Final #1
"Himoru-kun,"
Sosok yang merasa namanya terpanggil menghentikan kegiatannya sejenak. Menghampiri laki-laki mungil yang tengah menyembulkan kepalanya di balik pintu fitting room. "Ada yang perlu dibantu, Tetsuya?"
"Ano... bisakah kau mencarikan ukuran yang lebih besar dari ini?"
"Hm? Aku yakin sepertinya sudah menyiapkan pakaian yang sesuai dengan ukuranmu. Apa kah aku tanpa sadar salah mengambil ukuran?" Laki-laki pemilik surau hitam tersebut menatap turtleneck berwarna hitam di tangan Tetsuya bingung. Ia sangat yakin bahwa ia tidak salah memilih ukuran baju untuk Tetsuya. Mengingat sebagai asisten Tetsuya, menyiapkan pakaian untuk Tetsuya adalah hal yang sudah biasa ia lakukan.
"Ah, ukurannya benar kok. Hanya saja..." Tetsuya memberikan jeda pada kalimatnya, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Eto... sepertinya berat badanku naik drastis." Jawab Tetsuya malu-malu.
Himuro terkekeh. Jika saja ada kompetisi siapa yang paling menggemaskan, Himuro sangat yakin boss-nya yang satu ini sudah pasti akan memenangkannya. Pantas saja sang suami begitu tergila-gila dengan sosok yang jauh lebih mungil dari dirinya. "Hai' Aku mengerti. Aku akan mencarikan yang lebih besar." Di ambilnya turtleneck yang berada ditangan Tetsuya, kemudian langsung bergegas mencarikan ukuran yang lebih besar dari sebelumnya.
Beberapa menit kemudian Himuro datang sambil membawa turtleneck yang sama namun dengan ukuran yang lebih besar dari sebelumnya. "Hai' kore, Boss."
"Arigato, Himuro-kun." Tetsuya tersenyum kemudian kembali ke fitting room untuk mengganti pakaiannya. Beberapa menit lagi adalah peresmian butiknya, jadi ia harus bergegas mengingat dirinya adalah tokoh utama dari kegiatan nanti.
Tetsuya menghela nafasnya. Sepertinya ia memang harus mulai mengontrol jam makannya. Mengingat belakangan ia selalu meminta Akashi untuk membelikan makanan di tengah malam. Dan inilah hasilnya. Berat badannya menjadi naik.
Turtleneck ini bukanlah pakaian pertama yang tidak muat di tubuh Tetsuya. Sebelum berangkat menuju butiknya, Tetsuya menghabiskan waktu hampir setengah jam untuk mencari pakaian yang pas di tubuhnya walaupun berakhir dengan mengenakan pakaian sang suami karena seluruh pakaian Tetsuya tidak lagi muat di tubuhnya.
Setelah acara ini mungkin aku akan meminta Sei-kun untuk menemani belanja.
Suara lonceng yang tergantung di atas pintu berbunyi. Dua orang laki-laki memasuki bangunan tersebut. Himuro Tatsuya tersenyum, menghampiri dua orang yang sangat ia kenal. Akashi Seijuurou—yang tak lain adalah suami dari Tetsuya—dan juga sekretaris pribadi yang selalu mengekori kemana pun Akashi melangkah, Nijimura Shuzo.
"Selamat datang, Akashi, Nijimura."
Akashi tersenyum kemudian mengangguk sekilas sebagai jawaban dari sapaan Himuro Tatsuya. "Selamat atas peresmian butiknya, Tatsuya."
"Ah tidak perlu mengucapkan selamat kepadaku, Akashi. Mengingat ini semua adalah milik Tetsuya. Aku hanya membantunya sebagai asisten, tidak lebih."
"Nah, tidak usah merendah begitu. Bagaimana pun Tetsuya bisa sampai sejauh ini juga ada keringat darimu."
"Kore, Tatsuya. Omedeto." Nijimura memberikan rangkaian bunga yang sedari tadi di pegangnya.
