Father's Day

Warning:

Mungkin ada beberapa typo yang menyebar di beberapa titik dan juga disini aku buat Seiro dan Seijin cadel 'r' dan cadel 's'. Happy Reading, guys!

Disclaimer:

Akashi Seiro dan Akashi Seijin adalah hasil kerjasama yang baik di atas kasur antara Akashi dan Kuroko jadi mereka berdua belong to emak bapaknya. AkaKuro dan segala karakter kurobas yang lain adalah milik Tadatoshi Fujimaki sensei.

Kamus (unfaedah) Jepang:

Mite kudasai: Tolong lihat

Boku wa kage-da: Aku adalah bayangan

- CLUELESS -

Tetsuya menatap puas hasil masakan yang sudah tersaji dengan rapih di meja makan. Melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 6.50 malam, sebentar lagi Akashi akan pulang dan mereka akan memulai rutinitas makan malam. Sebaiknya Tetsuya bersiap memanggil si kembar kesayangannya.

Kakinya melangkah menaiki anak tangga satu persatu. Berjalan menghampiri ruang kamar milik jagoan-jagoan tampannya. Tangannya bersiap meraih gagang pintu ketika mendapati pintu kamar dua malaikat kesayangannya tidak tertutup sempurna. Dari celah kecil yang tercipta, Tetsuya dapat melihat Seiro yang tengah bersandar di kepala kasur dengan buku bacaan di tangannya dan Seijin yang sepertinya tengah menggambar sesuatu di meja belajarnya.

"Na Ceilo (re: Seiro). Apa kau ada ide untuk hadiah yang akan kita belikan kepada tou-can (re: tou-san) pada caat hali ayah luca?"

Akashi Seiro menutup bukunya, kemudian menghela nafas berat. "Belum. Kau?" Seijin menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Seiro.

"Aku tydak punya uang banyak untuk beli hadiah tou-can."

"Cama."

Helaan nafas kecewa terdengar dari mulut keduanya. Seiro dan Seijin terlalu kecil untuk dapat menghasilkan uang banyak. Uang yang mereka punya hanya cukup untuk membeli dua box snack maiubo. Sedangkan mereka sangat tau barang-barang yang sering digunakan sang ayah pastilah sangat mahal. Tempo lalu, Seiro dan Seijin tidak sengaja melihat price tag yang menggantung di jam tangan yang baru dibeli sang ayah. Terlalu banyak angka nol dibelakangnya, jika mereka tidak salah hitung sekitar ada Sembilan angka nol setelah angka 247.

"Apa kita minta kaa-can (re: kaa-san) caja?" usul Seijin yang dijawab dengan gelengan Seiro.

"Tydak bica. Jika kita minta kaa-can belikan, nanti itu menjadi hadiah dali kaa-can bukan dali kita beldua." Kali ini Seijin mengangguk membenarkan. Sekali lagi helaan nafas kecewa terdengar.

Suasana kembali hening. Baik Seiro maupun Seijin sibuk memutar otak. "Ah! Aku tau!" Seijin menjentikkan jari mungilnya yang tidak menghasilkan bunyi apapun. Sebuah ide terlintas di otaknya.

"Apa apa?" tanya Seiro antusias.

"Bagaimana jika kita minta tolong paman Nijimula caja?"

"Dame." Ujar Seiro seraya menggelengkan kepalanya. Membuyarkan ekspresi antusias Seijin.

"Kenapa tydak bica?"

"Jika kita meminta tolong paman Nijimula, bukankah akan menjadi kacuc (re: kasus) yang cama dengan meminta kepada kaa-can? Lagi pula, belum tentu juga paman Nijimula memiliki uang cebanyak tou-can."

"Haah. Kau benal, Ceilo. Lalu, kita halus bagaimana?"

Seiro berpikir sejenak. Ia harus menggunakan otak jeniusnya untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan ini. Namun tetap saja seberapa keras ia memuta otak, tidak ada pun solusi yang keluar.

