•CC_8•

"Angel," panggil pria paruh baya yang tengah duduk diatas sofa sembari membaca koran. Sementara Angel yang baru memasuki rumah tercengang melihat Ayahnya sudah tiba di rumah sebelum dirinya.

"Angel? kamu dengar papa, 'kan?" tanya Agra—Ayah Angel.

Angel berdiri tegak dan memandang Ayahnya dengan seksama. Ia mengangguk sambil berkata, "iya pa Angel dengar. Maaf, Angel baru sampe." Ucapnya.

"Kemari, nak." Ucap Agra kemudian meletakkan koran yang tadi dibacanya di atas meja.

Dengan ragu-ragu Angel melangkah dan berdiri tepat menghadap Ayahnya dengan meja sebagai pertengahan mereka. Dari sorot mata Ayahnya Angel seperti sudah menduga bahwa ia akan mendapatkan banyak pertanyaan.

"Papa mau ngasih beberapa pertanyaan sama kamu." Ucap Agra.

"Tanya aja, Pa, pasti Angel jawab." Balas Angel.

"Tapi kamu harus jujur, lho."

"Iya," angguk Angel.

Agra mengangguk mengerti, sebelum pria itu memberikan pertanyaan pada putri semata wayangnya, dia menarik napas panjang terlebih dahulu. Sedangkan Angel sudah wanti-wanti harus memberikan jawaban apa pada Ayahnya.

"Pertama, kenapa tadi pagi kamu bisa terlambat, Angel?" pertanyaan pertama dari Agra membuat Angel bernapas lega. Setidaknya pertanyaan ini bisa ia jawab.

"Maap, Pa, tadi pagi Angel ketinggalan bis sekolah, jadinya Angel naik ojol, tapi motor abang ojolnya malah mogok di pertengahan jalan. Akhirnya Angel lari aja dari situ sampe ke sekolah. Tapi ternyata Angel tetap datang telat." Jelas Angel.

Agra mengehela napasnya, "kenapa gak telpon Papa?" tanyanya.

"Gak mungkin Angel minta Papa balik lagi buat jemput Angel. Lagian Papa pasti udah sibuk nyiapin materi buat kelas." Jawab Angel.

"Kalo kamu tadi nelpon pasti Papa langsung datang, nak. Pokoknya mulai besok kamu bareng papa aja." Pungkasnya.

"Enggak mau, Pa!" tolak Angel.

"Kenapa? kamu malu diantar sama papa?"

"Bukan gitu."

"Lalu?"

Angel hanya menggeleng dan menjawab, "Angel cuma mau naik bis sekolah aja biar bareng teman."

"Ya, baiklah. Tapi, lain kali kalo papa ajak bareng kamu harus mau."

"Iyaa, Pa."

"Terus pertanyaan kedua kemana seragam kamu? Papa tau seragam yang sekarang kamu pake itu punya UKS." Ucal Agra sambil melihat seragam yang dikenakan Angel tidak ada name tag dan lambangnya.

Duh ketahuan, deh. Batin Angel.

"Jawab Angel." Ucap Agra penuh intimidasi.

"Baju Angel kena cipratan air bekas pel waktu Angel bersih WC, Pa." Balas Angel.

"Kamu dihukum bersihkan toilet?" Angel menganggukkan kepalanya.

"Kenapa bisa kecipratan? emang kamu ngepel nya gimana?" pertanyaan Agra tiada hentinya. Entah sampai kapan ini berlanjut. Angel rasanya ingin kabur saja masuk ke kamar. Namun, ia tahan agar sang Ayah tidak menaruh curiga padanya.

"Ya bisalah, Pa, kalo Angel gak hati-hati. Airnya bau jadi Angel ganti aja bajunya. Udah gitu aja, kok, Pa." Ucap Angel ingin menyudahi pertanyaan tersebut.

"Oke. Pertanyaan ketiga," ujar Agra membuat Angel bernapas panjang. Ternyata belum selesai.

"Masih ada lagi, Pa?"

"Ini pertanyaan terakhir. Kenapa kamu baru pulang jam segini? tadi Papa telpon Cessa katanya dia gak sama kamu dan dia bilang hari ini gak ada tugas kelompok. Kamu kemana? tumben gak ngabarin Papa atau Mama dulu?"

Angel tersenyum kecil menanggapinya. Dalam hati ia mengumpat memaki Cessa karena bocor kepada Ayahnya. Padahal ia sudah kompromi dengan Cessa, tapi memang dasar Cessa yang terlalu jujur dan pikun.

"Iya, maaf, Pa. Angel lupa ngasih tau kalo tadi Angel pergi ke toko buku dulu." Jawan Angel sambil menampakkan senyum nya.

"Yang bener kamu? jangan bohong."

"Yaampun Papa sejak kapan Angel bohong sama Papa? Angel beneran ke toko buku, kok. Udah ya, Pa sekarang Angel capek banget mau istirahat dulu. Dah, Papa." Pamit Angel langsung berlari masuk ke kamarnya.  Padahal Agra baru mau berbicara, tapi urung.

"Dasar anak itu."

***

"Woii kutu kupret! Gue 'kan udah ngasih tau lo kalo bokap gue nelpon ya lo bilang dong kalo gue sama lo. Kenapa lo malah jawab sebaliknya." Semprot Angel begitu panggilan tersambung.

"Yang bener aja, Ngel, lo nelpon gue buat ngomelin gue?" Tanya Cessa di sebrang sana.

"Yaiyalah! Lo ngarep apa emangnya?! Benar-benar lo ya gak bisa dipercaya."

"Gue bisa jelasin, Ngel. Sebenarnya gue udah bohong sama bokap lo. Pas beliau nelpon gue bilang lo sama gue blablabala, tapi busettt gue kayak ngerasa di intimidasi gitu sama bokap lo padahal mah lewat telpon doang. Bokap lo itu kayak cenayang gitu udah tau gue bohong kali. Jadi mau gak mau gue jujur kalo lo gak sama gue." Jelas Cessa panjang lebar dengan gaya bicaranya yang biasa Angel dengar.

Di tempatnya Angel memutar kedua bola matanya sambil menghembuskan napas. "Halah, emang dasar lo aja yang bocor." Ucap Angel.

"Eh, seriusan, Ngel. Gue udah berusaha semaksimal mungkin, tapi apa boleh buat kalo takdir berkata lain." Balas Cessa mulai dramatis.

"Udahlah malas gue ngomong sama lo."

"Jangan gitu, dong. Lo belum cerita gimana tadinya."

"Tadinya apa maksud lo?"

"Ya ituu 'kan tadi lo pergi ke toko buku bareng Kino anak IPA 4."

"B aja tuh. Malah baru sampe toko buku Kino pulang duluan karena nyokap nya nelpon."

"Lah? Terus lo gimana baliknya?"

"Kebetulan di toko buku itu ternyata ada temannya Kino yang satu sekolah juga sama kita, tapi gue baru pertama kali liat dia. Terus Kino minta tolong dia anterin gue pulang." Jelas Angel.

"Siapa?"

"Gatau namanya belum sempat kenalan. Besok gue tunjukkan kalo pas-pasan sama orangnya."

______________bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top