•CC_7•

"Cessa!" Angel langsung menarik tangan Cessa mundur dan berdiri disampingnya.

"Kenapa, Ngel?"

"Gak jadi, kapan-kapan aja kita kasih dia pelajaran. Lo liat ada bu Susan yang lagi patroli. Mending kita balik kelas dulu sebelum di tegur." Jelas Angel.

Cessa langsung mengangguk tanda setuju. Akhirnya mereka berdua pergi dan melewati Laras and the genk begitu saja. Angel sempat melirik Angga sekilas dan Angga ternyata melihatnya juga. Buru-buru Angel berjalan menarik Cessa.

"Santai aja, Ngel. Kayak di kejar rentenir aja lo." Celetuk Cessa.

Mendengar itu Angel hanya menyengir sebagai jawaban. Sejujurnya ia malu saat bertatap mata dengan Angga beberapa detik yang lalu. Ia tidak tahu apa yang cowok itu  bicarakan dengan Laras sampai matanya melirik Angel saat melewati mereka.

Sesampainya di kelas Angel mengeluarkan novel yang mau di bacanya sambil menunggu guru masuk. Sementara Cessa sudah sibuk dengan ponselnya.

"Ngel foto dulu yuk." Ajak Cessa.

"Gamau, lo sendiri aja." Tolak Angel.

"Ishh harus mau dong. Bentar aja mumpung guru belum datang."

Walau Angel sudah bilang tidak mau Cessa tetap kekeuh mengambil foto mereka berdua. Beberapa foto dia ambil dengan benda-benda pose, sementara Angel hanya berpose diam sambil memasang ekspresi datarnya.

"Senyum kek, Ngel. Seenggaknya kalo gak ada gaya lo harus senyum dong." Ucap Cessa.

"Kan tadi gue udah bilang gamau. Lo maksa yaudah, deh." Kata Angel.

"Ekspresi lo kayak gak niat." Celetuk Cessa saat melihat beberapa foto yang barusan dia ambil.

"Emang gak niat." Jawab Angel. Kemudian Angel kembali dengan novelnya, sementara Cessa sibuk selfie sendiri.

Cekrekk

Kepala Angel yang semulanya menunduk langsung mendongak menatap seseorang yang tiba-tiba sudah duduk di bangku depan dengan menghadap ke arahnya sambil memegang sebuah kamera.

"Angga barusan lo fotoin gue?" tanya Angel memastikan kalau suara yang tadi ia dengar benar suara kamera.

"Iyaa," jawab Angga dengan senyum lebarnya.

"Ihh hapus, Ga!"

"Kenapa? Bagus kok hasilnya." Ucap Angga.

"Mana, Ga, gue mau lihat." Ucap Cessa menyudahi kegiatannya dan lebih penasaran dengan hasil potret Angga.

"Nih Ces coba liat. Bagus 'kan hasilnya."

"Wihh iya, Ngel, ini bagus jadinya. Lo pake kamera apa, Ga? kayaknya gue baru liat." Ucap Cessa.

Angga memperlihatkan kameranya kepada Cessa agar gadis itu dapat melihat lebih detail bagian-bagian dari kamera tersebut.

"Iya ini kameranya baru gue beli pake tabungan sendiri. Gimana keren 'kan?" ujar Angga bangga.

"Keren, Ga. Berapa lama lo nabung buat beli kamera ini?" tanya Cessa.

"Hmm," Angga tampak berpikir mengingat kapan terakhir kali dia melihat kamera ini dan langsung menginginkan nya.

"Kayaknya dua minggu yang lalu, deh. Gue lupa-lupa ingat." Jawab Angga. Sementara itu Cesaa maupun Angel sama-sama terkejut. Dilihat dari tipe kamera tersebut sepertinya harga kamera itu di atas lima juta. Bagiamana bisa Angga mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu dua minggu?

"Sebenarnya berapa sih uang jajan lo setiap hari, Ga?" kali ini Angel yang bertanya. Walau ia tahu keluarga Angga memang kaya, tapi ia juga penasaran berapa cowok itu di kasih uang jajan oleh orang tuanya sampai mampu membeli kamera yang harganya tidak terjangkau oleh anak-anak seusia mereka.

