BAB 4
"Tujuan utamaku saat ini hanya keluarga."
***
Dulu Tan memanfaatkan live Tik Tok untuk berjualan pakaian bersama temannya. Penampilan Tan yang dulu masih berantakan, belum terlalu bisa merawat diri, bibirnya sedikit menghitam karena sering merokok, tubuh kurus hingga pipinya terlihat tirus, wajah kusam, bahkan kehidupan pribadi Tan belum tertata, masih suka nongkrong dan minum-minum.
Sebagai konten kreator, Tan harus kreatif membuat tren baru supaya lebih dikenal dan dicintai banyak orang. Konten video yang Tan ciptakan sangat lucu dan menghibur. Tan juga membuat video yang menampilkan kegiatan kesehariannya di kampung bersama teman-teman dan diupload ke Youtube.
Sekarang sedikit demi sedikit Tan mulai memperhatikan penampilannya. Walaupun masih kurus, tetapi tubuhnya sudah sedikit berisi dan kulitnya bersih. Wajah pun lebih bersih daripada yang dulu.
Hari demi hari pendapatan Tan dari sosial media lumayan banyak. Bahkan banyak pemilik usaha menyewa jasa Tan untuk mempromosikan produknya dengan imbalan berbeda-beda. Tan menekuni pekerjaannya itu.
Siang hari ketika dia sedang bersantai di barbershop, Tan kepikiran Vi. Sebab sejak live PK kedua waktu itu, mereka belum lagi melakukan live bersama karena kesibukan masing-masing. Dengan sedikit keberanian, Tan mengirimkan Vi pesan singkat di inbox Tik Tok.
Chào Vi, bạn khỏe không?
(Hai, Vi. Apa kabar?)
Tan menunggu balasan dari Vi, tetapi beberapa menit tidak ada balasan. Seorang pria masuk dan meminta Tan memotong rambutnya. Tan mengantongi ponselnya di saku celana dan melayani pelanggan itu.
***
Siang ini Vi sangat sibuk membantu Tumini menaikkan pesanan kayu ke mobil pick up. Vi tidak malu apalagi gengsi melakukan pekerjaan itu. Bahkan kadang saat dia sedang menggeraji kayu dan mengangkat kayu-kayu, Vi melakukan live. Dia mempertontonkan kerja kerasnya.
"Bu, istirahat dulu aja. Biar aku yang rapiin ini."
"Enggak, kita beresin bareng-bareng."
"Enggak usah, Ibu nanti cape. Udah, sana masuk rumah. Aku aja!" Vi sedikit mendorong Tumini supaya menurut. Sebab sejak tadi mereka bekerja di bawah terik matahari.
"Ya sudah."
Akhirnya Tumini mengalah, dia masuk ke rumah dan membersihkan diri, lalu membuatkan es teh manis untuk Vi.
Selesai merapikan kayu-kayu yang berantakan di gudang dan membersihkan tempat penyimpanan kayu, Vi masuk rumah. Sudah ada es teh di meja ruang tamu.
"Bu, ini es tehnya siapa?" teriak Vi karena Tumini sedang berada di warung.
"Buat kamu. Ibu yang bikinin."
"Oke. Makasih, Bu." Vi tersenyum lebar. "Bismillah." Langsung dia menenggak es teh itu hingga tersisa setengah gelas.
Dahaganya terobati, tenggorokan yang tadi terasa kering, sekarang sudah sejuk kembali. Vi melihat jam dinding menunjukan pukul 16.00 WIB. Bergegas dia membersihkan badan dan bersantai di kamarnya sambil menunggu azan Magrib. Vi membuka akun Tik Tok, banyak sekali notifikasi. Vi membuka inbox, ada pesan dari Tan, tetapi Vi bingung dan tidak tahu tulisan yang Tan kirim padanya.
"Tan ngirim apa sih?"
Terdorong rasa penasaran, akhirnya Vi mengetik ulang tulisan itu ke google translate.
"Owalah, tanya kabar doang ternyata. Kirain ada yang penting."
Vi pun membalas pesan Tan itu dengan bahasa Vietnam yang sudah Vi translate sebelumnya.
Tôi ổn, Tan. Bạn khỏe không?
(Aku baik-baik saja, Tan. Kamu apa kabar?)
Saat Vi ingin meletakkan ponselnya, ternyata Tan cepat membalas pesan itu.
