BAB 11

"Kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Tabur hal baik akan menuai hal baik pula."

***

Santer terdengar berita tidak baik tentang Vi. Belum juga reda simpang siur mengenai hubungannya dan Firman, kini beberapa netizen Vietnam menyudutkan Vi. Mereka mengatakan bahwa Vi adalah pengrusak hubungan Tan dan Mo. Padahal selama ini Tan tidak pernah secara resmi mempublikasihan hubungannya dengan Mo ke publik. Bahkan Tan tidak membuat konten video maupun foto berdua dengan Mo yang di-upload ke sosial medianya.

Lelah, sungguh Tan sangat lelah dengan berita-berita di media tentang dirinya. Bahkan banyak drama yang sengaja orang-orang ciptakan untuk menjatuhkan karier dia. Pukul dua malam di jalanan Hanoi, di bawah guyuran hujan deras, cuaca dingin, Vu menyetir sambil mendengarkan curahan hati Tan.

"Anh Vu, aku selama ini tidak pernah merasa benar-benar bahagia, walaupun aku tertawa keras di depan orang banyak, hatiku merasa kosong. Semua orang bersenang-senang, aku juga sngat ingin bergaul dengan orang-orang. Ingin bersenang-senang juga, pengin berlari dan bermain dengan semua orang. Tapi entah mengapa aku tidak merasa senang. Aku belum pernah melihat kebahagiaan sejati."

Tan menyandarkan tubuhnya lemas, menatap aliran air deras yang mengucur di kaca mobil. Alat penyeka kaca berjalan ke kanan-kiri tak hentinya. Vu masih fokus menyetir sambil mendengar keluh kesah Tan.

"Apakah kamu tahu, Anh Vu? Aku selama ini hanya bisa bernyanyi lagu sedih. Enggak tahu kenapa aku sulit menyanyikan lagu bahagia. Soalnya di kepalaku, aku merasa tidak pernah benar-benar bahagia segenap jiwa dan hati. Sumpah, sampai sekarang. Aku melihat orang bersenang-senang, tapi aku tidak benar-benar bahagia, malah merasa tidak nyaman, tidak bisa santai. Perasaanku sulit dimengerti, aku tidak bisa emosional. Aku jelas melihat pemandangan menyenangkan, orang-orang senang, sangat nyaman, mengapa aku seperti ini? Aku sering berpikir seperti itu, tapi sampai sekarang aku tidak memahaminya."

"Kamu merasa kesepian di keramain?" tanya Vu memotong ucapan Tan.

"Mungkin! Lucu, kan?"

"Hm." Vu merespons kecil agar dia bisa mendengar lanjutan curahan hati Tan.

"Apa kamu memperhatikanku selama ini? Aku sering tiba-tiba berjalan sendiri. Aku tidak mengerti mengapa bisa begitu."

Vu menghela napas berat, seperti prihatin dengan yang sebenarnya Tan rasakan selama ini.

"Hidup ini tidak bisa aku mengerti." Tan tersenyum kecil. "Tapi aku merasa beruntung. Aku masih memiliki banyak saudara laki-laki dan perempuan. Nenekku punya banyak cucu, tapi yang paling dia cintai dan sayangi aku. Padahal aku bukan cucu tertua, tapi aku memberi banyak hal untuknya. Aku merasa menerima cinta paling banyak dari Nenek. Sejak kecil aku dirawat Nenek. Dia orang yang paling aku hormati, justru bukan orang tuaku. Karena ibuku seorang guru, dia sibuk mengajar di sekolah dan Nenek yang merawatku. Ayahku banyak pekerjaan, kurang memberikan waktunya kepadaku. Mungkin sebab itu aku dipengaruhi karakter Nenek ketimbang orang tuaku. Walaupun mungkin terpengaruh karakter orang tua, tetapi enggak sebanyak Nenek. Aku merasa lebih terpengaruh dengan kepribadian Nenek."

"Nenekmu sangat baik. Aku bisa merasakannya. Dia penuh cinta, itu sebabnya mungkin yang orang-orang rasakan setiap dekat denganmu. Kamu membawa cinta dan kedamaian untuk mereka."

