BAB 16
"Jarak tidak akan berarti, demi seseorang yang berarti."
***
Tekad bulat yang membawa Tan pergi ke Indonesia. Demi gadis pujaannya, dia rela merogoh kantong dalam. Ditemani Vu, Tuan, dan tour guide rekomendasi Vu, ini kali pertama Tan pergi ke luar negeri. Sungguh gila! Pantas dijuluki pria pemberani dan super gentle. Rombongan Tan sampai di Bali sehari lebih awal dari Vi dan Adi. Mereka sudah berkencan akan bertemu di Denpasar.
"Anh Vu, aku tidak bisa tidur," ujar Tan saat mereka sudah berbaring di tempat tidur.
Beberapa hari ke depan mereka menginap di salah satu hotel bintang lima yang ada di Denpasar, sebelum nanti akan melakukan perjalanan mengekspose beberapa tempat wisata dan melakukan perjalanan menuju rumah Vi, di Madiun.
"Kamu pasti sudah tidak sabar ingin bertemu Vi, kan?"
"Tentu! Aku membayangkan bagaimana besok kalau sudah bertemu dengannya."
"Memang apa yang mau kamu lakukan?"
"Menciumnya? Mungkin!" Tan tertawa keras menandakan bahwa ucapannya hanya candaan.
Sebab sudah berulang kali Vi menjelaskan kepada Tan, bahwa di dalam agamanya (Islam) tidak memperbolehkan pria dan wanita berpelukan apalagi sampai ciuman sebelum menikah. Pelan-pelan Vi sudah banyak menjelaskan batasan-batasan kepada Tan. Bagaimana budaya di Indonesia tentunya sangat berbeda dengan Vietnam.
Mungkin jika di Vietnam pria dan wanita bisa tinggal satu atap dan tidur bersama tanpa ikatan pernikahan asalkan kedua orang tua mereka saling mengizinkan tidak masalah. Berbeda jauh dengan budaya di Indonesia, bahwa jika hal itu akan dilakukan maka harus ada ikatan pernikahan lebih dulu.
"Tidak mungkin terjadi," sahut Vu sambil memukul lengan Tan cukup keras. "Aku akan menjaganya. Budaya di Indonesia berbeda dengan budaya kita. Agar kita aman dan selamat selama di sini, patuhi saja aturannya." Tak pernah bosan Vu selalu mengingatkan Tan.
"Iya, Anh."
"Bunga untuk menyambut Adi sama Vi sudah dipesan belum?"
"Aku sudah minta bantuan Titin membelinya."
"Oh, ya sudah kalau begitu. Sebaiknya kita sekarang tidur. Besok kita bersiap ke bandara untuk menjemput Adi dan Vi." Lalu Vu menarik selimutnya, bersiap tidur.
Titin adalah tour guide yang dikenal Vu. Dia sudah beberapa kali berkunjung ke Indonesia, khususnya Bali. Tan menyetujui Tintin menjadi pemandunya selain dia punya pengalaman menjelajah di Indonesia, Titin juga berniat ingin membantu mengabadikan momen perjalanan mereka dan kembali mengaktifkan YouTube Tan yang sudah lama tidak ada pasif. Terakhir YouTube itu dioperasikan Tuyen.
***
Di Jakarta, tepatnya di apartemen Adi, ternyata Vi juga tidak bisa tidur. Bukan tanpa alasan mengapa Vi memilih Adi untuk menemaninya bertemu Tan. Selain sama-sama orang Jawa, Vi juga lebih nyaman berteman dengan Adi. Dia sosok pria dewasa, ngemong, dan bisa mengontrol sikap Vi yang kadang berlebihan. Adi sudah kenal dengan keluarga Vi, bahkan Tumini percaya Adi bisa menjaga Vi. Oleh karena itu dia mengizinkan Vi bertemu dengan Tan asalkan didampingi Adi.