Tetsuya yang sedari tadi menyembunyikan dirinya agar bisa mendengar pembicaraan sang anak memilih untuk masuk ke dalam kamar. Ia sungguh tidak sanggup bersembunyi lebih lama lagi. Anak-anaknya terlalu menggemaskan. Mereka berdua tentu lah sangat menyayangi ayahnya sampai benar-benar memikirkan hadiah apa yang dapat membuat Akashi bahagia. Bukankah buah cintanya dengan Akashi memiliki hati bak malaikat?

"Kaa-san tidak keberatan membantu dua jagoan kaa-san mencarikan hadiah."

"Kaa-can!" pekik Seiro dan Seijin berbarengan ketika mendapati Tetsuya tengah bersandar di depan pintu. Mereka tidak menyangka bahwa sang ibu mendengarkan diskusi mereka sedari tadi.

"Pantas saja kalian belum juga turun untuk makan malam. Biasanya juga sudah merecoki kaa-san." Ledek Tetsuya. Membuat pipi Seiro dan Seijin bersemu malu karena terpergok tengah mendiskusikan kado untuk sang ayah.

"Go-gomenacai, kaa-can." Ucap Seiro dan Seijin berbarengan. Wajah mereka masih menunduk malu.

Tetsuya tersenyum kemudian melangkah masuk ke dalam kamar. Menduduki dirinya di pinggir ranjang Seijin. "Jadi, dua jagoan kaa-san ingin memberikan hadiah untuk tou-san?" Seiro dan Seijin mengangguk lesu. Niat mereka memang seperti itu, tapi apalah daya mereka tidak memiliki uang untuk membeli hadiah.

"Tapi kami tydak punya uang. Jika tou-can adalah paman Atcuchi mungkin catu kotak maiubo sudah membuatnya cenang."

"Begitu rupanya." Untuk kesekian kalinya Seiro dan Seijin mengangguk berbarengan. "Baiklah kalau begitu. Kaa-san akan bantu kalian mencarikan hadiah untuk tou-san."

Dalam sepersekian detik wajah Seiro dan Seijin kembali cerah. Aquamarine-gold milik keduanya menatap Tetsuya dengan binar-binar antusias dan penuh harap. "Hontou? Kaa-can akan bantu aku dan Ceijin (re: Seijin) mencali hadiah untuk tou-can?!" Tanya Seiro memastikan.

Tetsuya mengangguk sekali. Bibirnya tertarik membentuk senyum lebar. "Tentu saja kaa-san akan membantu dua jagoan kesayangan dan kebanggan kaa-san. Tapi setelah kalian berdua turun ke bawah karena sebentar lagi tou-san akan pulang."

"Yeay! Aligato, kaa-can!" Pekik Seijin dan Seiro berbarengan seraya berhambur ke pelukan sang ibu.

- CLUELESS -

Akashi menutup laporan yang baru saja ia tanda tangani. Merenggangkan tubuhnya sebentar. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya hari ini dan sepertinya ia bisa pulang lebih cepat dibandingkan hari-hari biasanya. Sebaiknya ia bergegas untuk pulang, semakin cepat sampai rumah semakin banyak waktu yang akan ia habiskan bersama dengan orang-orang yang paling ia sayang.

Sebuah ketukan di pintu mengintrupsi sejenak kegiatannya memasukkan barang-barang ke dalam tas kerjanya. Nijimura membungkukkan tubuhnya setelah dipersilahkan masuk oleh Akashi. "Sudah bersiap pulang?" tanya Nijimura ketika matanya menangkap Akashi tengah membereskan barang-barangnya.

"Hm. Kau juga sebaiknya pulang Shuzo."

"Eh?"

Akashi tersenyum kemudian mengambil jas kerjanya yang tergantung. Mengenakannya dalam gerakan cepat. "Tidak perlu mengantarku pulang. Aku akan menyetir sendiri hari ini." Akashi menepuk bahu Nijimura sekali sebelum bergegas keluar.

