Happiness
Author Note:
Di chapter ini aku pake nama asli Takao yaitu Kazunari mengingat di chapter ini dua sejoli tersebut (re: MidoTaka) udah menikah. Happy reading semua \(^^)/
Kamus (unfaedah) Jepang:
Daijoubu = tidak apa-apa
Deshou = it's like "ya kan~"
Hontou = benarkah
Uso Darou? = boong ya kan?
Omedetoo = Selamat
- CLUELESS -
Acara yang hanya di datangi oleh orang-orang terdekat Tetsuya, Akashi, dan Himuro berjalan dengan lancar. Tetsuya menyenderkan tubuhnya di dinding. Meskipun acara ini baru berjalan selama beberapa menit tetapi sudah berhasil membuat tubuhnya kelelahan.
"Selamat atas peresmian butikmu, Tetsuya."
Tetsuya tersenyum hangat. Mengambil gelas champagne yang terjulur di depannya. "Arigato, Kazunari-kun."
Midorima Kazunari. Laki-laki berambut hitam tersebut tersenyum. "Wah, ku pikir menjadi seorang Akashi tidak perlu bekerja. Mengingat hanya dengan bernafas saja, kau sudah bisa mewujudkan segala sesuatu yang kau inginkan."
Tetsuya terkekeh. Meskipun terdengar berlebihan, tetapi yang dikatakan laki-laki di depannya adalah fakta. Siapa yang tidak akan mengetahui Akashi corp. Semua pebisnis di Jepang berlomba-lomba untuk menjadi partner dari big company seperti Akashi corp. Banyak masyarakat di seluruh Jepang yang mendambakan untuk bisa bekerja menjadi salah satu karyawan disana. Sebuah perusahaan raksasa yang sampai detik ini belum bisa dikalahkan oleh perusahaan apapun. Dan saat ini namanya tidak hanya terkenal di nasional saja tetapi juga mancanegara.
"Ngomong-ngomong, aku tidak melihat kehadiran little princess Kazuri." Aquamarine Tetsuya mencari kehadiran sosok mungil di seluruh penjuru ruangan.
"Aku dan Shin-chan menitipkannya pada Ibu-ku."
"Ah, sayang sekali, padahal aku merindukan little princess Kazuri."
"Nah, anak itu terlalu aktif. Bisa-bisa ia membuat acaramu berantakan jika aku dan Shin-chan membawanya bersama kami."
Tetsuya tertawa. Memang benar buah hati dari Midorima dan Kazunari sangat periang dan itu yang membuat gadis mungil menggemaskan itu selalu menjadi favorit untuk para uncle nya. "Ja, Dimana Midorima-kun?"
Tetsuya mengikuti jari telunjuk Kazunari yang mengarah ke satu titik. Sekumpulan laki-laki dengan warna rambut yang berbeda-beda tengah mengumpul. Sesekali tertawa. Entah apa yang tengah mereka bicarakan, yang jelas kelima orang tersebut tengah asik dengan dunia mereka sendiri. "Ah~ sedang reunian dengan generation of miracle rupanya."
"Ja, kenapa kau disini Tetsuya? Bukankah kau bagian dari mereka?"
Tetsuya terkekeh. "Aku sudah menyapa mereka beberapa menit yang lalu, dan sekarang terlalu lelah untuk kembali bergabung."
"Tentu saja kau kelelahan. Aku tidak menyangka bahwa undangan yang datang akan sebanyak ini."
Tetsuya mengangguk membenarkan. "Hm. Dan kebanyakan adalah kolega bisnis Sei-kun," Dihembuskan nafasnya kasar. Acara ini adalah milik Tetsuya, tapi undangan yang datang di dominasi oleh tamu sang suami. Membuat acara ini terlihat seperti peresmian butik Akashi. Well, bukan masalah juga. Mengingat Tetsuya sekarang adalah bagian dari Akashi. Kolega Akashi adalah koleganya juga dan begitu pula sebaliknya.
