•CC_10•

"Menurut lo siapa yang paling cantik di kelas?" tanya Geo.

Steven mem-pause game-nya dan memperhatikan Geo dengan alis terangkat sebelah. Kemudian matanya menjelajahi seisi kelas.

"Gak ada." Jawab Steven.

Sedangkan Geo tidak terima jawaban lempeng itu, dia terus mendesak Steven untuk mengakuinya.

"Jujur aja kali Pen pasti ada yang cantik. Cuma lo yang gengsi nyebutnya." Ledek Geo.

"Apasih lo pertanyaannya gak bermutu banget. Ganggu gue lagi main aja." Ucap Steven.

"Yaelah tinggal sebut aja namanya."

"Gak ada, Yo. Udah gue bilang tadi."

"Masa lo gak bisa liat cewek kelas yang cantik sih? Banyak anjirr disini. Mata lo belekan ya?" sindir Geo. Sedangkan Steven yang tidak terima langsung menempeleng kepala Geo dengan buku tulis.

"Otak lo tuh! Nanya itu yang bermutu dikit kek ini nanya cewek mulu." Balas Steven.

"Woii ada apa nih? Ajak-ajak dong. Wihh Steven rank lo udah naik aja." Tiba-tiba Angga datang dan langsung join mabar bareng Steven.

"Bantu gue naikin juga dong, Pen." Ucap Angga.

"Entar tunggu gue kelar." Jawab Steven.

"Bro, menurut lo siapa di kelas ini yang paling cantik?" tanya Geo kepada Angga.

"Angel." Ucap Angga tanpa mengalihkan perhatiannya dari game.

Geo senyum-senyum sendiri, "anjir langsung to the point nih anak."

"Ya 'kan lo tadi nanya, ya gue jawab aja," ujar Angga.

"Gue kira lo bakal liat-liat dulu orangnya baru jawab."

"Ngapain coba? lo juga tau di kelas ini Angel paling cantik, pinter, ya walau agak judes, tapi sebenarnya dia baik."

"Lo sendiri siapa, Yo?" kini Angga yang bertanya balik pada Geo.

"Hemm," pikir Geo sambil meletakkan kedua jari jempol dan telunjuknya di bawah dagu. "Bingung gue."

"Lah bingung kenapa? emangnya berapa banyak?"

"16 orang."

"Anjirr!" umpat Angga, "Pen bantuin gue dong kalah nih."

"Lo gak pandai main sih," ujar Steven.

"Auah males gue musuhnya nyebelin." Kemudian Angga mematikan ponselnya dan beralih ke arah Geo.

"Jadi berapa banyak?" tanya Angga, karena sebelumnya dia tidak mendengar jawaban Geo.

"16 orang, Ga."

"Busett banyak banget, Yo. Siapa-siapa tuh?" tanya Angga.

"Bego! Itu jumlah cewek di kelas kita." Celetuk Steven.

"Lah? semuanya berarti?"

Geo mengangguk, "soalnya semua cewek disini cantik. Makanya gue bingung kalo di bandingkan siapa yang paling cantik."

"Kalo mereka dengar kayaknya lo bakal di sukai semua cewek disini." Ucap Angga sambil terkekeh.

"Hehe."

"Malah cengengesan ni anak. Pr Ekonomi udah belum?" tanya Angga.

Seketika Geo langsung menepuk jidatnya, "anjir lupa!"

"Udah tau gue pasti lo gak ngerjain." Ucap Angga.

"Lo kalo udah tau ngapain nanya sih, Ga? pasti bentar lagi ni anak minta contekan." Cibir Steven.

"Basa-basi doang, Pen, soalnya lima menit lagi masuk. Mana keburu Geo ngerjain." Ucap Angga sembari menaik turun alisnya pada Geo.

"Bagi jawaban buru, Ga."

"Idih apaan lo? minta sama Steven noh."

Geo menatap Steven dengan wajah melasnya, berharap Steven kasihan kepadanya.

