•CC_3•
Suasana kelas XII IPS 1 hari ini dipenuhi dengan suara-suara kegaduhan. Tepatnya suara anak cowok yang lebih mendominasi. Karena hari ini kelas mereka sedang tidak ada guru. Guru matematika yang seharusnya hadir mendadak tidak masuk, karena ada salah satu keluarganya yang meninggal. Alhasil guru tersebut tidak sempat mengajar di kelas mereka. Namu n, tugas tentu saja sudah diberikan pada ketua kelas untuk disampaikan kepada anak-anak lain.
Angga-sang ketua kelas berdiri di depan papan tulis dan menuliskan tugas matematika yang harus mereka semua kerjakan.
"Yaahh kok ada tugas, sih." Keluh salah seorang siswa.
"Masih mending, Yo. Dari pada kita harus dengerin pak Eko jelasin rumus-rumus. Mumet kepala gue." Ucap Steven.
"Ga, ini beneran tugasnya dari halaman 12-15? Banyak banget loh ini." Ucap salah seorang siswi berbando pink.
"Yoii." Jawab Angga.
"What?!" pekik siswi tersebut.
"Yang bener ajaaa rugi dong! Fix ini mah gue ngerjainnya di rumah aja. Males banget 50 soal isinya hitung-hitungan semua." Ucap Steven.
"Pesan dari pak Eko tugasnya harus selesai hari ini juga." Ucap Angga mematahkan semangat Steven yang hendak mabar. Termasuk siswa-siswi lain yang siap berleha-leha, karena mereka pikir tugas itu ujung-ujungnya pasti dijadikan Pr.
Ternyata dugaan mereka semua salah. Tugas tersebut harus di kumpulkan hari ini juga selesai tidak selesai. Kalau sudah begini mereka bisa apa selain menyelesaikan sampai selesai. Terkecuali anak-anak yang malas mengerjakannya, paling-paling mereka menunggu contekan.
Beberapa menit kemudian kelas langsung hening. Mereka semua mengerjakan tugas dengan khusyuk. Oh, ralat, tidak semua mengerjakan. Beberapa dari mereka malah sibuk mabar di pojokan belakang.
Angel yang sudah setengah nomor menyelesaikan soal diam sejenak memperhatikan teman-teman sekelasnya. Ia melihat Steven dan Geo ternyata join sama anak lain untuk bermain game. Sementara Angga tengah fokus mengerjakan tugas. Semakin di lihat semakin naik ke atas ujung bibir Angel membentuk lengkungan bulan sabit.
Benar-benar berubah. Dulu sebelum Angga menjadi ketua kelas cowok itu tidak begitu antusias dalam mengerjakan soal-soal, bahkan dia selalu mabar dengan teman-temannya. Kini saat dia menjabat sebagai ketua kelas. Angel merasa Angga lebih bertanggung jawab menjaga kelasnya agar tetap aman dan menjadi contoh yang baik untuk teman-temannya. Mungkin karena dia sekarang adalah ketua kelas.
"Sstt, lo liatin apaan, Ngel?" tanya Cessa sedikit berbisik.
"Hah? Oh ga ada kok."
"Masa?"
"I-iya, apaan sih lo berisik deh. Udah sana lanjut lagi." Ucap Angel gelagapan.
***
Sepulang sekolah Angel menyempatkan diri untuk berhenti sebentar di tepi lapangan. Cessa sudah ia suruh pulang duluan karena gadis itu masih ada les di luar sana. Angel sengaja pulang paling akhir untuk melihat seseorang yang kini sedang bergulat dengan dunianya. Dunia basket yang sangat dia cintai selain musik. Tawanya yang keluar dengan bebas itu membuat Angel tak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum. Walau hanya bisa memandangnya dari kejauhan, tapi itu saja sudah cukup membuat Angel bahagia.
Walau keringat yang membanjiri dahinya kian banyak. Dia tetap tampan. Keringat yang terus bercucuran itu tidak menjadi halangan baginya untuk bisa berlari kesana-kemari demi mendribble bola.