"Lo pasti kepo karena gue beli kamera ini pakai uang tabungan gue sendiri dalam waktu yang dekat 'kan?" tebakan Angga benar sekali, tapi Angel hanya diam sampai cowok itu melanjutkan kata-katanya.

"Sebenarnya gue juga ada nambah dengan tabungan gue sebelum-sebelumnya. Uang jajan gue setiap harinya gak menentu. Kadang 500 kadang 800 kadang juga 200 paling dikit." Jelas Angga yang malah membuat kedua orang itu menganga.

"Seriously?!" pekik Angel dan Cessa barengan.

Angga tertawa melihat ekspresi lucu mereka. Kemudian dengan cepat dia mengambil foto mereka.

Crekk

"Ihh Angga!!" teriak keduanya.

"Hahaha ekspresi kalian kocak, deh. Lagian kalian beneran percaya sama yang barusan gue bilang?" mendengar pertanyaan itu Angel dan Cessa sama-sama mengernyit bingung.

"Maksud Lo apaan?"

"Jangan bilang yang tadi lo katakan semua bohong."

Angga mengangguk, "gue cuman bercanda kok. Serius amat sih kalian. Lagian sekaya apapun orang tua gue gak mungkin anak sekolah kayak gue di kasih duit sebanyak itu. Bahkan, gaji buruh aja gak sampe segitu."

"Ya mana tau 'kan secara lo anak orang kaya. Berapapun lo mau pasti orang tua lo kasih." Kata Cessa.

"Gak gitu konsepnya, Ces. Gue bukan anak yang apa-apa di manjain, masih tahu diri kok gue. Lo bayangkan aja uang jajan sebanyak itu setiap hari lagi, itu sebulan udah berapa habisnya. Kalah-kalah gaji karyawan swasta lagi." Jelas Angga. Dan tanpa cowok itu sadari Angel sedari tadi terus memperhatikan.

Udah ganteng, baik, ramah, pengertian lagi. Yang kayak gini gak jadi pacar gue? rugi bangett. Batin Angel.

Crekk

"Eh," Angel mengedipkan matanya beberapa kali. Ia baru sadar kalau barusan Angga memotretnya.

"Mikirin apa Ngel sambil liatin gue kayak tadi. Yang barusan gue katakan itu benaran no tipu-tipu lagi. Jadi, lo jangan mikir aneh-aneh tentang gue." Jelas Angga.

"Hah? Engga ada, kok. Gue tadi cuman bengong aja."

"Yang bener?"

"Iyaa, Angga. Btw barusan lo motret gue, kan? hapus, Ga, gue gak mau tau pokoknya harus lo hapus." Pintah Angel sambil berusaha mengambil kamera Angga.

"Eitss, engga boleh. Nanti gue kirim ke lo hasilnya sekalian sama foto yang lain." Ucap Angga.

"Pasti jadinya jelek, tadi ekspresi gue gak banget, Ga. Pokoknya hapuss." Rengek Angel.

"Kata siapa jelek, lo belum liat hasilnya, yang ini cantik, kok." Perkataan Angga barusan berhasil membuat jantung Angel berdetak kencang. Kali ini Angel sulit mengontrol merona merah di pipinya. Buru-buru Angel menunduk dan menutup wajahnya dengan buku.

"Resee lo, Ga. Sana balik ke tempat duduk lo." Usir Cessa.

"Kayaknya gue mau ke kantor dulu, deh. Dari tadi gak ada guru masuk, curiga kelas kita gak terlihat." Ucap Angga yang malah mendapat pukulan dari Cessa.

"Sok kerajinan, lo. Bisa jadi 'kan guru-guru lagi sibuk rapat atau apalah." Sahut Cessa.

Angga hanya mengedikkan bahunya kemudian bangkit dari tempat duduknya dan pergi keluar kelas. Cowok itu benaran memanggil guru yang mengajar.

Karena Angga sudah berjanji dengan Mrs. Pretty untuk memenuhi tanggung jawab sebagai ketua kelas dengan baik. Bagi Angga janji yang di pegang seorang laki-laki itu harus bisa di laksanakan.

___________bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top