Tetsuya meminum champagne miliknya. "Hump!" Tangannya buru-buru menutup mulutnya yang ingin memuntahkan champagne yang baru saja tertelan. Sepertinya dirinya memang terlalu lelah. Segala minuman dan makanan yang ia telan hari ini seperti di tolak oleh tubuhnya.
"Tetsuya, kau tidak apa-apa?"
Tetsuya mengangguk pelan. Ia sudah terbiasa dengan kondisi dirinya yang seperti ini selama beberapa minggu kebelakang. "Kau yakin?"
"Hai' daijoubu. Aku hanya kelelahan sepertinya."
"Kau harus memperhatikan kesehatanmu juga, Tetsuya."
"Huh? Bukankah sekarang aku terlihat seperti sangat sehat?"
"Ah, benar! Kau terlihat lebih berisi dibandingkan bulan lalu aku melihatmu."
"Deshou. Aku bahkan harus membeli pakaian yang baru karena seluruh pakaianku sudah tidak muat lagi di tubuhku."
Kazunari tertawa. "Hontou?"
"Hai' sepertinya aku harus mengontrol pola makanku. Tidak lagi-lagi, aku membangunkan Sei-kun setiap tengah malam untuk dibelikan atau dibuatkan makanan."
"He? Bukankah Akashi sangat benci berpisah dengan kasurnya? Aku tidak bisa membayangkan ekspresi apa yang diperlihatkan Akashi saat kau membangunkannya hanya untuk dibuatkan atau dibelikan makanan." Tawa Tetsuya dan Kazunari semakin kencang.
"Tentu saja wajahnya tertekuk, walaupun berakhir dengan mengabulkan seluruh permintaanku dan itu membuatnya semakin menggemaskan."
"Ah, aku jadi ingat bagaimana ekspresi Shin-chan saat aku selalu membangunkannya tengah malam hanya untuk dicarikan okonomiyaki walaupun saat berhasil membawa okonomiyaki tersebut aku tidak menyentuhnya sama sekali."
"Deshou~"
"Sungguh, masa-masa mengidam memang sangat menggemaskan."
"Hai'" Tawa keduanya masih menggema.
Masa-masa ngidam adalah kesempatan langka yang bisa digunakan untuk mengerjai para suami. Mereka akan melakukannya meskipun sebenarnya—
Tunggu.
Kazunari menghentikan tawanya.
Bukankah pembicaraan ini terlalu nyambung antara dirinya dengan Tetsuya?
Mungkinkah Tetsuya...?
"—Nari-kun,"
"Kazunari-kun," Kazunari terlonjak kaget ketika tangan Tetsuya menyentuh pergelangan tangannya. Aquamarine tersebut menatap matanya khawatir. "Ada apa?"
"Ah Iie, daijoubu. Aku hanya teringat sesuatu."
Tidak mungkin kan Tetsuya tidak menyadarinya? Ia pasti sudah mengetahui hal ini kan?
Kazunari menggigit ujung kukunya. Dahinya mengkerut, seperti tengah berpikir keras tentang sesuatu. "Ano... Tetsuya. Boleh aku bertanya sesuatu?" Tetsuya mengangguk mempersilahkan.
"Eto... Apa kau selalu merasa mual-mual belakangan ini?" Tetsuya mengernyitkan dahinya bingung.
"O-oh," Tetsuya mengangguk ragu-ragu.
"Apa terkadang kau merasa keram perut? Apa kau selalu menginginkan hal yang sebelumnya tidak pernah kau inginkan? Atau apa kau merasa bahwa indera penciumanmu sangat sensitif akan wangi-wangian?" Kerutan di dahi Tetsuya semakin terlihat. Kenapa tiba-tiba Kazunari menanyakan hal ini padanya? Apakah sangat terlihat bahwa dirinya sedang tidak dalam kondisi baik selama beberapa minggu ini?
