4

J tidak tahu apa maksud para teroris itu menculik salah satu rekannya. Tapi kenapa harus Luna? Bukan dirinya yang lebih banyak memiliki phase power? Kalau mereka melakukan percobaan yang mengerikan, itu bisa membuat Luna kembali trauma.

Tak.

Kaki J mendarat ke permukaan tanah. Ia melihat ke depan. Gangnam Evac. Ia sudah sampai duluan ketimbang teman-temannya yang lain.

Luna diculik kemarin malam. Tidak tahu keadaan gadis itu sekarang. J jadi ingin mengamuk. Tapi ia harus tetap tenang. Kalau tidak ia bisa terjebak dengan sesuatu yang mungkin sedang direncanakan para teroris.

Kota yang tanpa penghuni, hancur, dan kelam. Dimensional monster dulu memporak-porandakan tempat ini dan memakan banyak jiwa tidak bersalah. Tempat ini menjadi arena berbahaya, sehingga penduduk korea berpindah ke kota yang aman.

Tiba-tiba tanah ini terasa bergetar. J mencoba mencari sebabnya. Ia memandang ke atas. Ia terkejut. Ada sebuah monster raksasa muncul. Dimensional monster. Langkah kaki monster itu membuat tanah di sini agak terguncang.

Monster itu mengeluarkan sebuah laser yang melebar, menghancurkan bangunan dan tanah. Laser itu akan mengenai J. Namun ia langsung melompat tinggi menghindari laser tersebut.

"Aku rasa monster ini datang bukan dari portal yang terbuka alami," ujar J menebak-nebak. "Apa mereka punya alat yang sama dengan milik UNION?"

UNION memiliki alat yang sangat canggih untuk menangkal para dimensional monster muncul agar tidak bisa membuka portal dunia lain. Alat itu akan berfungsi jika mendeteksi portal yang ingin terbuka di langit.

J berlari untuk mendekati monster tersebut. Ia mulai mengeluarkan kekuatan phase powernya dan segera meninju dengan satu tinjuannya ke belakang monster.

"Gwaaarrr!" Suara monster yang terdengar kesakitan dengan serangan yang dilancarkan J.

"Apa?"

J agak heran. Monster itu langsung jatuh dan lenyap. Ia kira monster raksasa ini begitu kuat. Ternyata seperti debu baginya. Mungkin inilah yang dinamakan percobaan yang gagal.

J mencoba mencari markas mereka. Dan ada bangunan tinggi yang masih kokoh dan lebih mencolok. Ia merasa disitulah markas mereka.

Tanpa basa basi, J berlari mendatangi bangunan asing tersebut. Setelah sampai, ia melihat pintu hitam itu harus dibuka dengan sidik jari beserta kata sandi.

Karena pasti sidik jarinya tidak akan cocok dan tidak tahu sandinya, J langsung menendang pintu itu sampai hancur terbuka. Ini mudah sekali bagi J meski efek sampingnya ia bisa pegal-pegal.

Alarm darurat berbunyi di dalam, pertanda ada penyusup. J tersenyum dan berjalan memasuki bangunan tersebut. Semua lampu menjadi merah. Namun J tidak pernah takut.

Tidak lama, J dihadapkan dengan anggota teroris yang membawa senapan. Salah satu memberikan aba-aba dan menembak J bersamaan.

Namun tidak semudah itu dikalahkan. Ia menghindari semua peluru itu dan melesat menghabisi semua teroris yang menyerangnya. Entah ada yang tewas ataukah hanya pingsan saja, ia tidak peduli itu. Yang ia pikirkan sekarang adalah menyelamatkan Luna.

J berhenti berlari. Ia menjadi bingung karena ada tiga lorong di sini. Ke mana ia harus pergi?

"Akhh!!"

DEG!

J terkejut. Suara merintih kesakitan. Itu mirip dengan suara Luna. Mereka sedang melakukan sesuatu terhadap Luna.