Lampu Bugatti La Voiture Noire berwarna hitam yang terparkir rapih di basement gedung menyala dua kali ketika Akashi menekan tombol unlock pada benda kecil berbentuk persegi panjang ditangannya. Sudah cukup lama ia tidak mengendarai salah satu supercar yang sengaja ia parkir di gedung kantornya, ditambah perasaan excited untuk cepat-cepat sampai rumah dan berkumpul dengan keluarga kecilnya membuat mood untuk driving Akashi semakin besar.

Tanpa membuang waktu lama untuk Bugatti La Voiture Noire berwarna hitam tersebut keluar dari basement dan meninggalkan gedung yang menjulang tinggi dengan gagahnya. Jalanan Tokyo sore hari ini cukup senggang, mungkin dikarenakan saat ini belum memasuki jam pulang kantor. Bagus, sepertinya dunia tengah mendukung Akashi agar bisa sampai di rumahnya jauh lebih cepat.

Lima belas menit kemudian, Bugatti La Voiture Noire tersebut terparkir di depan sebuah rumah megah yang berdiri dengan gagah. Halaman hijau yang terawat dengan sangat baik serta sebuah kolam renang di belakang halaman menambah kesan luxury dari rumah tersebut.

"Tadaima." Ucap Akashi ketika memasuki dalam rumah. Dilepasnya sepatu pantofel kerjanya dan menggantinya dengan sandal rumah. Meletakkan jas dan tas kerjanya di sofa. Dahi Akashi mengernyit ketika tidak ada suara yang menyambut kepulangannya. Biasanya, jagoan-jagoan dan juga sang istri selalu antusias menyambut kepulangannya.

Dirogohnya saku celana kemudian mengambil ponsel miliknya. Memeriksa barang kali Tetsuya mengiriminya pesan bahwa ia beserta dua jagoannya pergi keluar. Tapi nihil. Tidak ada notifikasi pesan masuk mau pun panggilan telpon dari sang istri.

"Se...no! Selamat Hari Ayah Sedunia, tou-can/Sei-kun!"

Poof. Poof.

Akashi menghentikan niatannya untuk menelpon Tetsuya. Ruby-gold-nya menatap tak percaya tiga orang kesayangannya yang entah muncul dari mana. Kertas-kertas confetti beterbangan di sekitarnya.

"Celamat hari ayah, tou-can! Kecini, kecini, ikut kami." Seiro dan Seijin menghampiri tubuh Akashi yang masih bergeming. Menarik tangan kiri dan kanan Akashi untuk segera mengikuti tempat tujuan selanjutnya. Akashi yang masih belum dapat memproses dengan apa yang baru saja terjadi hanya bisa pasrah ditarik oleh dua jagoannya.

Manik matanya semakin membesar ketika hidangan makanan menggugah selera dan sebuah cake dengan tulisan 'Happy International Father's Day, tou-san' terhias diatasnya, sudah tersaji dengan rapih di atas meja makan. "I-ini... untukku?"

Tetsuya terkekeh. Sejak kapan Akashi Seijuurou menjadi sangat lemot dan bodoh seperti ini?

"Memangnya ada orang lain yang menjadi ayah dari Seiro dan Seijin selain Sei-kun?" Akashi menggeleng. Tentu saja tidak ada. Hanya ia seorang ayah dari dua jagoan kesayangannya.

"Terimakasih Seiro, Seijin." Ucapnya seraya memeluk dua buah hatinya. Ah, Akashi tidak mengerti. Sejak kapan menjadi seorang ayah bisa sebahagia ini? Atau memang menjadi seorang ayah selalu merasakan kebahagiaan seperti ini?

"Tou-can cuka?" tanya Seijin masih dalam pelukan Akashi.

"Tentu saja. Kalian yang terbaik." Akashi mengecup pucuk kepala dua putranya bergantian. Sedangkan Tetsuya hanya tersenyum melihat tiga orang kesayangannya saling berpelukan. Hatinya dipenuhi kehangatan. Rasanya baru kemarin mereka berdua menikah. Siapa yang menyangka waktu begitu cepat berlalu dan sekarang dunia Tetsuya dan Akashi semakin dibuat sempurna dengan kehadiran Seiro dan Seijin.