"Eh? Bagaimana Kazunari-kun bisa tau kondisiku belakangan ini? Apakah terlihat sangat jelas?"
Manik mata Kazunari membesar.
Tebakanku benar. Tidak salah lagi.
"Tetsuya, apa kau sudah pergi ke dokter?" Tetsuya mengangguk. "Ja... Bagaimana dengan hasilnya?"
"Eto... Dokter pribadi keluarga Akashi bilang aku hanya kelelahan dan salah makan."
"What?!"
"Apa ada yang salah, Kazunari-kun?"
"Tidak Tetsuya kau bukan hanya kelelahan dan salah makan. Ya Tuhan! Bagaimana bisa kau dan Akashi sangat clueless akan ini?!"
Tetsuya tidak mengerti dengan perubahan sikap Kazunari. Laki-laki tersebut terlihat sangat panik. Apa terjadi sesuatu yang buruk pada diri Tetsuya?
"Astaga! Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan terlebih dahulu? Haruskah aku berlari menghampiri Akashi dan mengatakan semuanya? Ah tidak, tidak. Aku harus membuktikannya terlebih dahulu,"
"Kazunari-kun, Apa terjadi sesuatu?"
Seolah tak menggubris pertanyaan Tetsuya, Kazunari menarik tangan Tetsuya. Membawanya keluar dari butik Tetsuya. "Persetan dengan Akashi!"
Sedangkan Tetsuya yang ditarik secara paksa oleh Kazunari masih tidak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi. Ia tidak bisa pergi begitu saja mengingat acaranya belum selesai. "Kazunari-kun!" panggil Tetsuya. Berusaha melepaskan pergelangan tangannya yang digenggam kencang oleh Kazunari.
Kazunari tidak peduli dengan cicitan Tetsuya dibelakangnya. Kakinya terus melangkah memasuki parkiran basement butik Tetsuya. Sebelah tangannya mengambil ponsel di saku celananya. Berusaha menghubungi nomor sang suami. Sedangkan Tetsuya semakin dibuat bingung oleh sikap Kazunari. Sebenarnya apa yang terjadi? Dan Kazunari ingin membawa dirinya kabur kemana?
"Kazunari-kun ada apa? Dan kita akan kemana?"
Untuk sekian kalinya Kazunari tidak menggubris pertanyaan Tetsuya. Pikirannya terfokus pada benda berukuran persegi panjang yang tertempel di telinganya. Nada panggilan tersebut hanya berbunyi dua kali sebelum terputus dan tergantikan oleh sebuah suara di seberang sana. "Shin-chan, aku pergi ke suatu tempat. Ada sesuatu yang urgent terjadi."
"..."
"Ah tidak, aku tidak apa-apa. Pula juga tidak terjadi apapun pada putri kita."
"..."
"Ini tentang Tetsuya."
"..."
"Nanti saja aku menjelaskannya. Aku akan menjelaskannya setelah kami sampai disana."
"..."
"Aku akan mengirim lokasi kami dan tolong bawa Akashi bersamamu nanti." Kazunari mematikan sambungan telponnya.
Bip. Bip.
Pintu mobil Mercedes Benz CLS-class bewarna putih tulang di samping Tetsuya dan Kazunari terbuka. "Masuklah, Tetsuya. Kita tidak bisa membuang banyak waktu lagi,"
"Jawab pertanyaanku terlebih dahulu, Kazunari-kun. Aku tidak bisa meninggalkan acaraku begitu saja. Sebenarnya ada apa? Dan kita akan pergi kemana?"
Kazunari menghela nafasnya. "Rumah sakit."
"H-huh?"
- CLUELESS -
Akashi mempercepat langkah kakinya dengan Midorima yang mengekor dibelakangnya. Tidak mempedulikan banyak mata yang menatap risih dirinya yang seperti tidak memiliki tata kerama saat berada di rumah sakit. Persetan dengan semua itu. Hal terpenting baginya saat ini adalah segera bergegas menemui si mungil kesayangannya.