"Gini ya guys, pertemuan besok itu juga ada tujuannya. Kami ada kerjaan. Iya, kan, Mas?" ujar Vi menjelaskan kepada pengikutnya yang terus bertanya tentang rencana pertemuan Vi dan Tan saat sedang siaran langsung di Tik Tok.
"Iya. Rombongan Tan datang ke Indonesia selain mau liburan juga bakal bikin projek bareng Dek Vi. Doakan aja semua lancar, ya?" Adi berkata sambil makan jeruk kimkit atau kumquat, yang mana kulitnya bisa dimakan
"Oh, iya. Aku pesan buat teman-teman semuanya tanpa terkecuali, mohon kerja samanya, yaaaaa? Kalau nanti ketemu kami di jalan atau pas lagi makan, jaga sikap. Kita jaga biar mereka nyaman liburannya di Indonesia. Kalau minta foto boleh, tapi tetap jaga keamanan dan kenyamanan mereka," ujar Vi mewanti-wanti fans-nya. "Aku merasa menjadi tuan rumah bertanggung jawab dengan keamanan mereka," tambah Vi yang sebenarnya sedikit kekhawatiran dengan hal itu.
"Kita kenalkan budaya Indonesia yang ramah dan sopan ke mereka. " Adi menambahi.
Sengaja Vi siaran langsung hingga larut malam karena menghindari fitnah. Sebab ada beberapa orang yang usil berkomentar negatif soal Vi menginap di apartemen Adi. Ini kali pertama Vi sendiri datang ke Jakarta. Toh di Jakarta yang paling Vi kenal Adi. Ada beberapa orang yang sebenarnya Vi juga kenal, hanya saja yang paling dekat dengan bandara, lokasi apartemen Adi. Besok pagi mereka akan bertolak ke Bali.
"Kenapa kok Dek Vi nginepnya di apartemen aku, enggak cari hotel aja?" Adi menjawab banyak komentar yang rata-rata sama, masuk di live Vi. "Jadi, Dek Vi ini sampai di Jakarta sore tadi, sedangkan besok pagi kami udah harus berangkat ke Bali. Nanggung kalau mau nginep di hotel, buang-buang duit. Kami lagi menghemat, pasti besok pas di Bali bakalan banyak pengeluaran."
Demi mematahkan fitnah itu, Vi melakukan siaran langsung hingga hampir subuh baru dimatikan. Sebenarnya Vi tak mau ambil pusing dengan komentar negatif, hanya saja entah mengapa hal itu mengganggu pikirannya. Dia berusaha menghapus pemikiran negatif orang-orang tentangnya. Namun, sepertinya mustahil. Sebab seseorang jika sudah membenci, kebaikan kita akan tertutup dengan satu kesalahan yang kita buat.
***
Tak sabar dan tegang! Debaran jantung Tan sudah tidak terkontrol saat menunggu kedatangan Vi dan Adi di bandara. Sebuket bunga sudah di genggaman tangan Tan.
"Anh Tan, lihat, itu Vi!" Berulang kali Tuan menggoda Tan seperti itu.
Saat menoleh ke pintu kedatangan yang muncul orang lain. Tan menjadi bahan candaan saat ini. Karena sering menggoda sahabat karib yang sudah Tuan anggap sebagai kakaknya itu, dia diberi hadiah tendangan kecil dari Tan. Kesetiaan Tuan kepada Tan tidak pernah diragukan. Sejak awal mereka bertemu, ketika itu Tan masih belum terkenal, keluarganya masih terlilit banyak utang, Tan hidup di tengah perkampungan, dan masih berjuang hidup di kerasnya dunia, Tuan sudah mau menjadi teman dan mendampingi Tan. Ke mana pun Tan pergi, dia rela ikut bersamanya. Padahal Tuan terlahir dari keluarga berada.
Namun, bagi Tuan, dia menemukan sosok kakak yang berani membela dan melindunginya. Bahkan yang membuat Tuan bertahan di samping Tan hingga sekarang ini, Tan bisa menjaganya. Mengarahkan hidupnya yang dulu terombang-ambing, sekarang sudah lebih teratur. Tuan juga diterima dengan tangan terbuka di keluarga Tan. Bagi orang tua Tan, Tuan sudah dianggap menjadi anak terkecil (bontot).