"Mau sampai kalian berpelukan seperti itu? Mau tunggu makanannya basi dulu baru selesai?" Sindir Tetsuya. Membuat Akashi, Seiro, dan Seijin tertawa.

"Sepertinya kaa-san kalian cemburu karena tidak diajak berpelukan." Ledek Akashi yang disetujui oleh Seiro dan Seijin.

"Tck, tidak juga tuh. Sudah sekarang duduk di posisi masing-masing!" Titah Tetsuya final.

"Roger/Rogel Captain!" ucap mereka bertiga serempak. Tak berniat untuk melanjutkan meledek ibunda ratu. Bisa berabe urusannya jika mereka tetap nekat meledek Tetsuya. Bisa-bisa makanan yang sudah tersaji di meja makan ditarik kembali oleh Tetsuya dan membiarkan mereka bertiga tersiksa akibat kelaparan.

Tetsuya hanya menghela nafas kemudian menggeleng pelan. Tidak mengerti mengapa Seiro dan Seijin sangat mirip dengan Akashi. Dilangkahkan kakinya menuju rice cooker, menyiapkan nasi untuk bisa mereka berempat santap.

"Tou-can! Tou-can! Kue ini buatanku dan kaa-can. Jadi tou-can halus coba."

"Loh kok? Aku kan juga ikut buat kue ini Ceijin!"

"Tydak ada tuh olang yang numpahin adonan kue diakui cebagai pembuat kue."

"Aku kan cuma numpahin cedikit, lagi pula kamu juga cuma mecahin telol aja tuh. Cicanya kaa-can yang ngelakuin."

"Ihh Ceilo! Kamu kan udah janji ngga bakal ngacih tau itu ke tou-can. Ceilo ingkal janji!"

"Calah cendili aku dibilang ngga bantu buat kue."

"Apa cih Ceilo! Ngajak tawulan gunting ya?!"

"Ayo! Ciapa yang takut. Memangnya cuma guntingmu doang yang bica bunuh olang? Gunting-chan ku juga bica!"

"Seiro! Seijin! Diam atau tidak akan ada makan malam untuk kalian!" Aquamarine Tetsuya memelototi Seiro dan Seijin, membuat keduanya terpaksa mengunci mulut mereka. Sedangkan Akashi hanya terkikik geli. Benar-benar tidak ada yang bisa melawan Tetsuya jika penyakit yandere-nya kumat.

"Sei-kun juga!"

"Eh? Kok aku juga kena, sayang?"

"Karena Sei-kun tidak melerai mereka berdua."

"Habis seru melihat Seiro dan Seijin yang hampir tawuran gunting. Memang tidak diragukan lagi mereka berdua adalah darah dagingku."

"Sei-kun!" Kali ini Akashi yang dibuat bungkam. Ayah macam apa yang malah senang melihat anaknya bertengkar seperti itu? Benar-benar, Tetsuya tidak bisa menduga isi kepala mereka bertiga.

"Hei, karena kalian tou-san jadi ikut kena marah kaa-san kan." Bisik Akashi pada kedua anaknya yang duduk berhadapan dengannya. Sebenarnya Tetsuya masih dapat mendengar bisikan tersebut tetapi ia lelah melerainya.

"Itu kalena Ceijin yang mulai duluan, tou-can. Jadi calahkan Ceijin."

"Ihh kok jadi aku? Kan kamu yang bocolin lahacia aku duluan."

"Apaan cih! Kamu yang mulai kenapa malah nyalahin aku?"

"Hei! Hei! Hentikan Seiro, Seijin." Bisik Akashi mencoba melerai pertengkaran kedua anaknya sebelum nyawa mereka diambil secara paksa oleh Tetsuya.

"Benelan nyali macalah ya kamu tuh Ceilo!"

"Kamu juga yang mulai! Kalau dali awal kamu bilang kue itu buatan kita beldua dan kaa-can, cudah pasti aku tydak akan membocolkan lahacia kamu."

