BAB 3

"Bibir dapat menyangkal, tetapi jantung yang berdebar-debar tak dapat berbohong."

***

Vi mendapat informasi dari admin Tik Tok jika dia akan bertanding PK melawan tiktokers dari Vietnam besok malam pukul 20.00 WIB. Saat Vi mengecek jadwalnya, betapa terkejut dia, ternyata orang yang beberapa hari terakhir mengusik pikirannya. Tiba-tiba jantung Vi berdegub kencang melihat foto Tan.

"Astagfirullah, kenapa tiba-tiba dadaku terasa sesak begini sih?" ucap Vi sambil mengelus dadanya.

Live Vi selama ini terkenal dengan konten 'pawang buaya'. Setiap live, Vi akan mencari patner-patner pria untuk digombali hingga tak jarang para fans sampai baper hingga menjodoh-jodohkan Vi dengan patnernya. Yang sedang memanas saat ini adalah konten Vi dengan Firman.

Fans mereka sangat posesif. Namun, Vi pribadi tidak mengambil hati setiap ucapannya dan pria-pria yang menjadi patnernya. Vi selalu menegaskan kepada penikmat live-nya, bahwa itu semua sekadar konten dan Vi bukan wanita yang mudah jatuh cinta.

"Mending mandi ajalah. Sepertinya jantung dan otakku sedang konslet," ucap Vi langsung menyahut handuk yang tersampir di kursi dan pergi ke kamar mandi.

Hubungan Vi dan Firman terjalin baik di depan maupun belakang layar. Di antara mereka tidak memiliki hubungan lebih dari teman. Namun, Firman mengharap hubungan mereka bisa lebih dari itu. Sayangnya Vi masih trauma memiliki komitmen. Sakit hatinya belum sembuh, dia menutup rapat hatinya dari pria mana pun. Belum ada seseorang yang meyakinnya lagi tentang cinta.

***

Malam pertandingan PK dimulai 30 menit lagi. Namun, Tan belum melakukan live. Perasaan Vi menjadi risau. Apa benar Vi sebenarnya menunggu Tan? Entahlah! Yang pasti sekarang dia merasa tegang, tetapi harus terlihat santai di depan kamera, sebab ribu orang sedang menonton live-nya. Tak berapa lama Vi mendapat kabar dari moderator jika Tan sudah mulai live.

Debaran jantung Vi seakan tak terkontrol, dia merasa tegang ketika Tan mengundangnya untuk live bersama. Vi menerima undangan itu. Ketika wajah Tan muncul di layar datarnya bersama seulas senyum tertarik di bibir mungil itu, jantung Vi seperti ingin lompat dari tempatnya. Di balik sikapnya yang tenang dan tampak santai, sebenarnya jantung Tan bedegup kencang, dia sedikit gugup.

"Halo," sapa Tan membuka obrolan mereka.

"How are you, Tan?"

"Good," jawab Tan sambil tersenyum lebar.

Vi dan Tan berkomunikasi dengan bantuan google translate, menggunakan bahasa Indonesia, Inggris, dan Vietnam. Terkadang sesekali Vi menyisipkan celotehan bahasa Jawa, alat komunikasi Vi setiap hari, meski pengikutnya tidak semua paham.

"Kamu dari mana saja, Tan? Kenapa baru live?"

"Aku baru saja pulang kerja. Hari ini ada lembur."

Sambil manggut-manggut Vi berkata, "Oke. Kita mulai PK, ya?"

"Oke," sahut Tan sambil mengisyaratkan dengan jarinya.

Saat mengumpulkan poin, Vi maupun Tan kali ini lebih santai dan tidak seperti awal pertama PK beberapa waktu lalu. Tujuan PK sendiri bukan untuk mencari lawan bertanding, ini salah satu media menjalin persahabatan. Kalah menang sudah hal lumrah.

Vi yang pandai mencairkan suasana dengan tingkah lucunya, membuat obrolan mereka mengalir begitu saja. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai nyaman berinteraksi tetap dengan bantuan google translate. Kadang mereka berinteraksi menggunakan gerakan isyarat dan bercanda tawa sehingga suasanya menjadi lebih seru.

"Kalau PK sama Tan, Vi enggak pernah win," ucap Vi dengan wajah imut dan manjanya.

Tan terkekeh karena Vi mengatakan itu menggunakan bahasa Indonesia. Dia tidak mengerti, hanya saja gemas dengan wajah imut Vi.

"Kamu sangat lucu," kata Tan dengan bantuan google translate.

"Aaaaah, bisa aja lo Joko!" kata Vi dengan gelagat sok-sok malu. Vi mengambil ponsel satunya, lalu mengetik sesuatu untuk membalas pujian Tan. "Kamu cute juga tampan."