Tôi hiện đang bận công việc. Tôi có rất nhiều mục tiêu phải đạt được trong năm nay.
(Saat ini aku sedang sibuk bekerja. Ada banyak target yang harus aku wujudkan tahun ini.)
Nghề nghiệp của bạn là gì?
(Apa pekerjaanmu?)
Tôi làm việc tại barbershop.
(Aku bekerja di barbershop.)
Bạn giỏi cắt tóc.
(Kamu pintar memotong rambut.)
Nó trở thành công việc của tôi. Bạn làm nghề gì?
(Sudah menjadi pekerjaanku. Kamu bekerja apa?)
Tôi bán quần áo và giúp mẹ bán gỗ.
(Aku menjual baju dan membantu ibuku menjual kayu.)
Bạn có bao nhiêu anh chị em?
(Kamu berapa bersaudara?)
Tôi có hai anh em. Họ đều đã kết hôn. Bố tôi đã qua đời. Tôi chỉ sống với mẹ tôi.
(Aku punya dua kakak. Mereka sudah menikah semua. Ayahku sudah meninggal. Aku tinggal hanya dengan ibuku.)
I'm sorry.
(Aku minta maaf.)
Why?
(Kenapa?)
Nhắc bạn về cha của bạn.
(Mengingatkanmu kepada ayahmu.
No. Tôi không sao cả. Bạn có bao nhiêu anh chị em?
(Tidak. Aku tidak apa-apa. Kamu berapa bersaudara?)
Tôi là con đầu lòng. Có hai người em.
(Aku anak pertama. Memiliki dua adik.)
Cha mẹ của bạn vẫn còn hoàn thành?
(Orang tua kamu masih lengkap?)
Đúng. Vi, bạn có ứng dụng Zola không?
(Iya. Vi, apakah kamu memiliki aplikasi Zola?)
Zalo adalah aplikasi Vietnam dengan banyak fitur domestik yang berguna.
No. Ở đất nước tôi, mọi người chủ yếu sử dụng ứng dụng WhatsApp.
(Di negaraku orang kebanyakan menggunakan aplikasi WhatsApp.)
Nó đã bị chặn ở quốc gia của tôi. Tôi có thể liên hệ với bạn bằng cách nào?
(Itu sudah diblokir di negaraku. Bagaimana aku bisa menghubungi kamu?)
Pemerintah Vietnam melarang semua layanan OTT (Over The Top) seperti Line dan WhatsApp beredar dan digunakan di negaranya. Layanan messenger lain seperti Vider, WeChat, dan KakaoTalk juga dilarang.
Alasan pemerintah Vietnam melarang dan memblokir aplikasi messenger di negaranya adalah dikarenakan pemerintah tidak ingin operator seluler di negara tersebut merugi akibat berkurangnya jumlah pengguna layanan SMS dan telepon akibat aplikasi messenger.
Vietnam sendiri begitu melindungi layanan SMS dan telepon di negaranya dikarenakan semua operator seluler di Vietnam merupakan cabang perusahaan yang dimiliki negara tersebut.
Bạn có Instagram không?
(Kamu punya Instagram?)
No. Người Việt Nam sử dụng Facebook.
(Tidak. Orang Vietnam biasa menggunakan facebook.)
Nhưng tôi đã không chơi Facebook trong một thời gian dài. Tôi đã quên mật khẩu.
(Tapi aku sudah lama tidak main facebook. Aku sudah lupa kata sandinya.)
Tôi sẽ tải xuống Instagram.
(Aku akan mengunduh Instagram.)
Setelah menunggu beberapa saat, Tan mengirim pesan lagi kepada Vi.
Tôi đã tạo một tài khoản Instagram.
(Aku sudah membuat akun Instagram.)
Akhirnya mereka saling mengikuti dan melanjutkan chat melalui DM.
***
Sejak itu hampir setiap hari, saat tengah malam, selesai PK live bersama teman-teman atau patner mereka, Vi dan Tan melakukan live bareng. Mereka seperti sedang melakukan video call rutin, kadang secara tak sadar melupakan penonton yang masih setia menunggu live itu. Hal yang mengalir natural, tanpa direncana hingga penonton nyaman dan senang melihat mereka mengobrol dengan bantuan google translate. Sebenarnya mereka ingin mengobrol banyak hal. Namun, kadang Vi maupun Tan kesal dan hampir frustrasi karena terkendala bahasa, tetapi itu justru seninya, membuat orang-orang tertawa dan ikut gemas.