Sesekali Angel menunduk pura-pura sibuk membaca buku yang ia pinjam dari perpustakaan, padahal sebenarnya ia sedang memperhatikan laki-laki tersebut. Hanya saja ia tidak ingin ketahuan oleh orang lain bahwa ia sedang memperhatikan seseorang yang berada di lapangan. Ketika bola tersebut berhasil masuk ke dalam ring. Angel mendongak dan matanya kembali memandangi laki-laki itu. Bersama team-nya bersorak gembira. Membuat senyum Angel kian mengembang.
Karena kemenangan tersebut tanpa sadar Angel berdiri dan bertepuk tangan sambil tersenyum kegirangan. Laki-laki itu membalikkan badannya dan sedikit memisahkan diri dari team. Angel yang mulai sadar dengan tindakannya barusan buru-buru duduk kembali sambil menutupi dirinya dengan buku.
Dan tiba-tiba...
"Angel."
Sontak saja Angel menepuk jidatnya, merasa konyol dengan diri sendiri. Harusnya ia tidak seheboh tadi sampai harus mengundang perhatian laki-laki itu. Dan benar saja Angga menghampirinya.
"Angel, kan?" tanya Angga sedikit memiringkan kepalanya untuk melihat dengan jelas wajah gadis di hadapannya.
"Eh, Angga, iya ini gue Angel." Balas Angel yang mau tidak mau menampakkan diri.
"Lo kenapa belum balik?" tanya Angga penasaran, karena hanya Angel yang duduk sendiri di tepi lapangan di saat siswa lain sudah berhamburan keluar gerbang.
"Em... g-ggue tadi abis dari perpus, terus gak sengaja liat anak basket lagi latihan, jadinya gue iseng nonton sebentar yaa sambil baca-baca buku yang tadi gue pinjem." Jelas Angel sedikit gugup.
Memang perempuan kalau sudah ketahuan selalu memiliki seribu satu alasan. Seperti Angel, setiap kali ia mengelak selalu ada saja alasannya, dan untungnya alasan tersebut valid. Karena memang sebelumnya ia singgah ke perpustakaan untuk meminjam buku.
Sementara Angga yang parcaya hanya menganggukkan kepala saja. "Jadi gimana menurut lo?" tanya Angga tiba-tiba lagi.
Angel yang tidak paham apa yang di maksud Angga memasang wajah mengkerut nya.
"Maksudnya?"
"Permainan basket kita. Gimana menurut lo? udah oke belum, soalnya minggu depan kita ada pertandingan antar sekolah." Ucap Angga. Jelas saja Angel mengacungkan kedua jempolnya.
"Kerennn! Lo benar-benar keren banget, gue aja sampe shock pas lo nge-driblle bola tadi. Gilaa sih, itu lincah banget. Pokoknya yang tadi udah maksimal, deh." Puji Angel. Karena pujian Angel yang sedikit berlebihan membuat Angga tertawa.
"Lo berlebihan banget. Btw gue doang yang keren, hm?" tanya Angga. Sontak saja kedua pipi Angel langsung memerah. Ia baru menyadari perkataannya barusan.
Astaga gue kenapa tadii? Batin Angel.
"Emm... Maksud gue team lo itu kerennn, hehe." Balas Angel yang bingung harus mengatakan apalagi.
"Haha oke-oke thanks, ya. Minggu depan jangan lupa nonton pertandingan kita. Nanti gue ajak satu kelas juga." Ucap Angga.
"Okeee!"
Setelah itu mereka berpisah dengan Angga melambaikan tangannya sambil tersenyum lalu kembali berkumpul dengan teman-temannya. Sementara Angel hanya bisa tersenyum tipis. Karena dapat berbicara dengan Angga sedekat itu adalah moment langka bagi Angel. Itu pertama kalinya.
Angel langsung mengeluarkan buku bersampul biru yang merupakan buku diary miliknya.
06 maret 2024
16.00
Ketika aku berbicara dengannya aku langsung menuliskan ini.
Caranya berbicara dan tersenyum, caranya menatapku sembari tertawa saat aku menjawabnya dengan gugup. Dan raut wajahnya ketika dia berlarian sambil melambaikan tangan padaku. Aku selalu menyukai apapun yang dia lakukan.
Semoga hari-hari berikutnya aku dapat berbicara banyak dengannya lebih dari hari ini.
_____________6/3/2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top