Setelah mendengar kabar dari Midorima bahwa Kazunari membawa Tetsuya pergi ke rumah sakit, hatinya tidak tenang. Pikirannya menjadi kacau balau. Segala doa terpanjatkan, berharap tidak terjadi hal buruk yang menimpa kekasih hatinya. Mengutuki dirinya yang tidak memberi perhatian lebih pada Tetsuya selama acara berlangsung.
Heterokom-nya membulat ketika menemukan si mungil bersurau baby blue tengah berjalan dengan eskpresi datar. Tidak ada binar yang terpancar dari aquamarine tersebut. Hanya tatapan kosong. Kedua tangannya melingkari memegangi perutnya. Sesuatu telah terjadi dan Akashi tidak akan memaafkan dirinya jika hal buruk terjadi pada Tetsuya.
"Tetsuya!"
"Kazunari!"
Akashi dan Midorima berlari menghampiri Tetsuya dan Kazunari. Membawa Tetsuya ke dalam pelukannya. Menciumi puncak kepala Tetsuya berkali-kali. "Apa kau baik-baik saja? Kau membuatku khawatir setengah mati." Sedangkan Tetsuya masih diam bergeming. Tak merespon pertanyaan Akashi.
"Tetsuya?" Akashi merenggangkan pelukannya.
"S-Sei-kun," Heterokom Akashi membulat ketika bulir air mata meluncur bebas dari aquamarine Tetsuya. Suara Tetsuya begitu bergetar. Sungguh. Setelah ini Akashi akan menghukum dirinya sendiri karena telah lalai menjadi seorang suami. Bagaimana bisa ia menikmati pesta tanpa mempedulikan keadaan Tetsuya?
"Tenanglah Akashi. Tidak terjadi hal buruk pada Tetsu—"
Bruk.
"Tetsuya!" Pekik ketiga orang yang menyaksikan tubuh Tetsuya yang hampir jatuh tersungkur jika saja Akashi tidak sigap menangkap tubuh mungil Tetsuya. Tubuh Tetsuya semakin bergetar. Air matanya sudah saling bergantian mengalir membasahi pipi chubby-nya. Tanpa pikir panjang Akashi kembali memeluk tubuh Tetsuya. Menciumi ujung kepala Tetsuya berkali-kali.
God damn it! Sebenarnya apa yang telah terjadi?!
"Sei-kun! Sei-kun!" Tetsuya terus memanggil nama sang suami dalam tangisannya.
"Ssstt... its okay love. Aku disini sayang." Akashi semakin mengeratkan pelukannya.
"Sei-kun... bayi..."
Tubuh Akashi menegang. Apa yang dikatakan Tetsuya seperti di tolak oleh otaknya untuk di cerna. Direnggangkan pelukannya, aquamarine tersebut menatap lurus ke heterokom miliknya.
"H-huh?"
"Bayi, Sei-kun..." Tetsuya tertawa dalam tangisannya. Sedangkan heterokom Akashi membulat perlahan. Sedangkan Midorima yang mendengar menatap Kazunari, mencari kebenaran atas kalimat Tetsuya dan Kazunari hanya tersenyum sebagai jawaban.
"Te-tetsuya, Ap-apa maksudnya?" Sekarang justru Akashi yang seperti robot rusak. Otak jeniusnya seperti berhenti bekerja. Tetsuya terkekeh masih dengan air mata yang menderas, kemudian membawa tangan Akashi dan meletakkannya di perut Tetsuya yang sedikit membuncit. Heterokom Akashi memandang kosong tangannya yang berada di perut Tetsuya, kemudian berpindah menatap aquamarine Tetsuya. Mencari kebenaran dari mata yang sejernih langit tersebut.
"Tet-Tetsuya, kau...?"
Tetsuya mengangguk mantap. Senyumnya masih mengembang di wajahnya. Satu tangannya yang terbebas menangkup wajah sang suami. "Um. Aku hamil, Sei-kun. Anak kita."