Sejenak situasi di dalam mobil hening. Tiba-tiba Tan teringat Vi. Dia menegakkan tubuhnya dan mencari ponsel. Vu melirik gerakan Tan yang seperti orang panik.

"Kenapa?" tanya Vu kembali fokus menatap ke depan.

"Sudah beberapa hari ini aku tidak menghubungi Vi." Tan berkata sambil menelepon Vi.

Berulang kali menelepon, tetapi Vi tidak mengangkatnya. Tak mendengkus menarik perhatian Vu untuk menolehnya kembali.

"Tidak diangkat?" tanya Vu langsung dijawab dengan anggukan lesu Tan. "Kirim pesan untuknya."

Dengan tampang serius Tan menunduk mengetik pesan untuk Vi.

Maafkan aku yang belakangan terlalu sibuk bekerja. Bukan maksud aku mengabaikanmu. Tolong jawab teleponku.

Belum genap lima menit pesannya dikirim, Vi membalasnya.

Tan, mulai sekarang kita fokus saja pada kehidupan kita masing-masing, ya? Aku tidak mau kamu banyak masalah karenaku.

Aku mungkin yang membuatmu banyak masalah.

Tidak. Aku cuma merasa kehadiranku akan mempersulit hidupmu. Jaga dirimu baik-baik. Boleh bekerja, jangan lupakan kesehatan.

Setelah itu Tan tidak bisa membalas pesan Vi karena ternyata Vi memblokir Instagram Tan. Selama ini mereka berkomunikasi lewat DM. Untuk saat ini hanya itu media mereka berkomunikasi selain live Tik Tok. Tan kembali lesu, dia menyndarkan tubuhnya dan menarik napas berat.

"Padahal sejak kenal Vi, aku merasa seperti menemukan kebahagiaan. Tapi kenapa sulit digapai?" Tan frustrsi, dia menjambak rambutnya dan memejamkan mata sangat rapat.

"Aku mulai memahami sesuatu," celetuk Vu lirih sambil melirik Tan yang memejamkan mata dan mendongakkan kepala.

Di satu sisi sebenarnya Vi berat melakukan itu. Dia menyembunyikan tangisannya. Vi menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Tangisannya tak bersuara.

"Maafin aku Tan. Tapi aku rasa ini yang terbaik. Sangat sulit untuk kita melanjutkan hubungan ini. Aku terlalu takut patah hati lagi. Sebelum telanjur, lebih baik kita kembali pada kehidupan masing-masing."

***

Di tengah panasnya berita tidak benar tentang Tan, Dang yang merupakan sepupu dan tahu betul perjalanan tiktokers itu, di live, Dang membagi kisah perjalann masa lalu Tan. Untuk mematahkan isu bahwa cinta Tan kepada Vi palsu. Berita yang beredar tentang Tan hanya memanfaatkan Vi supaya menarik pengikut di media sosialnya karena Vi termasuk tiktokers terkenal di Indonesia. Berita-berita itu membuat Dang gerah dan merasa harus meluruskan. Sebab gara-gara berita itu saat ini hubungan Vi dan Tan menjadi renggang. Vi semakin menjauh dari Tan, itu membuat Tan sedih.

"Sebelum kalian mengenal dia seperti sekarang ini, aku sudah lebih dulu tahu kehidupan Anh Tan sesungguhnya. Kalian hanya tahu lima puluh persen tentang dia. Dulu Anh Tan bekerja sebagai tukang bangunan, bekerja untuk orang lain, membangun jembatan, tapi kemudia dia mengalami insiden saat bermain sepak bola. Anh Tan jatuh hingga mengalami cidera pada punggungnya, sampai sekarang dia sering merasa sakit punggung. Sejak itu dia tidak bisa melakukan pekerjaan berat. Anh Tan beralih bekerja menjadi pemotong rambut, dia sama seperti orang lain, hanya orang biasa. Hatinya lembut dan tulus, dia menyayangi semua orang, tetapi dia sebenarnya berada di bawah banyak tekanan.

