BAB 5
"Sudah tidak ada kecocokan di antara kita."
***
Pergi ke tempat billiard, karaoke, dan minum bir adalah hal biasa bagi Tan bersama teman-temannya. Beberapa waktu yang lalu, Tuyen mengenalkan kekasihnya kepada Tan. Kebetulan juga Tan saat ini sedang dekat dengan seorang wanita bernama Mo. Malam hari mereka pergi bersama-sama ke tempat billiard.
"Tan, aku memerlukan uang untuk perawatan," kata Mo di tengah permainan mereka.
"Perawatan lagi?" Tan sedikit terkejut, sebab belum lama ini Mo juga meminta uang darinya.
"Iya. Aku harus tetap tampil cantik karena sekarang aku menjadi sorotan banyak orang."
Sebab Mo juga merupakan konten kreator, dia sering melakukan live. Namun, dia tidak membuat konten bersama Tan. Entah apa alasannya, Tan pun juga tidak pernah menanyakan itu kepada Mo.
"Aku belum punya uang."
"Kamu jangan terlalu peritungan seperti itu padaku. Aku ini kekasihmu."
"Aku tahu, tapi uangku sudah kuberikan ke orang tuaku untuk membayar utang-utang mereka."
"Sudahlah!" Setelah itu Mo meninggalkan Tan.
Quyen dan Phoung hanya diam dan memperhatikan wajah kecewa Mo yang pergi meninggalkan Tan. Raut wajah Tan memperlihatkan rasa bersalah. Dia kembali bermain billiard untuk menghibur diri agar tidak terlalu memikirkan Mo.
Quyen menghibur Tan, memberikannya bir dan menemaninya bermain billiard. Tak berapa lama teman-teman mereka datang. Situasi di tempat itu semakin ramai. Tan yang terlalu banyak minum bir sedikit oleng, dia meminta Quyen mengantarnya pulang. Namun, Quyen tidak bisa karena dia juga harus mengantar kekasihnya pulang. Akhirnya Tan pulang sendiri mengendarai sepeda motornya walau kepala terasa berat.
***
"Sampai kapan kamu akan hidup seperti ini, Tan?" tanya Twan saat mereka duduk lesehan untuk sarapan.
Meskipun mereka dari keluarga tidak mampu, tetapi kalau untuk makan, diusahakan bersama-sama. Itu sudah menjadi kebiasaan keluarga Tan. Quyen menoleh Tan yang sedang duduk menunduk di sebelahnya. Bisa dikatakan, sejak remaja Tan ini anak yang badung dan nakal. Hidup semaunya sendiri dan keras kepala, tidak mau mendengar nasihat orang tuanya.
"Kamu semakin dewasa. Jika ingin hidup makmur, kamu harus punya tujuan hidup yang jelas. Bekerja keras kalau belum tahu tujuan hidupmu akan sia-sia. Uang kamu hambur-hamburkan untuk bersenang-senang dengan teman-temanmu, silakan. Tapi ingatlah, kamu perlu menata ulang hidupmu agar masa depan keluargamu nanti lebih baik dari keluarga kita yang sekarang."
Ucapan ayah Tan itu seperti menampar keras hati Tan hingga bergetar hebat. Dia masih menunduk, mencernanya kembali. Beberapa saat suasana sarapan di ruangan itu hening, hingga salah satu suara wanita memecah keheningan.
"Kami berangkat dulu," ucap Thuy—ibu Tan—karena waktunya berangkat bekerja. Ibu Tan adalah guru di salah satu sekolah menengah pertama. "Mican, ayo!" ajak Thuy mengulurkan tangan membantu gadis enam tahun berdiri.
"Mẹ Quyen, aku berangkat sekolah dulu, ya?" pamit gadis cantik, pintar, dan mandiri itu. (Mẹ=ibu)
"Belajar yang rajin, ya?" Quyen mencium kedua pipinya.
Mican beralih ke sisi Tan. "Bộ Tan, aku berangkat sekolah dulu." (Bộ=ayah)
Lalu Mican memeluk Tan dan dibalas dengan pelukan yang hangat. Tan melepas pelukannya dan mencium kedua pipi Mican.
"Sekolah yang rajin, ya?" pesan Tan sembari mengelus kening Mican.
Gadis kecil itu hanya tersenyum memamerkan barisan giginya. Lantas dia berangkat ke sekolah dengan Thuy mengendarai sepeda motor. Obrolan Twan dan Tan dilanjutkan selepas kepergian Thuy dan Mican, didengar oleh Quyen dan Bian—nenek Tan.
