BAB 8

"Aku takut mencintaimu. Namun, aku lebih takut kamu tinggalkan."

***

Kesibukan membuat Tan lupa makan dan kurang istirahat. Malam ini dia memiliki waktu luang untuk melakukan live Tik Tok. Setiap Tan live bareng Vi, teman-temannya sangat antusias dan senang. Malam ini di kamar Tan ada Mo, Tuyen, dan Phoung.

"Hai, Phoung!" seru Vi girang menyapanya lebih dulu.

"Viiiiii, I miss you," balas Phoung sangat bahagia dapat melihat Vi.

Tan bahagia karena Vi gampang bergaul dan kini sudah dekat dengan teman-temannya. Tan diam sambil senyam-senyum duduk di kursinya. Dia memberi waktu untuk Phoung dan Tuyen bercanda bersama Vi lebih dulu. Mo yang berdiri di sebelah Tan memperhatikan Vi dari layar flat itu. Ada rasa yang mulai mengusik hatinya, dia seperti tidak nyaman berada di sana. Namun, Mo tertahan karena keingintahuannya terhadap Vi. Gadis biasa yang usianya di bawah dia, tetapi mampu mengalihkan cinta Tan darinya.

"Vi ôi!" seru Tan menyela candaan Vi dengan Tuyen dan Phoung.

"Đaaaaa." Vi menyahut dengan suara lembut.

"An cơm chưa?" (Apakah kamu sudah makan?)

"Ăn rồi. Anh Tan an cơm chưa?" (Sudah makan. Mas Tan apakah sudah makan?)

"Rồi." (Sudah)

Namun, Vi tak percaya begitu saja. Dia menyeringai dengan senyum miring.

"No! Anh Tan an cơm nha?" (Tidak! Mas Tan makan, ya?) Vi mengatakan dengan tatapan sendu.

Tan hanya tersenyum dan mengangguk. Vi yang melihat pipi tirus Tan, mata sayu, lingkah hitam di area kelopak mata menandakan kurang tidur, merasa sangat sedih. Tan berbeda dari awal mereka kenal. Sekarang kesibukan Tan bertambah, tetapi Tan tambah kurus, seperti tidak ada yang memperhatikannya. Vi menggapai ponselnya dan mengetik sesuatu di google translate.

"Boleh bekerja keras, tapi jangan melupakan kesehatan. Jangan lupa makan, aku sedih jika kamu sakit."

Perhatian kecil Vi inilah yang membuat Tan merasa memiliki semangat untuk menjalani aktivitasnya. Tan mulai takut kehilangan perhatian Vi.

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja," balas Tan dengan bantuan google translite.

"Bagaimana aku tidak khawatir? Kamu semakin hari tambah kurus."

"Aku banyak pekerjaan akhir-akhir ini. Banyak makanan yang tidak aku suka."

"Pergilah makan sekarang."

"Nanti aku akan makan."

"Aku tidak percaya, kamu harus makan di depanku."

Tanpa menunggu perintah dua kali dari Vi, bergegas Tan berdiri, lalu pergi membuat mi intans. Yang menggantikan posisi Tan sementara Tuyen.

"Sepertinya memang harus kamu yang memperingatkannya untuk makan dan tidur. Jika aku yang menyuruhnya, dia tidak akan mau." Dengan bantuan google translate, Tuyen menyampaikan itu kepada Vi.

"Telepon aku saja jika dia tidak mendengarkan ucapanmu. Aku yang akan mengatasi dia," balas Vi yang justru semakin membuat hati Mo panas.

Sementara menunggu Tan selesai membuat mi, Tuyen dan Phoung yang menemani Vi. Setelah beberapa menit berlalu, Tan datang membawa mangkuk berisi mi intans. Saat Tan bertukar tempat dengan Tuyen, duduk di kursinya, wajah Vi datar. Pura-pura Vi tidak tahu tentang Mo, sengaja dia ingin mengetahui jawaban Tan. Dia menunjuk Mo, bermaksud agar Tan mengenalkannya.

"Mo," ucap Tan dengan wajah santai. Dia meletakkan mangkuk minya di meja, lalu mengetik di google translate. "Dia adikku."

Seperti tertusuk sembilu hatinya. Kenapa Tan tidak mengatakan yang sebenarnya? batin Vi diiringi senyuman tipis. "Anh Tan, đi ngủ nha?"

"No!" sahut Tan cepat hampir bersamaan dengan suara Tuyen.