"Maa... Maa... Seiro, Seijin hentikan sebelum kaa-san kalian—"

PRAK.

Akashi, Seiro, dan Seijin meneguk saliva mereka kasar. Seketika bulu kuduk mereka meremang ketika merasakan aura membunuh dari Tetsuya. "Akashi Seijuurou, Akashi Seiro, dan Akashi Seijin..." desis Tetsuya.

"H-hai." Jawab mereka bertiga takut-takut.

"Kalian ingin makan dengan tenang atau ingin tidur di alam barzah?"

"Ma-makan dengan tenang." Jawab mereka bertiga serempak. Buru-buru mengambil mangkuk nasi yang tengah dibawa oleh Tetsuya. Kemudian mulai melahap makanan masing-masing setelah mengucap 'itadakimasu'. Sedangkan Tetsuya hanya menghela nafas.

Sungguh, rasanya Tetsuya seperti tengah mengurus tiga orang anak kecil.

- CLUELESS -

"Tou-can jangan mengintip!"

"Hai, hai."

Sudah hampir semenit Akashi diperlakukan seperti ini. Atas permintaan Seiro dan Seijin, kedua matanya ditutup oleh kain. Surprise katanya. Entah kejutan seperti apa yang akan diberikan Seiro dan Seijin padanya.

"Ceijin, kau yang buka tutup mata tou-can."

"Eh? Tydak mau. Kau kan kakak, jadi Ceilo yang halusnya membuka tutup mata tou-can."

"Cejak (re: sejak) kapan ceolang adik bica menyuluh kakaknya?"

"Cejak aku lahil. Kan aku abcolute (re: absolute)."

"Memangnya yang abcolute hanya kau caja!? Aku kan juga abcolute."

"Hei, kalian berdua benar-benar tidak ingin membukakan penutup mata tou-san?" tanya Akashi memutus pertikaian Seiro dan Seijin. Sedangkan Tetsuya hanya menghela nafas. Kedua anaknya benar-benar tidak ada yang mau mengalah. Lagi pula, bagaimana bisa anak berumur empat tahun sudah mengerti arti kata 'absolute'? Siapa pula yang mengajari arti kata tersebut?

"Yasudah begini saja, agar adil biar tou-san yang membuka penutup mata sendiri, bagaimana?" usul Tetsuya yang dijawab dengan anggukan kompak Seiro dan Seijin. Tanda mereka berdua menyetujui usulan sang ibu.

"Baiklah dalam hitungan ketiga, Sei-kun bisa membuka penutup matanya." Titah Tetsuya.

"Satu... Dua... Tigaa..."

Dengan gerakan perlahan Akashi membuka penutup matanya. Sedikit mengerjap untuk membiasakan sinar lampu ruangan.

"Kejutann!!!" Teriak Seiro, Seijin, dan Tetsuya berbarengan. Manik mata Akashi membesar. Pasalnya ketiga orang kesayangan di depannya tengah mengenakan jersey basket. Tetsuya dan Seijin dengan jersey klub basket Tetsuya sewaktu SMA—Seirin, dan Seiro mengenakan jersey klub basket Akashi saat SMA—Rakuzan.

"He~? Kalian benar-benar membuatku terkejut." Bibir Akashi tertarik membentuk seulas senyum. Wajah tegas dan dingin miliknya melembut. Melihat jersey Seirin dan Rakuzan membuatnya sedikit mengingat masa lalunya. Time flies.

"Nah yang ini untuk tou-can." Seiro dan Seijin berbarengan memberikan jersey Rakuzan kepada Akashi dan tentunya disambut dengan antusias oleh Akashi.

"Eh? Kalian juga menyiapkan untuk tou-san?"

"Tentu caja, kan ini hadiah untuk tou-can."