"Uso...darou...?" gumam Akashi tak percaya.
"Apakah aku terlihat berbohong, Sei-kun?"
"Hah. Wow. Ahahaha." Akashi mengusap wajahnya. Sungguh ia tidak tau harus merespon seperti apa. Ini berita terbaik yang pernah ia dengar! Berita yang membuatnya ingin tertawa sebanyak-banyaknya. Dan astaga! Akashi tidak pernah merasa sebahagia ini.
"Omedetoo, Akashi, Tetsuya." ucap Midorima dan Kazunari berbarengan.
"Shintaro, aku akan menjadi seorang ayah. Wow! Aku akan menjadi ayah. OH MY GOD! APA KAU DENGAR SHINTARO? AKU AKAN MENJADI SEORANG AYAH. A-Y-A-H!" pekik Akashi.
"Oi Akashi. Kita sedang di rumah sakit."
"Pesetan dengan semua itu, Shintaro! Karena aku akan menjadi seorang ayah!" Akashi memeluk sang istri kemudian menggendong tubuh Tetsuya.
"S-Sei-kun,"
"Thanks love. Sungguh ini hadiah terindah yang pernah ku dapati. I love you. I love you. I love you, Akashi Tetsuya. I LOVE YOU SO MUCH! DAMN IT THIS IS THE BEST DAY OF MY LIFE!"
Tetsuya tersenyum. Tangannya melingkar di leher Akashi. Menempelkan pangkal hidungnya dengan pangkal hidung Akashi. "Me too. I love you so much, Akashi Seijuurou. Dan terimakasih karena sudah melengkapi hidupku."
"Iie. Terimakasih karena sudah menjadi bagian dari hidupku, memberi warna terindah untukku, dan menyempurnakan kehidupanku. Terimakasih karena selalu membuatku menjadi laki-laki paling bahagia di muka bumi ini, sayang."
- CLUELESS -
- END -
HUAAAAA AKHIRNYA KELAR FANFICT YANG SATU INI! T.T TERIMAKASIH BANYAK UNTUK KALIAN SEMUA YANG TELAH MEMBACA CLUELESS *bow*
Aku ga tau ini dapat memuaskan kalian atau engga, karena selama proses penulisan chapter ini aku bener-bener ga tau ngegambarin perasaan Akashi sama Tetsuya kaya gimana. Karena perasaan mereka tuh ga bisa diungkapin pake kata-kata;( dan maaf banget kalo ceritanya kepanjangan T.T Aku ga bisa berenti nulis kalo udah bayangin AkaKuro ><
And last but not least, tolong tinggalkan jejak setelah membaca hehehe ;3 dan terimakasih untuk kalian yang sudah support dan nunggu fanfict-fanfictku yang lain. Sampai bertemu di fanfictku yang lainnya~ papay~ *poof*
—Matokinite76
- CLUELESS -
EPILOG.
Tetsuya mematutkan dirinya di cermin. Bibirnya masih membentuk seulas senyum bahagia. Satu tangannya mengelus perutnya yang sudah membuncit. Masih tidak menyangka bahwa ada kehidupan di dalam perutnya. Bahkan tidak hanya satu kehidupan yang tengah ia kandung, tapi dua sekaligus!
Kehamilan pertamanya tentulah tidak mudah. Banyak perubahan yang terjadi pada dirinya. Seperti Tetsuya jauh lebih picky perihal makanan, mood-nya lebih sering naik turun tak karuan, serta mual-mual yang tidak berkesudahan di bulan-bulan pertama. Semuanya sangat melelahkan. Tapi, Tetsuya bahagia. Jadi dia bisa melewati semuanya dengan sangat baik. Ditambah Akashi yang selalu mensupport kebutuhan dan keinginan Tetsuya.
