BAB 1

"Perkenalan kita merupakan takdir Tuhan."

***

Dia bukan wanita cantik seperti super model, tetapi dia adalah gadis yang sempurna karena dipenuhi cinta. Vi, begitulah sapaannya. Gadis berhijab dan periang yang nyaris tak pernah terlihat sedih ini tinggal berasama ibunya di rumah sederhana, di salah satu pedesaan Jawa Timur. Vi merupakan anak bontot, kedua kakaknya sudah menikah dan salah satu keluarga kakaknya tinggal bersama mereka.

Ayah Vi sudah meninggal saat dia duduk di bangku sekolah menengah pertama. Vi sekarang berusia 21 tahun dan menjadi tulang punggung keluarga. Banyak pekerjaan yang sudah dia jalani, tetapi hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Cita-citanya tidak muluk, dia hanya ingin membahagiakan ibunya dan mencukupi kebutuhan keluarga. Vi berharap bisa memenuhi semua yang ibunya inginkan dan butuhkan. Sungguh mulia hatinya.

Berawal dari iseng, justru kini menjadi sumber pendapatannya. Ya, Vi merupakan pelaku konten kreator Tik Tok. Sejak menghibur banyak orang dari sebuah aplikasi Tik Tok, perekonomiannya meningkat. Tik Tok adalah aplikasi untuk membuat dan menyebarkan beragam video pendek. Dari aplikasi ini orang-orang bisa melalukan live streaming dengan pengguna lain, sampai mancanegara.

Tak jauh berbeda dengan Vi, pria asal Vietnam ini juga sedang merintis kariernya di Tik Tok dan Youtube sebagai konten kreator. Ibunya sebagai guru dan ayah seorang petani. Mereka dari keluarga sederhana. Kesibukan orang tua membuatnya merasa kesepian dan kurang perhatian. Untung dia masih memiliki kakek, nenek, dan adik perempuan yang selalu memberinya perhatian.

Tan, begitulah sapaan pemuda berusia 27 tahun ini. Memiliki perawakan jangkung dan bertato; di punggung hingga lengan kanannya, paling mencolok adalah gambar kuda poni yang hampir memenuhi setengah punggung serta gambar bintang pada sela-sela telunjuk dan jempol.

Mereka berdua dipertemukan secara tidak langsung ketika PK internasional (live streaming) yang diatur secara acak oleh aplikasi Tik Tok. Selisih dua minggu setelah mereka PK, malam ketika Tan sedang di kamarnya, dia memperhatikan Vi sedang live streaming bersama seorang pria. Walau Tan tidak paham dengan bahasa Indonesia, dia merasa terhibur dengan tingkah laku Vi. Di mata Tan, Vi gadis yang lucu, apa adanya, dan sangat menghibur. Beberapa kali Tan terlihat memantau live Vi. Entah mengapa hatinya merasa bahagia saat menonton Vi yang kadang wajah dicorat-coret dengan make up absurd; jelek, bertingkah pecicilan, bahkan tidak malu berjoget asal. Vi melakukan itu semua demi menghibur para penikmat live-nya.

Pagi hari, Tan sedang memperhatikan Quyen—adik Tan—yang sedang menemani gadis berusia sekitar enam tahun sedang mewarnai patung karakter. Tuyen—sahabat Tan—menghampirinya.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Tuyen memperhatikan raut wajah murung Tan.

Helaan napas dalam terdengar berat, Tan menyandarkan punggungnya di kursi, lalu dia menoleh Tuyen sambil bertanya, "Apa aku masih berhak untuk bahagia?"

"Tentu saja!" sahut Tuyen cepat. "Kenapa kamu bertanya seperti itu? Seolah ada seseorang melarangmu untuk bahagia."

"Bukan, bukan begitu, Em Trai. Aku merasa tidak pantas mencintai seseorang, bahkan mungkin tidak pantas dicintai," ujar Tan lagi-lagi menghela napas berat, seperti menahan sesak di dadanya. Usia Tuyen di bawah Tan tiga tahun. (Em trai= adik laki-laki)

"Lihatlah dirimu sekarang. Banyak orang yang mulai mencintaimu. Kamu memiliki keluarga yang hangat, teman-teman dan saudara. Kenapa kamu merasa begitu?"

"Aku sangat berterima kasih kepada mereka. Tapi bukan itu yang aku maksud."

Tuyen mengerutkan dahi. "Lalu apa?"

"Belakangan ini ada gadis yang aku perhatikan. Gadis ini berbeda dengan gadis-gadis Vietnam."

Tampak jelas keterkejutan di raut wajah Tuyen. Sebab yang Tuyen tahu, Tan sosok pria yang sulit jatuh cinta. Bahkan selama dia mengenal Tan, baru sekali dia memiliki hubungan sangat spesial dengan seorang wanita. Itupun Tan dibuat patah hati dan kecewa, lalu ditinggal pergi. Sejak itu Tan menjadi lebih selektif untuk menambatkan hati.

Saat ini Tan sedang merintis kariernya, dia fokus ingin memperbaiki perekonomian keluarga. Tan merupakan tulang punggung keluarga, membantu orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga besar mereka. Walau dia punya banyak teman wanita cantik, tetapi tidak satu pun di antara mereka yang dapat memikat hati Tan.