"Woah, arigato. Akashi, Nijimura."
Akashi mengangguk. Heterokom-nya mencari sosok mungil kesayangannya yang belum juga menampakkan dirinya. "Tetsuya sedang di dalam fitting room, Akashi. Sepertinya belum selesai berganti pakaian." Ucap Himuro, sangat mengerti dengan apa yang sedang dicari oleh Akashi.
Akashi terkekeh. "He? Apakah sangat terlihat di wajahku bahwa aku mencari Tetsuya?"
Himuro tertawa. Sepertinya seluruh makhluk di muka bumi juga sangat tau sosok yang selalu dicari Akashi tidak lain adalah Tetsuya. Laki-laki bersurau merah tersebut akan seperti mayat hidup jika sehari tidak melihat makhluk tercintanya. "Hai' Dozo." Himuro mempersilahkan Akashi untuk menuju fitting room dimana Tetsuya berada.
Tanpa dipersilahkan dua kali, Akashi sudah sangat siap menemui si mungil kesayangannya. Ini sebuah kesempatan untuk melihat kulit mulus Tetsuya saat berganti pakaian dan Akashi tidak ingin melewatkannya barang sedetik pun.
"Ah ya." Seakan teringkat sesuatu, Akashi menghentikan langkahnya. Menatap Himuro dan Nijimura yang masih berada di posisinya. "Tatsuya, aku memesan kerangka bunga dan sepertinya sebentar lagi akan sampai. Jadi, kau bisa menerima rangkaian bunga tersebut. Shuzo, kau bisa menemani Himuro untuk menerima rangkaian bunga tersebut."
"Hai'" Akashi tersenyum kemudian kembali melanjutkan langkahnya. Tidak memedulikan Himuro yang mengernyit bingung. Bukankah barusan ia sudah menerima rangkaian bunga? Dan rangkaian bunga untuk Tetsuya sendiri sudah berada di tangan Akashi. Berapa banyak lagi rangkaian bunga yang dipesan Akashi untuk perayaan ini?
Jawaban atas pertanyaan Himuro terjawab saat puluhan mobil penghantar kerangka bunga berhenti di depan butik Tetsuya. Saling bergantian menuruni kerangka bunga tersebut yang saat ini hampir menutupi bagian depan butik. Entah seberapa banyak uang yang terbakar hanya untuk rangkaian bunga yang sangat banyak ini. Himuro menghela nafasnya. Seharusnya ia sudah bisa menduga hal ini.
The power of Akashi memang tidak bercanda.
Sedangkan sosok yang memesan seluruh kerangka bunga tersebut seolah tidak peduli dengan keributan di depan butik milik Tetsuya. Menyerahkan segalanya kepada sekretaris pribadinya. Saat ini yang ada di kepalanya adalah segera membuka pintu fitting room dan menyaksikan pemandangan indah yang memabukkan.
Senyum yang sedari tadi mengembang mendadak lenyap ketika pintu fitting room tersebut terbuka. Menandakan bahwa Tetsuya sudah selesai dengan urusannya mengganti pakaian. Namun wajah kecewa tersebut hanya muncul beberapa saat, tergantikan dengan ekspresi kagum setelah heterokom Akashi melihat bagaimana penampilan si mungil kesayangannya.
Tetsuya terlihat sangat cantik dan elegan dengan outfit yang tengah ia kenakan. Turtleneck berwarna hitam yang dimasuki ke dalam celana bahan yang senada dengan warna dari atasannya. Jangan lupakan belt yang melingkari pinggangnya. Long coat bewarna navy tersampir di bahunya. Dan juga kaca mata non-minus yang ia kenakan.
What a perfect combination.
"Berhenti menatapku seperti itu, Sei-kun." panggilan Tetsuya menyadarkan pemikiran Akashi. Sedangkan yang ditatap sudah memerah.
"Memangnya aku menatapmu seperti apa, sayang?"
"Seperti ingin menelanjangiku."