Laki-laki bersurau merah tersebut juga jauh lebih overprotective. Segala gerakan Tetsuya selalu diawasi oleh asisten pribadi yang sengaja Akashi pekerjakan untuk mengawasi Tetsuya selama dirinya sibuk bekerja. Selain asisten pribadi, Akashi juga mempekerjakan koki profesional yang selalu siap siaga menyiapkan makanan atau minuman yang diinginkan Tetsuya.
Bahkan beberapa bulan lalu, mereka baru saja pindah ke sebuah rumah yang lebih besar dari sebelumnya. Bahkan terlalu besar untuk disebut sebuah rumah, karena bangunan tersebut lebih cocok dibilang sebuah mansion. Dan juga kebiasaan baru Akashi adalah ia akan selalu membawa buah tangan berupa mainan atau pakaian bayi selepas bekerja.
"Kau sedang apa, Sayang?"
Tetsuya mengalihkan pandangannya menuju sumber suara. "Sei-kun, sudah bangun? Yakin tidak ingin tidur lebih lama lagi? Ini adalah hari minggu kesayangan Sei-kun." Akashi mengangguk kemudian menggeleng sebagai jawaban atas dua pertanyaan Tetsuya sekaligus. Tangannya memberi gesture agar Tetsuya menghampirinya. Tanpa diperintah dua kali, Tetsuya menghampiri Akashi yang tengah terduduk di pinggir ranjang dengan sebelah mata yang masih tertutup.
"Ohayo, Sei-kun."
"Ohayo, love." Jawab Akashi masih merasakan kecupan Tetsuya di setiap inchi wajahnya. Kecupan penuh kasih dan cinta. Tangan kekarnya sudah bertengger manis di pinggang Tetsuya. "Dan selamat pagi jagoan, Ayah. Apa tidur kalian nyenyak?" Kali ini Akashi yang mencium perut buncit Tetsuya. Kemudian mengelusnya dengan lembut. Sedangkan Tetsuya hanya tersenyum menyaksikan pemandangan yang membuat hatinya menghangat.
"Sei-kun ingin sarapan apa? Biar aku minta koki untuk menyiapkannya." Akashi menggeleng lagi. Ia tidak lapar, yang ia inginkan saat ini adalah bermanja-manja dengan keluarga kecilnya. Ditariknya tubuh Tetsuya menuju pangkuannya.
"Eh? Aku berat, Sei-kun."
"Ho? Kau meragukan kekuatan suamimu, sayang?" Tetsuya tertawa kemudian menggeleng. Meskipun tinggi Akashi tidak seperti Midorima dan anak GOM lainnya, tetapi perihal kekuatan Akashi tidak kalah dengan laki-laki lainnya.
"Bagaimana ini, Seiro, Seijin? Ayah kecewa karena ibu kalian meragukan kekuatan ayah. Jangankan memangkunya, bahkan ayah bisa mengangkat gunung dan membalikkannya."
Dahi Tetsuya mengkerut. "Seiro? Seijin?" ulangnya. Sedangkan heterokom Akashi menatap aquamarine Tetsuya yang kebingungan. "Sei-kun, jangan bilang itu..."
"Hm? Tetsuya tidak menyukai nama untuk dua anak kita?" Senyum Tetsuya mengembang. Bukannya ia tidak suka, hanya saja ini terlalu mendadak dan Akashi tidak mendiskusikannya dengan Tetsuya terlebih dahulu.
"Tentu saja aku suka, Sei-kun!" Tetsuya menggenggam tangan Akashi yang masih bertengger manis di perutnya. "Akashi Seiro dan Akashi Seijin. Nama yang indah. Apa kalian suka, sayang?" tanya Tetsuya pada perut buncitnya.
"Ugh," Tubuh Tetsuya terlonjak kaget. Manik aquamarine dan heterokom ruby gold milik Tetsuya dan Akashi membesar. Kemudian saling menatap tak percaya.
Barusan itu...
"Sa-sayang, tadi itu bukankah...?"
"A-aku tidak yakin, Sei-kun. Coba katakan sesuatu Sei-kun."