"Lo tau jawabannya." Ucap Steven kemudian bangkit dari tempat duduknya yang sebenarnya itu adalah tempat duduk Geo. Cowok itu pergi ke tempat duduknya yang berada di belakang.

"Anggaaa,"  rengek Geo sambil menggoyangkan tangan Angga.

Angga tertawa melihat ekspresi menjijikan Geo yang merengek padanya, "nangis dulu baru gue kasih." Ucapnya.

Dan seketika Geo langsung menangis dengan tangisan yang di buat-buatnya. Mengundang perhatian dari seluruh siswa. Bahkan Cessa yang baru sampai memandang Geo dengan heran.

"Kenapa dia?" tanya Cessa pada Angga.

"Biasa, kaga di kasih susu langsung mewek anaknya. Cup cup cup sayang jangan nangis ya." Sontak saja hal itu membuat seisi kelas tertawa dengan tingkah Angga yang sengaja menepuk-nepuk pundak Geo dengan sedikit kuat.

***

Sepulang sekolah Angel dan Cessa menyempatkan waktu untuk mampir ke perpustakaan terlebih dahulu. Mereka mencari buku untuk bahan tugas Ekonomi. Sebab, materi yang ada di LKS tidak lengkap, alhasil mereka harus mencari materi lengkapnya di buku paket Ekonomi yang di sarankan oleh guru mapel. Sesampainya di perpustakaan ternyata masih banyak siswa-siswi didalamnya. Cessa sampai geleng-geleng kepala melihat antusias anak-anak ambis itu.

"Dimana-mana kalo udah jam pulang ya langsung pulang biar bisa tidur atau jalan-jalan. Lah mereka jam pulang malah ke perpus?" ujar Cessa.

"Sewot aja lo, biarin napa. Artinya mereka niat belajar. Emangnya lo datang kemari pas ada tugas aja itupun harus gue paksa." Sindir Angel.

"What?! Jadi maksud lo gue gak niat belajar?" tanya Cessa memicingkan matanya.

"Niat gak niat sih lo. Udahlah langsung cari aja entar kita kelamaan pulangnya." Angel langsung memisahkan diri dari Cessa.

Angel berkeliling melihat tiap-tiap rak yang penuh dengan buku. Jari-jari lentiknya berhenti pada satu buku yang sedari tadi ia cari. Matanya berbinar saat sesuatu yang dicarinya sudah ketemu. Senyum manis terukir indah di wajahnya, seakan ia telah mendapatkan emas. Lantas ia mengambil buku tersebut dan membawanya ke Cessa.

"Cess," panggil Angel. Namun, Cessa yang sibuk membaca satu persatu judul buku yang berada di rak itu tidak mendengarnya. Angel ingin meneriaki gadis itu, tapi ia ingat kalau saat ini ia tengah berada di perpustakaan. Petugas perpus akan langsung mengusirnya jika ketahuan berisik.

"Cessaa," panggilnya sekali lagi, tapi hasilnya nihil. "Itu anak bolot amat sih." Kesalnya.

Akhirnya Angel berjalan menghampiri Cessa. Saat jarak mereka hampir dekat tiba-tiba Angel berhenti dan memicingkan matanya ke arah pintu masuk perpus. Seseorang yang baru masuk itu berhasil mengalihkan pandangannya. Kini langkah Angel berbelok dan menghampiri orang itu.

"Hai? lo yang semalam nganterin gue pulang, 'kan? akhirnya gue ketemu lo juga." Ucap Angel begitu ramah.

Cowok itu memandang Angel lalu tersenyum.

"Haii, senang bisa ketemu lo lagi." Ucap cowok itu kemudian mengulurkan tangannya, "btw kita belum kenalan, nama gue Rafael. Panggil aja Rafa atau El juga boleh." Ucap Rafael.

Angel tersenyum simpul dan membalas uluran tangan tersebut. 

"Gue Angel."

"Wah, ternyata nama kita ada kemiripan ya." Ucap Rafael.

"Mirip?" ulang Angel dengan alis yang saling bertaut lantaran bingung.

"Bagian 'El' nya mirip." Kekeh cowok itu membuat Angel ikut tersenyum.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top