"Tou-can! Tou-can! Mite kudacai!" Pekik Seijin sambil menunjuk jersey basket Seirin yang tengah ia kenakan. Membuat Akashi mengalihkan tatapannya dari jersey Rakuzan yang berada di tangannya kemudian menatap Seijin. "Aku, Ceilo, dan kaa-can cengaja memesan jelci (re: jersey) hampil milip cepelti jelci milik Lazukan—"

"Lakuzan, Ceijin." Koreksi Seiro yang dibalas dengan death glare Seijin. Sedangkan Tetsuya dan Akashi terkekeh geli. Astaga, anaknya sungguh sangat menggemaskan.

Menarik nafas sekali kemudian menghembuskannya, Seijin memilih untuk melanjutkan. Urusan bertempur dengan saudara kembarnya bisa ia selesaikan setelah ini. "—dan Seilin. Kami tau bahwa Lakuzan dan Seilin adalah klub basket kebanggaan tou-can dan kaa-can. Tapi, kalena di Lakuzan dan di Seilin tidak ada aku dan Ceilo, maka kami beltiga cepakat (re: sepakat) untuk menggantinya dengan 'Akashi.'"

Seperti menyadari suatu hal, Akashi semakin terkesiap. Benar saja. Nama klub yang tertera dibagian depan jersey basket yang dikenakan mereka bertiga dan juga miliknya, dirubah menjadi 'Akashi'.

"Kami menggantinya kalena kami bangga menjadi bagian hidup tou-can. Baik aku maupun Ceilo, kami beldua cangat bangga dengan 'Akashi' cebagai malga kami. Kaa-can juga bilang bahwa tydak ada yang lebih bahagia dali mengganti malganya menjadi 'Akashi'. Ya kan, kaa-can?" Aquamarin-gold milik Seijin menatap Tetsuya. Meminta konfirmasi dari kalimatnya.

"Em. Benar." Tetsuya tersenyum seraya mengacak rambut Seijin. Sedangkan Akashi masih memandang tiga orang paling berharga di hadapannya bergantian. Hatinya seketika sesak. Sesak dengan perasaan bahagia yang bisa saja membuncah sewaktu-waktu dan tanpa sadar air mata sudah mengumpul di kelopak matanya.

"Celain itu, kita beltiga juga memutuskan untuk mengganti nomol punggung untuk jelci milik tou-can dan kaa-can." Kali ini Seiro yang bertugas menjelaskan. Akashi kembali mengamati jersey milik Tetsuya dan juga miliknya. Benar saja, nomor yang seharusnya adalah angka 4 berubah menjadi angka 1. Begitu juga dengan Tetsuya. Nomor yang seharusnya angka 11 berubah menjadi angka 1.

"Angka catu belalti kaa-can dan tou-can adalah nomol catu di hati kami beldua. Kaa-can dan tou-can adalah cegalanya bagi aku dan Ceijin. Sampai nanti, kaa-can dan tou-can akan tetap menjadi pliolitas utama hidup kami beldua." Jelas Seiro yang didukung dengan anggukan Seijin.

Sedangkan Tetsuya dan Akashi yang mendengar penjelasan sang anak semakin dibuat terharu. Meskipun Tetsuya berada di tempat pada saat Seiro dan Seijin membuat design jersey tersebut, tetapi tetap saja mendengar penjelasan dari mulut sang anak membuat hatinya menghangat.

Sejak kapan dua buah hati mungilnya memiliki pikiran dewasa seperti itu? Umur mereka barulah menginjak usia empat tahun, tetapi pikiran mereka sudah seperti remaja saja.

"Dan untuk nomol jelci milikku dan Ceijin, kami menggunakan nomol tou-can dan kaa-can. Karena aku ingin menjadi sepelti tou-can dan Ceijin—"

"Aku ingin sepelti kaa-can. Boku wa kage-da." Potong Seijin dengan tawa giginya. Tak mengindahkan death glare yang kali ini berasal dari Seiro. Sekali lagi Tetsuya dan Akashi tertawa menyaksikan pemandangan menggemaskan tersebut.