"Akashi Seiro, Akashi Seijin." Panggil Akashi ragu.
"Ugh,"
"Wow. Sayang! Ta-tadi itu... Bukankah anak kita baru saja menendang?!"
Tetsuya mengangguk dengan senyum lebarnya. "Sepertinya mereka menyukai nama pemberian darimu, Sei-kun." Di elusnya surau merah Akashi dengan lembut.
Akashi tidak menyangka bahwa hal sekecil ini bisa membuatnya sangat bahagia. Dikecupnya perut Tetsuya berkali-kali. Sungguh. Perasaan ini sangat luar biasa. Entah kebaikan apa yang pernah Akashi lakukan sampai Tuhan terlalu baik memberikan kebahagiaan yang tak ternilai seperti ini padanya.
"Sei-kun, ada apa?" Tetsuya menghapus air mata yang meluncur bebas di pipi Akashi. Sedangkan Akashi menggeleng. Memeluk tubuh Tetsuya. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Tetsuya.
"Aku tidak apa-apa, sayang. Hanya saja... aku sangat bahagia saat ini. Kebahagiaan ini seperti terlihat tidak nyata untuk si pendosa sepertiku." Tetsuya tersenyum dalam pelukannya. Ia mengerti dengan perasaan Akashi karena Ia juga merasakan hal yang sama. "Jika ini mimpi, maka aku akan meminta kepada Tuhan untuk tidak membangunkan tidur panjangku."
Tetsuya terkekeh. "Ini nyata, Sei-kun. Apa aku harus mencubitmu biar Sei-kun yakin bahwa ini bukan mimpi?"
Akashi ikut terkekeh kemudian menggeleng pelan. Direnggangkan pelukannya kemudian menatap aquamarine Tetsuya dalam-dalam. Kemudian menggenggam tangan Tetsuya yang masih bertengger manis di rambutnya.
"Aku mencintaimu, Tetsuya." Diciumnya punggung tangan Tetsuya.
"Aku mencintaimu, my little bunny." Kemudian kening Tetsuya
"Aku mencintaimu, sayang." Turun ke mata kiri dan kanan Tetsuya bergantian
"Aku mencintaimu, my love." Kemudian pangkal hidung Tetsuya. Membuat sang pemilik terkekeh kegelian.
Akashi terdengar seperti kaset rusak mengulang kalimat yang sama. Tapi Tetsuya menyukainya.
"Aku tau, Sei-kun. Jadi berhenti mengatakannya."
Akashi menggeleng pelan. "Aku tidak akan berhenti mengatakannya, love. Karena puluhan juta kali pun aku mengatakannya tetap tidak akan bisa menggambarkan perasaanku yang sebenarnya. Puluhan juta kali pun aku mengulang, tidak akan bisa menjelaskan seberapa besar dan dalam cintaku padamu, my love. Karena kau segalanya untukku. Duniaku. Milikku. Dan satu-satunya untukku."
"And I love you so much, Akashi Tetsuya." Akashi mencium bibir Tetsuya. Ciuman yang terasa lembut dan memabukkan. Ciuman yang membuat dada Tetsuya terasa penuh oleh perasaan cinta yang tersalurkan dari setiap lumatan Akashi.
Ciuman mereka terputus. Dibawanya tubuh yang lebih mungil dari dirinya ke dalam pelukannya. "Me too, Sei-kun. Terimakasih untuk segalanya, sayang." Tetsuya memeluk tubuh Akashi erat.
Sei-kun, aku mencintaimu. Sangat. Terimakasih karena membuatku menjadi laki-laki paling beruntung karena dicintai begitu dalam dan besarnya. Terimakasih karena memilih laki-laki tak sempurna sepertiku dan melengkapi segala kurangku. Terimakasih karena selalu menjadi cukup untuk hadirmu di hidupku. Terimakasih karena telah menjadi suami terbaik di muka bumi ini. Terimakasih, Akashi Seijuurou.
-EPILOG END-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top