"Siapa dia?" tanya Tuyen sangat penasaran.

"Kamu ingat satu bulan lalu, aku PK dengan gadis dari negara Indonesia?"

Beberapa detik Tuyen terdiam, dia mengingat-ingat lagi. "Iya, aku ingat."

"Entahlah, mengapa beberapa hari belakangan ini aku sering memantaunya."

Tercengang! Sampai mulut Tuyen sedikit terbuka.

"Võ văn!" umpat Tuyen sembari membuang wajahnya melihat ke arah Quyen yang sekarang sedang makan bersama gadis kecil, lesehan di lantai. (Võ văn= omong kosong)

"Aneh, ya?" Tan tersenyum miring.

"Terus apa yang kamu ingin lakukan selanjutnya?"

Tan mengangkat kedua bahunya sambil menggeleng. "Entahlah! Aku ini orang miskin. Mana mau dia dengan orang sepertiku. Mustahil!" ucap Tan sambil tersenyum kecut, menertawakan dirinya sendiri.

"Kamu sudah mencoba menghubunginya?"

Lagi-lagi Tan menggeleng. "Aku tidak memiliki keberanian untuk melangkah sejauh itu. Indonesia sangat jauh. Mustahil aku bisa sampai di sana."

"Jangan berpikir terlalu jauh dulu. Jalin persahabatan dengannya. Kalau kamu yakin dengan wanita itu, kenapa tidak melakukan sesuatu?"

"Aku masih takut, apakah dia mau berteman denganku?"

"Hei, bạn bè," Tuyen merangkul Tan, "lakukan sesuatu untuk berusaha. Bukan malah menyerah sebelum berperang." (Bạn bè= sahabat)

"Bagaimana jika dia tahu masa laluku dan tidak mau berteman denganku lagi? Aku terlalu takut kecewa, rasanya sangat sakit."

"Kamu sering mengatakan padaku, siapa pun wanita pilihanmu nanti, kamu akan jujur padanya tentang masa lalumu. Kamu bisa melakukan itu di waktu yang tepat. Saat kalian sudah saling memahami dan hati kalian sudah terkoneksi. Percayalah, jika dia wanita baik, seburuk apa pun masa lalumu, dia tetap akan menerimanya."

"Menurut kamu, apa yang harus kulakukan sekarang?"

"Lakukan live streaming, lalu undang dia untuk bergabung di live kamu."

Bibir Tan tertarik membentuk seperti bulan sabit. Hatinya sedikit lega, dia seperti mendapatkan pencerahan.

***

Lain hari saat Vi sedang live streaming, Tan berusaha mengundangnya bergabung di live-nya. Namun, Vi tolak. Tan tidak putus asa, di lain hari saat Vi sedang live streaming dengan seorang pria, patner yang kata fans sedang dekat dengan Vi, sengaja Tan memperhatikannya.

Lain kesempatan, Tan terciduk mengomentari salah satu postingan video pendek Vi . Hal itu menjadi buah bibir di dua negara, fans Tan di Vietnam juga fans Vi di Indonesia. Pro dan kontra pun bermunculan. Tak sedikit orang justru mendukung Vi dan Tan. Apalagi di Vietnam, rata-rata yang menyukai Tan, mereka juga menyukai Vi karena live Vi sangat menghibur walaupun orang Vietnam tidak memahami bahasa yang digunakan Vi. Dalam kesempatan lain, saat Vi live streaming malam, Tan mengajukan undangan. Lagi-lagi ditolak Vi. Tan seperti merasa tidak memiliki kesempatan, dia sedih. Otaknya beberapa hari terkuras untuk memikirkan konten video. Kadang dia teringat Vi dan hanya bisa melihat live-nya.

"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Quyen, adik perempuan Tan yang cantik dan lemah lembut. Dia duduk di sebelah kakaknya.

Gerimis yang membasahi tanah membuat suasana malam ini sendu. Tan dan Quyen duduk di teras, menikmati ketenangan.

"Kalian sabar, ya? Aku akan berusaha mengubah nasib keluarga kita."

"Kamu selama ini sudah cukup berusaha keras. Kamu jangan terlalu cape, ingat sakit punggungmu."

Quyen hanya khawatir kepada kakaknya yang pekerja keras itu dan kadang sampai lupa makan. Mungkin itu salah satu sebab Tan sulit gemuk, badannya kurus. Apalagi dia punya cedera di punggungnya yang membuat Tan sering mengeluh sakit punggung.

"Kamu tenang saja." Tan tersenyum manis, melegakan perasaan Quyen.

Selain menjadi konten kreator, Tan saat ini bekerja di barbershop. Dia sudah lihai memotong rambut. Sebelumnya dia bekerja apa pun, pernah juga menjadi kuli bangunan. Tan tidak memiliki pendidikan yang tinggi. Dia hanya menyelesaikan pendidikan setara SMA. 

Bismillah, semoga lancar  cerita ini, ya? Dukung aku dengan klik bintang dan komen, ya, teman-teman. Biar aku selalu semangat ada di dunia oranye ini. 

Terima kasih buat yang mau menungguku dan selalu mengikuti setiap cerita yang aku bikin. Makasih, makasih, makasih, makasih. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top