"Sepertinya di lorong ini." J ingat di mana suara itu berasal. Ia masuk ke lorong yang ia percaya karena tepat mendengar suara Luna.

Sampainya di ujung lorong, ia mendapatkan sebuah ruangan yang dipenuhi oleh alat-alat canggih seperti milik UNION. Alat yang digunakan untuk melakukan percobaan.

"Kau," J melihat seseorang yang ia kenal. "David. Bukankah sudah cukup berkhianat dari UNION? Kenapa kau menculik rekan kami?"

David. Pria dewasa berkacamata dan bersurai hitam seleher. Ia tertawa. "Hahaha! Aku ingin mengeluarkan kekuatan gadis ini untuk menjadi milikku, agar bisa menguasai dunia. Dia memiliki phase power yang unik. Aku harus memilikinya."

Di sebelahnya, terlihat Luna yang tampaknya pingsan. Ia disekap oleh kursi yang membuatnya kesakitan tadi. Kursi itu mengunci pergelangan kedua tangan dan kaki Luna. Juga ada banyak kabel yang terpasang di tubuhnya.

J mengepalkan tangannya. David sudah menyakiti Luna. Ia melesat begitu cepat ke hadapan David dan memberikan tinjuan yang paling sakit kepada David. Kekuatan phase powernya langsung meledak begitu saja.

David langsung terpental hingga merusak salah satu mesinnya karena tertindih oleh tubuhnya. Ia segera membalas serangan J dengan phase power percobaan miliknya. Ia membuka tangannya dan melesatkan serangannya kepada J.

J menghindari kekuatan David. Kekuatan David tidak terlalu bisa terlihat, namun J masih bisa merasakannya dari angin. Ia mendatangi David dan menarik kerah baju David begitu kuat.

"Apa yang sudah kau lakukan terhadapnya? Dia masih kecil. Kau sudah menyakitinya, maka kau harus merasakan akibatnya juga."

J melesatkan tinjuan ke wajah David hingga babak belur. Merasa membuang waktu karena David lemah, ia membuangnya jatuh ke lantai. Kemudian menghampiri Luna yang masih pingsan.

Ia menghancurkan kursi yang mengurung Luna. Ia memisahkan semua yang melekat di tubuh Luna dengan hati-hati. Begitu sudah semua, ia segera menggendongnya. Ia memperhatikan wajah Luna.

"Sekarang kau aman," ujar J dan segera meninggalkan tempat itu dengan cepat.

Begitu sudah keluar dari bangunan itu, J disambut oleh rekan-rekannya yang tadi ingin segera masuk. Mereka terkejut dengan hadirnya mereka berdua.

"Paman! Lho, Paman menemukan Luna di sini?" Yuri terkejut melihat J dan Luna yang sedang digendong. "Apa dia baik-baik saja?"

"Aku tidak tahu. David melakukan percobaan kepada Luna. Dia ada di dalam. Cepat tangkap sebelum dia kabur. Aku akan kembali ke markas duluan agar Luna diperiksa," jawab J dan langsung melesat pergi dari sana.

"Wahh ... Paman terlihat seperti pahlawan," ujar Misteltein kagum.

"Kalau begitu, kita harus masuk dan menangkap David," kata Seulbi kepada semua rekannya. Begitu mendapat persetujuan, mereka pun masuk bersama-sama.

***

Luna saat itu merasa sangat takut. Saat ia ditangkap dan dipaksa duduk di kursi, semua masa lalu saat diuji coba oleh UNION membuat Luna merasa sakit. Ia tak mampu melepaskan diri seolah kursi itu mengambil alih tubuhnya. Ia pasrah. Tak tahu harus bagaimana karena badannya lemas semua.

Sekarang gadis itu sudah aman bersama J. Di markas UNION, J sudah membawa Luna untuk diperiksa keadaannya dan dirawat. Pria itu duduk di samping tempat Luna terbaring. Agar tidak bosan, ia sambil membaca koran.