Akashi menghapus air matanya, sebelum dua jagoannya menyaksikan bulir-bulir bening tersebut meluncur membasahi pipinya. "Kemarilah kalian berdua." Akashi membawa Seiro dan Seijin ke dalam pelukannya. Menciumi kepala anaknya berkali-kali. Akashi tidak pernah menemukan kebahagiaan lebih dari ini. Seiro dan Seijin lah yang mampu membuatnya bahagia melebihi apapun. Dua jagoan kebanggaannya.

Dibalik punggung Akashi, Seijin dan Seiro melakukan kontak mata. "Ce~no...(re: seno)" Seiro memberikan aba-aba tanpa suara yang hanya diketahui oleh si kembar.

"Tou-can, celamat hali ayah. Tou-can adalah ayah telbaik di dunia. Kami menyayangi tou-can." Ucap si kembar berbarengan. Membuat pertahanan Akashi runtuh. Dieratkan pelukannya pada buah hatinya. Air mata bahagia sudah mengalir deras di pipinya.

"Tou-san juga menyayangi Seiro dan Seijin. Kalian adalah hadiah terbaik bagi tou-san dan kaa-san. Terimakasih, jagoan-jagoan tou-san." Seiro dan Seijin mengangguk dengan tawa renyah sebagai jawaban. Tangan mungilnya mengelus bahu Akashi. Bahkan mereka tidak mengetahui bahwa dibalik punggung mungil mereka sang ayah masih menangis bahagia.

Tetsuya yang menyaksikan hanya bisa tersenyum. Aquamarine-nya berkaca-kaca. Jika ia diberi kesempatan untuk kami-sama mengabulkan permintaannya maka Tetsuya tidak akan banyak meminta, pula ia tidak akan meminta hal yang muluk-muluk. Tetsuya hanya akan meminta hal sederhana yang tidak ternilai atau tergantikan oleh apapun.

Ia hanya ingin keluarga kecilnya bahagia.

Seperti sekarang ini.

Ia hanya ingin menyaksikan dua buah hatinya tumbuh dewasa, menikah, dan bahkan sampai mereka memiliki keluarga sendiri. Tetsuya hanya ingin menyaksikan hal tersebut berdua bersama Akashi Seijuurou. Melewati segala susah senang, sakit sehat, suka duka, bersama. Seperti ikrar suci yang mereka ucapkan di hadapan Tuhan pada saat mereka menikah dahulu.

Hanya sesederhana itu permintaan Tetsuya dan semoga kami-sama mengabulkan doanya.

- CLUELESS -

- END -

Coba yang waktu itu minta chapter bonus CLUELESS siapa? Ngacung hayo ngacung wkwkwk XD and here's bonus chapter CLUELESS untuk kesayangan-kesayangankuu~~~ Kebetulan ide ini muncul di kepalaku;( maaf kalo aneh T.T dan maaf juga KARENA TELAT BANGET T.T Fyi, International Father's Day itu tanggal 21 kemaren, tapi aku malah post di hari ini. Super telat banget ga sih? TT.TT gomenasai mina *bow*

Berhubung udah terlanjur basah, mending nyebur sekali kan XD Jadi aku pengen ngucapin Selamat hari Ayah buat Akashi Seijuurou ;3 Ciee Seijuurou punya anak cieee~~ Anak hasil kerjasama ama Tetsuya lagi ciee Seijuurou-sama~~ /plak/

Dah ah sebelum aku makin ga jelas, lebih baik kita akhiri sampai sini;( Semoga kalian cukup terhibur dengan chapter bonus kali ini guys~ dan ga pernah bosen aku ngucapin banyak-banyak terimakasih buat kalian yang udah ninggalin jejak baik di FF CLUELESS dan juga FF-FFku yang lain. TERIMAKASIH BANYAK MINA-SAN~~~ *bow* *poof*

- Matokinite76

P.S: Kalau boleh jujur, sebenernya ini bukan chapter bonus yang aku janjiin ke kalian sih hehehe. Ini kaya FF yang tercipta karena bentuk perayaanku untuk International Father's Day tanggal 21 kemaren. Kalau kalian berminat dan antusias, aku bakalan post chapter bonus yang sebenarnya hehehe ;3

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top