bernyanyi. Judul yang Tan nyanyikan Tình Thương Phu Thê (Cinta Istri). Beberapa kali Vi jelas mendengar namanya disebut saat Tan menyanyikan lagu tersebut. Vi menduga ada beberapa lirik yang Tan sengaja ubah menggunakan namanya.

Cảm ơn Vi đã thương Tan

Thanh xuân này chỉ dành cho Vi

Tình thương đó là tình phu thê

Tiga lirik yang jelas terdengar di telinga Vi membuatnya penasaran ingin mengetahui artinya. Vi menggapai ponsel lalu mengartikan lirik tersebut.

Terima kasih Vi telah mencintai Tan

Pemuda ini hanya untuk Vi

Cinta itu adalah cinta pasangan

Perasaan Vi berbunga-bunga, dia tersenyum lebar menatap penuh arti kepada Tan.

Aku merasakan kesedihan kisah Dat dan Vi saat itu. Berat di posisi mereka.

Makasih ya untuk dukungannya. Tenang saja, cerita yang lain akan aku lanjutkan, masih nyicil ngetik, hehehe.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top