"Anh Tan miss Vi," kata Tuyen supaya Vi tidak mengakhiri live mereka.

Vi dan Tan hanya saling tatap. Nyeri hati Vi dan Tan, jarak yang begitu jauh, hanya dapat saling tatap melalui layar kaca. Sampai kapan akan seperti ini? Apakah selamanya mereka akan dipertemukan sebatas layar kaca? Mata Vi berkaca-kaca, Tan mengetahui hal itu.

"No cray," ucap Tan lirih.

"Bye-bye." Suara Vi bergetar.

"No!" Tan tidak rela, dia masih merindukan wajah menggemaskan Vi.

Namun, segera Vi matikan live-nya. Dia tidak bisa menahan air mata yang membuat dadanya sesak. Saat wajah Vi hilang dari layar ponselnya, dada Tan terasa seperti dihantam beban, sangat sakit dan sesak. Wajahnya lesu, tetapi dia harus profesional. Tan tetap melanjutkan live-nya, sebab itu sudah menjadi salah satu pekerjaan dia. Mo menangkap kesedihan yang Tan rasakan, tetapi dia memilih untuk pergi dari kamar itu. Hanya Tuyen dan Phoung yang bertahan di sana menemani dan menghibur Tan.

***

"Anh, apakah perasanmu itu serius kepada Vi?" tanya Tuyen saat mereka sedang di dalam taksi menuju ke lokasi pembuatan konten.

"Aku sangat serius. Hanya saja aku bingung harus aku apakan perasaan ini."

"Maksudnya?"

"Terlalu rumit," jawab Tan menarik napas dalam dan berembus kasar.

"Bagaimana dengan Mo? Apa kamu tidak memikirkan perasaannya lagi?"

"Kami sudah sepakat mengakhiri hubungan itu beberapa waktu yang lalu. Kami sudah tidak sejalan."

"Apa itu karena Vi?"

Tan mengangkat kedua bahuny a. "Aku enggak bisa menjawabnya. Tapi sejak mengenal pribadi gadis itu, jujur saja, perasaanku kepada semua wanita tertutup. Aku hanya menyukainya."

"Kamu sudah jatuh cinta padanya, Anh. Ikuti saja kata hatimu."

Tan mengangguk dan hanya tersenyum tipis. Namun, tujuan Tan saat ini bukan itu dulu. Dia punya rencana lain dan mengutamakan keluarga.

"Oh, iya, besok aku ada acara di Saigon. Apa kamu mau ikut?"

"Boleh, Anh. Tapi aku enggak punya uang untuk penerbangan."

"Tenang saja, kita itu saudara. Aku akan membagi uang untukmu."

Tersentuh hati Tuyen, selama ini Tan tidak pernah pelit padanya. Sejak rezeki Tan lancar, banyak pekerjaan yang diterima, dan mengalir juga uangnya, Tan banyak membantu saudara dan teman-teman. Bahkan kebutuhan mereka di apartemen, seperti makan, bayar listrik, sekarang ditanggung Tan.

***

Beberapa minggu berlalu, kedekatan Tan dan Vi semakin intens, entah di depan layar maupun di belakang layar, perlakukan Tan sama saja. Keduanya terbawa perasaan, tetapi Vi pribadi selalu menyangkalnya. Dia membentengi hatinya yang masih memiliki luka belum tertutup. Vi tidak akan mudah percaya kata-kata Tan, sebab setahu Vi sejauh ini Tan dan Mo memiliki hubungan spesial.

Apa yang kamu lakukan hari ini?

Tan mengirim pesan itu kepada Vi malam itu. Sebenarnya Vi tahu, tetapi sengaja dia tidak membalas. Sebelum melakukan live, seperti biasa, Tan berselancar di beranda Tik Tok. Betapa terkejutnya Tan karena banyak orang menyerang Vi, mengatakan jika Vi adalah perusak hubungan orang dan dia telah merebut Tan dari Mo.

"Apa-apaan ini?" gumam Tan melototkan matanya ke layar datar.

Tan semakin jauh berselancar, ada yang merekam saat Mo live kemarin malam sedang menangis, seolah dia tersakiti. Amarah Tan meluap-luap. Dia meletakkan ponselnya di meja, lantas menghampiri kamar Mo. Sayang sekali, gadis itu tidak ada di kamarnya. Tan dengan kesal kembali ke kamar, dia melihat ada pesan dari Vi.

Tolong jaga jarak denganku mulai sekarang.