"Lalu dia mengenal Vi. Aku telah banyak mendengar cerita tentang Vi dari teman-teman Indonesia. Aku tahu banyak karya Vi di Indonesia. Vi adalah gadis yang tidak memiliki cinta seorang ayah. Vi sangat mencintai ibunya, dia mencoba melakukan perkerjaan apa pun untuk ibunya. Vi gadis kecil saat itu, dia sudah bekerja demi menghasilkan uang untuk membantu keluarganya, tapi orang lain tega menipunya. Namun, Vi tidak patah semangat, dia bekerja lagi untuk membangun rumah dan membeli mobil supaya tetangga serta kerabat mengubah pandangan tentang keluarganya." Dang menarik napas dalam, dia seperti menahan air mata.

Bahkan Dang buru-buru menyeka air matanya supaya tidak jatuh. Dia tersenyum, tetapi mata merahnya tidak bisa berbohong. Quyen masuk ke kamar Dang. Dia langsung memeluknya, memberi ketenangan. Ternyata sedari tadi Quyen menyimak live Dang. Quyen melepas pelukannya, dia menarik kursi, lalu duduk di sebelah Dang.

"Yang membuat aku tersentuh, saat itu Vi melakukan live bersama ibunya. Kebetulan Anh Tan, aku bersama keluarga dan teman-teman pulang ke kampung untuk makan malam bersama merayakan keberhasilan projek baru Anh Tan, kami menonton bersama live dia. Sekarang Vi memiliki banyak uang, dia mengatakan kepada ibunya, 'jika Ibu ingin membeli apa saja, tolong beri tahu aku. Aku sudah dewasa, aku bisa mengurus semuanya untuk Ibu, katakan saja, jangan sembunyikan beban di hatimu, Ibu harus hidup bahagia dan sehat. Aku mencintaimu, Ibu' di situ kami semua menangis. Anh Tan terlihat bangga kepada gadis pujaannya itu. Dia mengatakan di depan keluarga, 'ini pilihanku' dan kami semua mendukungnya."

Quyen mengangguk, tanda setuju dengan ucapan Dang.

"Teman-teman semua, Anh Tan dan Vi memiliki kisah masa lalu yang mirip. Mereka membangun karier bersama. Saling mendukung satu sama lain. Jika kalian memfitnah dan menghina mereka, Vi dan Anh Tan memilih diam, tidak melawan. Ini inisitif kami menjawab pertanyaan kalian dan meluruskan berita tidak benar tentang Anh Tan dan Vi."

Setelah mengatakan itu, Dang pamit dan mengakhiri live-nya. Dia dan Quyen keluar dari kamar. Mo dan Tuyen yang tadi sepertinya sedang berbicara serius, saat melihat Quyen dan Dang keluar kamar langsung diam. Sebenarnya Dang dan Quyen curiga bahwa di balik isu dan kabar negatif tentang Vi dan Tan adalah ulah mereka. Namun, Quyen belum punya bukti untuk mengusir keduanya dari apartemen itu.

"Sudah makan kalian?" tanya Quyen mencairkan susana yang terasa tegang.

"Sudah," jawab Mo dengan wajah datar, lalu membuang muka.

Salah satu pintu kamar terbuka, Tuan keluar. "Ada apa ini? Mengapa kalian berkumpul di sini?" tanya Tuan menyapu wajah mereka satu per satu.

"Tidak ada, ini kami mau masuk kamar," sahut Tuyen lalu masuk ke kamarnya, disusul Mo yang masuk di kamarnya sendiri.

Tuan tampak bingung dengan sikap Mo dan Tuyen. Dia menatap Quyen juga Dang, dari tatapannya itu, Tuan seperti bertanya 'kenapa mereka?'. Quyen mengangkat kedua bahunya, Dang menggeleng. Tuan menarik napas dalam, lalu mengembuskan pelan.

"Sebaiknya kita pergi makan saja," ajak Dang disetujui Quyen dan Tun.

Mereka pun keluar apartemen dan pergi ke restoran. Sebelumnya Quyen menelepon Tan supaya menyusul mereka agar makan malam sekaligus di sana.

Tarik ulur kayak main layangan, hehehe. Repot, repot, repot!

Terima kasih buat teman-teman yang sudah mendukung cerita ini dengan klik bintang dan meninggalkan jejak di komentar. Semoga aku bisa menyelesaikan tepat waktu, ya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top