Setelah itu Vi menutup wajahnya karena malu. Tan tertawa renyah, dia tersenyum lebar hingga menampilkan barisan giginya yang rapi.

Lontaran saling memuji dan mengobrol untuk mengenal lebih jauh membuat mereka tidak sadar bahwa pertandingan PK sudah selesai.

"Yaaaah, kalah." Vi cemberut. "Sekali-kali aku pengin menang PK dari Tan," sambung Vi.

Tan yang tidak paham hanya tersenyum dan dia mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang mendukung dan memberinya gift sehingga dapat memenangkan PK malam itu.

"Vi, đi ngủ?" kata Tan spontan membuat Vi melongo. (đi ngủ= pergi tidur)

"Ngomong opo to kowe, Tan? Ra mudeng aku!" (Bicara apa sih kamu, Tan? Enggak paham aku!)

Tan mengisyaratkan dengan gerakan, menempelkan kedua tangannya di samping telinga dan memirikan sedikit kepala.

"Oooh, tidur?" Barulah Vi paham. "Indonesia ... tidur." Vi mengajari Tan.

"Hah? Ti- cái gì?" (cái gì=apa)

"Ti-dur." Vi mengejanya.

"Tidur." Walaupun Tan sedikit kesulitan mengucap r, tetapi dia sudah jelas bisa mengucap kata itu.

"Yes, yes, yes! Good!" Vi sangat girang, dia mengapresiasinya dengan tepuk tangan.

"Vietnam ... đi ngủ," kata Tan mengajari Vi untuk mengucapkannya dengan benar.

"Tan, đi ngủ! Go go go!"

Tan senang, ternyata Vi sosok yang mudah diajari bahasa asing.

"No!" sahut Tan menolak untuk pergi tidur.

Akhirnya mereka mengobrol sampai larut malam. Saling belajar bahasa dan bercanda menghibur para penikmat live mereka.

***

Setiap pagi Vi membangunkan Firman untuk mengingatkannya salat Subuh. Walau selisih dua jam lebih cepat dari tempat Firman saat ini tinggal, tetapi Vi rela hampir setiap hari mengingatkannya untuk bangun dan salat. Itu bentuk perhatian Vi yang sudah menganggap Firman sahabatnya.

"Kamu sudah salat Tahajud?" tanya Firman dengan nada sangat lembut.

"Aku sedang halangan, Mas. Ini baru selesai live."

"Oh iya, semalam kamu live PK sama orang Vietnam itu lagi, ya?"

"Iya."

"Bingung ya komunikasinya?"

"Huum. Tapi lama-lama enggak sih, kan ada google translate."

"Iya. Memang kamu pintar."

"Iya dooong, siapa dulu!" Dengan nada bercanda Vi membanggakan dirinya, disusul tawanya yang renyah.

"Iya, iya, iya. Percaya kalau itu."

"Kok malah ngobrol sih kita. Mas Firman salat dulu, ya? Hari ini masuk kerja jam berapa?"

"Aku hari ini jatah masuk pagi. Nanti pulang kerja aku telepon, ya? Kita bikin konten untuk live nanti malam."

"Oke. Siap!"

"Ya sudah kalau gitu kamu cepet tidur. Jaga kesehatan."

"Iya. Mas Firman juga jaga kesehatan di sana, ya?"

"Iya. Asalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Setelah panggilan berakhir, Vi berbaring di tempat tidur. Beberapa saat dia memandang langit-langit kamar. Banyak hal yang Vi pikirkan dan rencanakan. Dia mulai menyusun strategi untuk pekerjaannya dan mewujudkan semua angan yang selama ini sudah dirancang jauh-jauh hari.

"Bismillah ya Allah. Hamba hanya ingin membahagiakan ibu dan mengangkat derajat keluarga hamba." Setelah mengucap itu, Vi berdoa, lalu memejamkan mata.

Sedangkan di negara berbeda, Tan yang masih terjaga selalu terbayang wajah Vi. Jika mengingat tingkahnya, tanpa sadar Tan tersenyum.

"Enggak boleh begini. Ada yang lebih penting saat ini!" ucap Tan meraup wajahnya dan menarik napas dalam.

Tak ingin terlalu memikirkan Vi, akhirnya Tan memejamkan mata. Dia harus tidur, sebab pagi Tan masih berangkat bekerja memangkas rambut.


Hai, teman-teman. Dukung aku dalam projek ini, ya? Berikan tanda bintang dan komen agar aku semangat menyelesaikan cerita ini sampai ending.

Terima kasih sebelumnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top