Segera Tan menelepon Vi, tetapi tidak diterima. Tan frustrasi, dia membanting tubuhnya di tempat tidur, lalu mengirim chat kepada Vi.

Aku dan Mo bersaudara. Dulu kami memang saling mencintai, tapi sekarang tidak. Aku tidak memiliki hubungan dengan siapa pun. Percayalah padaku. Jangan menjauh dariku. Aku tidak bisa sehari tanpa kabarmu. Tolong jangan lakukan itu kepadaku, Vi.

Pesan dibaca, tetapi tidak dibalas Vi.

Aku yang akan mengatasi semuanya. Kamu percayakan padaku.

Vi tetap tidak membalas. Tan melihat Vi sedang live bersama seorang pria. Rasanya dada Tan nyeri. Emosinya semakin meluap. Namun, dia harus tetap profesional, Tan menyalakan komputer, memasang ponsel di tripod dan melakukan live. Dalam live itu Tan menjelaskan bahwa dia dan Mo tidak memiliki hubungan spesial. Mo sudah dia anggap seperti saudaranya. Tan juga terang-terangan mengungkapkan isi hatinya yang telah jatuh cinta kepada Vi. Pro dan kontra pun mulai bermunculan. Namun, lebih banyak penggemar yang mendukung jika Tan bersama Vi.

"Sejak aku mengenal Vi, aku tidak tertarik lagi kepada wanita lain. Tapi saat ini Vi sedang tidak mau bicara padaku. Bisakah kalian membantuku meminta maaf kepada Vi?"

Harapan Tan sangat besar kepada penggemarnya supaya bisa membantu dia. Dalam perasaan tidak nyaman, Tan tetap bekerja, melakukan live PK bersama teman-temannya. Setiap temannya kalah PK, Tan memberi hukuman menulis nama Vi di jidat mereka dan menyampaikan kepada Vi supaya memaafkan Tan. Aksi itu dilakukan Tan beberapa hari ke depan setiap melakukan live PK. Kerasnya hati Vi belum juga dapat Tan luluhkan. Aksi tersebut tidak mempan. Tan kalang kabut beberapa hari Vi tidak membalas chat-nya. Bahkan Vi menolak undangan Tan untuk live bersama.

***

Siang ini Tuyen live didampingi Phoung. Iseng dia mengundang Vi untuk live bareng. Tak disangka setelah beberapa hari semua teman-teman Tan ditolak live bareng, akhirnya kali ini Vi menerimanya.

"Viiiii, I miss you," seru Phoung girang dan sangat bahagia.

"I miss you too, Phoung, Tuyen. How are you?"

"Good, good, good," sahut Tuyen.

"Vi, Tan miss you," kata Phoung malah justru mengiris hati Vi.

"No!" sahut Vi menggeleng kuat. "Tan no miss Vi."

"Yes, Tan miss Vi," sambung Tuyen meyakinkan Vi.

Namun, Vi hanya tersenyum miring. Dia tidak percaya. Dengan bantuan google translate Tuyen dan Phoung berkomunikasi dengan Vi.

"Vi, Tan sedang sakit."

"No."

Vi tidak percaya. Tuyen mengangkat ponselnya, dia datang ke kamar Tan. Saat masuk, ruangan itu gelap karena tirai tertutup rapat dan Tan sengaja tidak menyalakan lampu. Tuyen mengarahkan kameranya ke tempat tidur Tan, memperlihatkan kepada Vi. Di bawah selimut tebal Tan meringkuk. Setelah itu pelan-pelan Tuyen keluar kamar Tan dan kembali ke kamarnya. Melihat wajah Tan semakin kurus, rasanya sangat sedih.

"Tan tidak selera makan, dia banyak bekerja beberapa hari ini. Dia merindukanmu. Tan sedih karena kamu tidak ada kabar."

"Aku tidak peduli padanya."

Menyakiti diri sendiri demi melindungi hati, apakah yang Vi lakukan itu benar? Tuyen melihat sorot mata kesedihan Vi. Namun, dia sadar diri tidak berhak ikut campur urusan Tan dengan Vi terlalu dalam. Akhirnya mereka mengobrol dan bercanda seperti biasa.

Cinta itu aneh! Belum pernah berjumpa, tapi sudah jatuh cinta begitu dalam. Apakah ada yang seperti Tan dan Vi?

Terima kasih teman-teman yang setia mengikuti cerita ini. Jadwal aku upload setiap Senin dan Kamis. Tinggalkan jejak supaya aku semakin semangat untuk melanjutkan cerita ini, ya? Terima kasih.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top