"He? Benarkah? Ja... should I?" goda sang suami.
"Sei-Kun!" Aquamarine Tetsuya melototi Akashi. Berusaha terlihat marah tapi yang terjadi malah sebaliknya. Bagaimana bisa ekspresi tersebut dikategorikan sebagai ekspresi marah? Ketika semburat merah muda samar menyapu pipi dan telinganya.
Akashi terkekeh. "Gomen. Aku hanya tidak percaya dengan apa yang sedang ku lihat. Aku berharap si mungil kesayanganku yang keluar dari fitting room, bukan malaikat tak bersayap seperti ini."
"Berhenti membual, Seijuurou-sama."
Akashi terkekeh. Terkadang apa yang keluar dari mulut Tetsuya selalu tidak sinkron dengan respon dari tubuhnya. Berkata seolah-olah tidak menyukai pujian dari Akashi tetapi tubuhnya merespon sebaliknya. Tetsuya akan selalu tersipu malu ketika Akashi memujinya yang selalu dianggap sebagai bualan semata.
"Ah hampir lupa!" Akashi menyodorkan rangkaian bunga lily yang sedari tadi dipegangnya. "Selamat atas tercapainya mimpi mu selama ini, Sayang. Tidak ada yang lebih bangga dari menjadi suami-mu, Akashi Tetsuya."
Senyum Tetsuya mengembang, dengan senang hati ia mengambil rangkaian bunga lily pemberian suaminya. Sesekali mencium aroma yang dihasilkan dari bunga tersebut. "Arigato, Sei-kun."
"Anything for you, love."
Akashi menarik pinggang Tetsuya. Menipiskan jaraknya dengan sang istri. "God, you're so gorgeous, love." Bisik Akashi. Heterokom ruby dan gold miliknya tidak bisa berhenti menatap keindahan laki-laki yang berada dalam rengkuhannya saat ini. Keindahan yang tidak akan bisa tertandingi oleh apapun. Keindahan yang hanya dan hanya Akashi yang boleh menikmatinya.
Tetsuya semakin tersipu di tempatnya. Aquamarine-nya sudah tak berani menatap heterokom sang suami. Genggaman tangannya pada rangkaian bunga lily semakin mengencang. "Rasanya aku ingin membawamu ke kasur, Sayang. Can we... just go home, love? Hm?" Suara Akashi semakin memberat. Sesekali mengecup bagian leher Tetsuya yang tidak tertutupi oleh turtleneck yang tengah ia kenakan.
Tetsuya menelan ludahnya. Astaga, jika Akashi terus seperti ini akan sangat sulit bagi Tetsuya untuk menolak. "S-sei-kun!" cicit Tetsuya. Satu tangannya memukul bahu Akashi yang jelas tidak terasa apapun untuk Akashi.
Akashi terkekeh kemudian melonggarkan rengkuhannya. Melihat Tetsuya memerah karena ia berhasil menggodanya adalah mahakarya terbaik yang pernah Akashi buat.
"Tetsuya, lihat aku."
Ragu-ragu, aquamarine Tetsuya menatap heterokom Akashi yang menatapnya dengan sangat lembut. Teramat lembut sampai-sampai rasanya Tetsuya ingin meleleh. Hening beberapa saat. Baik Akashi mau pun Tetsuya sibuk menyelami mata mereka masing-masing. Mengirimkan pancaran cinta sebanyak-banyaknya.
"Marry me, Tetsuya."
"Pffft!" Tetsuya tidak bisa menahan tawanya. "Permintaan konyol apa itu, Sei-kun?"
"Jangan tertawa, little bunny. Aku serius."
Bukannya berhenti, tawa Tetsuya semakin kencang. Astaga! Tetsuya memang tidak pernah bisa menebak jalan pikiran Akashi.
"Berhenti tertawa, Sayang." Wajah yang selalu menampilkan ekspresi dingin dan mengintimidasi saat ini sedang memajukan bibir bawahnya. Aih, tidak ada yang lebih menggemaskan dari Akashi yang sedang mode mengambeknya.