"Ti-tidak .. aku tidak bisa ..." Luna tiba-tiba mengingau.

J mendengar igauan Luna. Ia meletakkan korannya di meja dan melihat Luna masih tidur. Tapi ekspresi Luna terlihat sedang berhadapan oleh sesuatu di dunia mimpi.

"Mimpi buruk?" gumam J menebak.

Dahi Luna terlihat jelas berkeringat. Kepalanya mengarah ke arah kiri dan kanan. Seakan sedang terkurung oleh sangkar dan ingin bebas. Napas gadis itu menjadi cepat.

Melihat itu, J merasa khawatir dan bingung cara agar Luna tenang. Apa harus dibangunkan? Ia tak pernah berhadapan seperti ini sebelumnya.

Saat ingin mencoba membangunkan Luna, gadis itu tiba-tiba terbangun sendiri dengan ekspresi terkejut. Napasnya terengah-engah, penuh keringat, kemudian air mata tiba-tiba turun dari mata ungunya.

J terkejut dengan apa yang ia lihat sekarang. Luna terlihat syok.

"Luna," panggil J. Gadis itu tidak merespon seolah menjadi patung. Ia segera mengguncang bahu Luna. "Luna, sadarlah!"

Luna tersentak. Ia sadar. Matanya melihat ke arah J yang duduk di sampingnya. "E-eh?"

J menghela napas lega. Ia tersenyum lembut. Tangannya beralih menghapus air mata Luna. "Jangan menangis. Kau sudah aman. Kita sudah ada di markas. Sekarang kau baik-baik saja. Tidak akan ada yang menyakitimu."

Luna merasa tergerak. Ia langsung bangun menjadi posisi duduk dan tanpa balasan langsung memeluk tubuh besar J. Pria itu terkejut dengan apa yang Luna lakukan.

"Se-seram ... Tempat itu seram. Tubuhku terasa sakit. Aku tidak ingin dibawa ke sana lagi ... Hiks!" Luna menangis sesegukan.

J juga merasa sakit akan apa yang Luna alami waktu itu. Luna masih kecil. Seharusnya Luna tidak dihadapkan dengan hal seperti itu.

"Jangan takut," J segera memeluk tubuh mungil Luna dengan lembut sekali. Ia mengelus surai panjang milik Luna halus. "Tidak akan pernah terulang lagi. Kau akan baik-baik saja mulai sekarang."

Luna masih menangis di dalam pelukan, namun ucapan J membuatnya merasa lega. Seakan J akan melindunginya dari hal yang menakutkan. Sesegukan Luna mulai mereda dan kemudian menjadi hening.

Di sisi lain, J merona malu dengan apa yang ia lakukan sekarang.

Ini pertama kalinya aku memeluk seorang gadis. Tapi dia jauh lebih muda dariku. Sangat jauh, batin J merasa bahagia. Padahal hanya sekedar memeluk Luna.

Di sisi lainnya, Luna mulai sadar dengan apa yang ia lakukan. Ia juga malu, tapi Luna enggan melepaskan.

Orang ini sangat baik padaku. Tidak ada yang pernah sebaik itu padaku bahkan orang tuaku dulu tidak pernah melakukannya, batin Luna.

Aroma laki-laki yang masih segar meski sudah sangat dewasa. Tubuh yang lebar dan besar. Detak jantung J yang terasa tentram saat ia memeluknya.

"Berapa umurmu?" tanya Luna tiba-tiba mendongak untuk melihat wajah J.

"Apa?" J menunduk melihat wajah Luna begitu dekat. "Kau akan kaget kalau kau tau."

Luna merengut. "Kalau begitu akan aku cari tahu sendiri," balas Luna. Menyadari jarak wajah mereka begitu dekat, Luna segera melepaskan J dari tangannya yang sedari tadi mencengkeram baju J. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain.

J tersenyum akan tingkah kekanakan Luna. "Apa kau lapar?"

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top