Beberapa kali mereka berkomunikasi dengan bahasa negaranya masing-masing hingga tidak nyambung. Kadang juga pakai bahasa isyarat tubuh, beberapa kali menggunakan bahasa Inggris walaupun masih belepotan. Pada intinya Tan dan Vi sangat berusaha sama-sama agar obrolan mereka nyambung. Jalan tengahnya tetap menggunakan google translate.
"Tan, sudah larut malam. Kamu pergi tidur, ya?"
"Kamu lebih dulu pergi tidur. Aku masih ada pekerjaan."
Sebenarnya keduanya masih ingin mengobrol. Namun ini sudah pukul 01.30, Vi juga harus memikirkan penonton live-nya. Sebab yang menonton ada yang dari Taiwan bahkan Hongkong, perbedaan waktu yang membuat Vi harus mengakhiri live.
"Tan, besok kamu jagain cukuran rambut. Jangan bergadang setiap hari, nanti kamu sakit." Vi mengatakan hal itu sambil memperlihatkan wajah sedih supaya Tan menurut padanya.
"Oke, oke, oke. Kamu juga pergi tidur, ya?"
"Oke."
"Selamat malam, Vi."
"Selamat malam, Tan."
***
Tan seperti menemukan semangat baru. Sejak kenal Vi, entah mengapa ada setitik sinar harapan dalam hidupnya yang Tan rasa selama ini kelabu.
Good morning, Vi.
Sebelum berangkat ke babershop, Tan mengirim pesan kepada Vi melalui DM. Tan duduk di teras rumah, Quyen di sebelah Tan merasa heran saat menoleh wajah gelisah kakaknya, di mana kedua mata Tan selalu menatap ke layar ponsel, sedangkan tangannya sibuk memakai sepatu.
"Menunggu apa kamu?" tanya Quyen ikut memperhatikan layar ponsel Tan.
"Enggak ada."
Vi membalas chat-nya. Dengan cepat Tan mengangkat ponsel itu. Quyen mengerutkan dahi, ini tidak biasanya Tan lakukan.
Good morning, Tan. Bạn đã muốn đi làm chưa?
(Apakah kamu sudah ingin berangkat bekerja?)
Đúng.
(Iya.)
Fighting, Tan!
Cảm ơn, Vi.
(Terima kasih, Vi)
Benar-benar aneh! Tan tidak merasakan kebahagiaan seperti ini jika yang mengirim pesan itu Mo, wanita yang saat ini sedang dekat dengannya. Setelah itu Tan mengantongi ponselnya. Quyen melempar senyum jahil pada Tan.
"Apa yang sedang kamu tertawakan?" tanya Tan dengan senyuman tipis.
"Apa itu gadis dari Indonesia yang setiap malam live bersamamu itu?"
"Iya. Aku kasihan padanya. Dia butuh teman."
"Kamu yakin sekadar teman?"
"Mungkin iya. Jarak kita terlalu jauh, sepertinya mustahil kalau aku pergi ke Indonesia. Untuk makan saja kita susah. Aku tidak berani membayangkan terlalu jauh."
"Aku akan selalu mendukungmu, Anh. Siapa pun nanti yang menjadi pilihanmu, aku percaya kamu memilihnya karena dia yang terbaik." Quyen menepuk pundak Tan.
"Saat ini aku sedang dekat dengan teman kita. Jangan membuatku ragu."
"Aku tidak membuatmu ragu, Anh. Tapi coba tanyakan lagi pada hatimu, benarkah kamu mencintai Mo? Atau sekadar menyukai tanpa ingin memiliki?"
Tan tertegun menatap kedua mata Quyen. Mengapa adiknya mengatakan hal itu? Apakah adiknya cenayang, yang bisa membaca pikiran dan hati seseorang? Tidak mungkin!
"Aku tidak mungkin bersama orang Indonesia itu. Jarak kita terlalu jauh. Budaya kita beda. Apalagi agama kita juga beda. Banyak perbedaan di antara kita. Biarkan seperti ini. Aku ada karena dia membutuhkan teman dekat."
"Kita lihat saja nanti, Anh."
Setelah berkata itu Quyen beranjak dan pergi masuk ke rumah. Tak berapa lama Tan ikut beranjak, lalu mengendarai sepeda motornya untuk pergi bekerja.
Terima kasih yang sudah mendukungku. Yang sudah mengeklik bintang dan meninggalkan jejak.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top