"Hai' hai'" Tetsuya mulai berhasil mengontrol tawanya. Aquamarine-nya menatap Akashi penuh cinta. Tangan kirinya terangkat. Memperlihatkan cincin berlapis emas putih dengan red diamond di tengahnya yang melingkar manis di jari manisnya. "Kita sudah menikah, Sei-kun. Jadi jangan pernah meminta hal yang sama untuk kali ke duanya."
Senyum Akashi mengembang. Di genggamnya tangan kiri Tetsuya, kemudian mencium cincin yang melingkar di jari manis Tetsuya. "Aku tidak tau hubungan apa yang lebih indah dan lebih tinggi dari menikah, sayang. Maka dari itu aku memintamu untuk menikahiku lagi. Untuk menjadikanmu benar-benar hanya milikku seorang. Aku tidak peduli jika aku menjadi orang paling egois di muka bumi ini, karena aku memang tidak ingin membagimu untuk siapapun dan apapun. Kau milikku seorang, Akashi Tetsuya. Hanya milikku seorang and I love you so much, my little bunny."
Ah, jika begini terus Tetsuya bisa mati karena terlalu bahagia.
"Aku milikmu sepenuhnya, sayang. Your one and only and I lov—"
"Ehem." Dehaman seseorang memotong kalimat Tetsuya. Membuat sepasang sejoli yang sedang lovey dovey ria memusatkan perhatian mereka ke sumber suara. "Bukannya aku ingin mengganggu momen romantis kalian, hanya saja ini sudah waktunya acara di mulai."
Seakan teringat sesuatu, Tetsuya melihat jam tangan yang melingkar di pergelangannya. "Ah gomen Himuro-kun, aku akan ke sana." Himuro tersenyum kemudian kembali menghampiri para tamu yang sudah duduk rapih menunggu sang owner memulai acaranya.
"Should we go, Sei-kun?"
Akashi menahan pergelangan tangan Tetsuya yang berniat untuk menyusul Himuro. "Selesaikan dulu kalimatmu, sayang."
"Huh? Tapi acaranya sudah ingin di mulai, Sei-kun."
"Tapi aku ingin mendengarnya sekarang, love."
"I'll tell you later, 'kay?" Tetsuya menangkup wajah Akashi kemudian mengelusnya dengan lembut.
"Baiklah..." Akashi melepaskan pergelangan tangan Tetsuya. Heterokom-nya memancarkan binar kecewa. Sedikit kesal karena Himuro datang di waktu yang tidak tepat. Tetsuya terkekeh. Dikecupnya bibir sang suami sekilas. Dan seperti sihir, ekspresi kecewa yang mampir di wajah Akashi seketika berganti menjadi sangat bahagia.
"Later, love. Aku akan mengucapkannya sebanyak yang Sei-kun mau. Jadi, bersabar sedikit ya?"
Ah, Tetsuya selalu tau bagaimana membuat Akashi semakin mencintainya. Semakin lama, Akashi semakin membiarkan dirinya jatuh pada Tetsuya. Si mungil yang selalu berhasil membuat laki-laki yang mendewakan harga diri seperti Akashi bertekuk lutut padanya.
- CLUELESS –
-To be continued-
(Gambar diatas adalah ilustrasi outfit yang dipake Tetsuya di chapter ini)
Halo gaes~ Akhirnya aku bisa ngeupload lanjutan dari fanfict ini hehehe. Terimakasih karena sudah sabar menunggu guys *bow*
Ini bakalan jadi chapter final dari CLUELESS. Well, tadinya aku mau langsung nyelesaiin sekaligus tapi kepanjangan XD jadi untuk final aku bakalan bagi jadi dua chapter. Dan semoga sampai chapter terakhir aku upload kalian masih sama antusiasnya seperti awal kalian baca fanfict ini hehehe
Sampai bertemu di chapter final #2 CLUELESS, guys~~
— Matokonite76
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top