"Aku dengar kamu sudah tidak lagi bekerja di tempat potong rambut itu, ya?" tanya Twan sambil meletakkan mangkuk dan sumpitnya. Twan sudah selesai makan, dia mengambil gelas berisi air putih dan menenggaknya sekali habis.
"Iya. Aku mau fokus menjadi konten kreator saja. Hasilnya lebih besar."
"Kalau itu pilihanmu, tolong tekuni dan bekerjalah dengan baik. Aku sebagai orang tua hanya bisa mendoakan dan mendukungmu."
Setelah mengucapkan itu, Twan berdiri dan meninggalkan rumah untuk pergi ke ladang. Twan seorang petani. Tan menatap Quyen dan Bian bergantian.
"Aku akan melakukan yang terbaik untuk keluarga kita. Aku akan tebus semua utang keluarga kita dan kamu pasti akan bisa melanjutkan kuliah," kata Tan kepada Quyen.
"Aku percaya kepadamu, Anh."
Tan membantu Quyen dan Bian membereskan alat makan dan menggulung tikar. Setelah itu dia masuk ke kamar, mengecek ponselnya, banyak panggilan dari Mo tidak terjawab. Tan kadang merasa tertekan dengan hubungannya bersama Mo. Dia merasa Mo terlalu membebaninya. Namun, bagaimana cara Tan melepaskan Mo? Dia takut melukai hati Mo
Jika boleh jujur, sebenarnya kalau bicara soal nyaman, Tan lebih nyaman saat mengobrol dengan Vi. Walau usia Vi selisih lima tahun dengannya, Tan merasa Vi gadis dengan pemikiran dewasa hanya saja tingkahnya kadang masih seperti anak-anak. Wajar, Vi merupakan anak bontot, dia sudah lama ditinggal ayahnya. Mungkin Vi merindukan perhatian dari seorah ayah. Sebab itu Tan hadir untuk Vi menjadi sosok kakak baginya.
Mengingat Vi, rasanya hati dia lebih tenang. Tan tiba-tiba merindukan gadis Indonesia itu. Dia membuka Tik Tok dan berselancar ke video-video Vi. Sangat konyol ketika Tan menemukan video saat wajah Vi dicorat-coret dengan make up menyerupai badut, kadang wajahnya di-make up dengan warna hitam seperti setan, lalu dia melakukan live bersama polisi dan beberapa teman pria. Dalam hati Tan semakin kagum dengan Vi. Dia tidak malu berdandan jelek.
***
Pergi ke tempat tongkrongan, Tan memboncengkan Mo dengan sepeda motor.
"Aku malu diboncengin kamu naik sepeda motor. Lihatlah teman-temanmu yang lain, mereka menjemput pacarnya dengan mobil," kata Mo seperti tidak memikirkan perasaan Tan.
Tan hanya bisa menghela napas dan mengelus dadanya. Dia turun dari motor dan mengikuti Mo yang berjalan lebih dulu mendekati teman-teman mereka. Ada Tuyen dan Phoung juga di sana, mereka langsung menyapa Mo dan mengajaknya minum bersama. Dalam keramaian, hati Tan masih merasa ada yang kurang, dia dapat tertawa bersama teman-temannya, tetapi pikiran dan hati merasa sepi. Tan mengambil ponselnya di saku celana, dia membuka DM di Instagram.
Vi, kamu sudah makan belum?
Menunggu cukup lama tak ada balasan dari Vi, padahal Tan tahu Vi sedang aktif. Perasaannya gelisah, dia menjauh dari gerombolan teman-temannya dan menghubungi Vi. Sayangnya Vi juga tidak mengangkat teleponnya. Tan kesal, tetapi dia hanya dapat menahan amarahnya itu. Dia pergi minum bir bersama yang lain.
Padahal yang terjadi sebenarnya, Vi sedang sedih dan kalut. Itu karena banyak netizen yang memojokkan dan mem-bully-nya. Fans yang ngeship dia dan Firman kecewa karena pernyataan Vi kemarin malam yang mengatakan kejujuran tentang hubungannya dengan Firman sekadar patner kolab. Itu dilakukan Vi agar mereka tidak menaruh harapan terlalu tinggi kepadanya dan Firman.