"Aku sangat tegang," ucap Tan tampak gelisah dan mondar-mandir, setiap detik menoleh ke pintu kedatangan.
Vu merangkul Tan, menenangkannya. Titin ikut menggoda Tan sambil memegang kamera untuk membuat bahan konten YouTube. Dia tidak akan melewatkan momen bersejarah itu. Pertemuan Vi dan Tan sudah didambakan banyak penggemar. Ini akan menjadi kabar bahagia serta mengharukan untuk mereka.
"Itu Adi!" pekik Vu menunjuk pintu kedatangan.
Semua menoleh, benar! Di belakang Adi ada Vi. Dia tampak malu-malu dan salah tingkah. Debaran jantung Tan dan Vi sama-sama tak terkontrol, apalagi saat Vi semakin dekat dengan Tan. Terhalang oleh pagar besi yang tingginya sebatas pusar, Tan menyodorkan bunga untuk Vi. Sambil malu-malu Vi menerimanya.
Tak tahu harus berbuat apa, tanpa pikir panjang, saking bahagianya, Tan menarik Vi, lalu dia peluk. Oksigen di sekitar mereka seperti tipis, sangat sulit untuk bernapas. Pipi Vi merona, dia langsung menutup wajahnya dan menjauhi Tan. Senyum-senyum malu terukir di bibir Vi, keduanya menjadi salah tingkah. Tanpa melepas pandangannya kepada Vi yang berjalan keluar, Tan tersenyum lebar. Ketika sudah tidak lagi ada penghalang, Tan kembali memeluk Vi dan merangkulnya.
Semua rasa cemas, rindu yang ditabung satu tahun terakhir setelah mereka melakukan PK internasional bersama hingga bikin konten bareng, sampai tak sadar jika cinta bersemi di keduanya, ini waktunya melepaskan beban itu. Lega! Hati keduanya sudah legowo. Akhirnya mereka bisa bertemu di dunia nyata. Kisah yang diawali dari dunia maya, akhirnya dapat bertemu di dunia nyata.
Tak ada satu orang pun yang boleh menyentuh Vi, termasuk Tuan dan Vu. Padahal Tuan hanya ingin bersalaman, tetapi Tan tidak mengindahkannya. Tanpa diminta, Tan berinisiatif membantu membawakan tas milik Vi. Momen indah itu terekam semua di kamera Titin.
Sampainya di hotel, Adi dan Vi sudah disiapkan kamar masing-masing. Setelah meletakkan kopernya, Vi dipanggil agar masuk ke kamar Tan, tentu bersama Adi, juga didampingi Vu. Vi masih malu-malu dan sungkan, dia perlahan masuk ke kamar dan diminta duduk di ujung kasur oleh Tan.
"Anh Tan gift Vi." Tan mengulurkan sesuatu kepada Vi.
Melihat Vi kebingungan, Tan membukakan kotak itu. Sebuah gelang emas putih berbentuk rantai kecil langsung Tan pasangkan di pergelangan kanan Vi. Disusul hadiah titipan dari teman-teman Tan untuk Vi. Hanya ucapan terima kasih yang terlontar di bibir Vi, sebab dia sudah kehabisan kata-kata karena ternyata banyak teman Tan yang menyayanginya.
Hal yang awalnya seperti tidak mungkin terjadi, jika Tuhan sudah berkehendak, bagaimana pun jalannya, akan terjadi. Contohnya pertemuan Vi dan Tan. Apakah ada yang menyangkanya?
Hai, para Vidat, happy selalu kita, yaaaaa?
Yang selama ini masih bertahan di kapal Vidat, saat 3 bulan yang sudah lewat sempat karam dan kalian masih bertahan, seperti aku, selamat buat kita. Doa jalur langit memang luar biasa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top