Vi merasa down, dia seperti sendiri, tidak memiliki satu orang teman pun yang memedulikannya. Malam ini Vi tidak melakukan live, bukan berarti Vi menghindar. Dia hanya tidak ingin memperkeruh suasana. Para netizen sedang perang komentar, sebagian membela Vi, tetapi banyak yang menyalahkan Vi dalam hal ini. Vi dianggap hanya mempermainkan perasaan Firman.
Di saat situasi memanas seperti ini, tidak ada satu orang pun yang membela Vi. Harusnya Firman bisa diajak Vi kerja sama untuk menuntaskan masalah ini karena dia ada kaitannya. Namun, yang terjadi justru Firman memanfaatkan situasi menarik simpati lebih banyak agar para fans berpihak padanya. Firman bermain drama, seolah dia orang yang tersakiti. Kata-katanya menggiring opini bahwa dia orang yang disia-siakan Vi. Bodohnya banyak yang lebih percaya kepada Firman.
***
Kepala Tan sangat berat. Semalam dia terlalu banyak minum hingga tidak sadar sudah berada di rumah. Siapa yang mengantarnya pulang? Apakah Mo? Namun, Mo tidak pernah mau kalau diajak ke rumah Tan yang sederhana itu.
"Hai, Anh, sudah bangun?" tanya adik sepupu Tan yang masuk ke kamarnya.
"Dang, apa kamu yang membawaku pulang?" tanya Tan duduk lemas dan bersandar di tembok sambil memegangi kepalanya.
"Iya. Kamu terlalu banyak minum. Apakah kamu sedang banyak pikiran?"
Tan menggeleng, dia paling pintar menyembunyikan masalahnya sendiri.
"Aku pulang dulu, ya. Mau berangkat kerja."
"Hmm, terima kasih," ucap Tan hanya dibalas anggukan oleh Dang, lalu dia keluar dari kamar Tan.
Tan teringat chat-nya semalam yang belum Vi balas. Dia membuka DM dan ternyata Vi tidak membacanya. Tan mengecek Tik Tok dan berselancar mencari informasi tentang Vi. Tan bingung karena ternyata netizen Indonesia sedang membicarakan Vi dengan salah satu patner kontennya. Tan berusaha menelusuri apa yang terjadi pada Vi. Walau dia pusing karena tidak paham tulisan dan bahasa Indonesia, tetapi Tan tetap berusaha sampai dia paham masalah yang Vi sedang hadapi.
Vi, tetap semangat. Jangan bersedih, aku ada di sini bersama kamu.
Tan mengirim DM kepada Vi, berharap pesan itu segera Vi baca.
"Kasihan sekali kamu, bayi kecil. Tidak ada yang melindungimu," ucap Tan lirih dan sedih membayangkan situasi Vi sekarang.
Tan pernah di posisi Vi, dia paham bagaimana saat ini perasaan Vi. Karena pesannya tak kunjung dibaca Vi, akhirnya Tan memutuskan untuk mandi.
Di sisi lain, Vi saat ini sedang rebahan di kamar sendiri. Dia murung, sedih, tetapi tidak berani bercerita kepada Siti maupun Tumini. Vi gadis yang cukup kuat, dia terbiasa menghadapi semua masalah hidupnya sendiri. Vi membuka DM dan membaca pesan dari Tan. Bibir Vi sedikit tertarik, membentuk senyuman kecil. Perasaannya pun lumayan lebih tenang.
Terima kasih, Anh Tan. Aku tidak apa-apa.
Vi menunggu jawaban, sekitar dua puluh menitan baru pesannya dibalas.
Kamu sedang tidak baik-baik saja, Vi. Aku tahu. Berceritalah padaku, berbagilah denganku. Anggap aku kakakmu.
Kamu tahu dari mana?
Aku melihat banyak video menyudutkan kamu. Aku akan membelamu.
Tidak perlu, Tan. Biarkan saja.
Tidak, Vi. Mereka tidak boleh menyakiti kamu. Aku yang akan melindungimu.
Hati Vi tersentuh dengan kata-kata Tan. Dia merasa Tan adalah orang baik dan tulus. Tak terasa air mata Vi mengalir, dia terharu kepada Tan.
Terima kasih, Anh Tan.
Ceritanya mulai seru nih, bestie. Sudah masuk ke babak jalan kisah Tan dan Vi. Aku berharap cerita ini akan selesai di waktu yang tepat.
Terima kasih yang sudah mendukungku dengan mengeklik bintang dan meninggalkan jejak di komentar.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top