Mata Balas Mata

Jake cukup tinggi untuk memanjat atap rumah-rumah di Detteroa tanpa menggunakan tangga—satu tumpuk kotak sudah cukup untuk mendukungnya memanjat. Tubuhnya juga cukup berat. Pernah dia tertabrak kereta kuda di jalanan Detteroa, dan hanya melukai isi kantung uangnya saja—si pemilik kereta kuda itu marah dan memaksa Jake untuk mengganti roda keretanya yang lepas setelah tabrakan terjadi.

Suatu saat ketika dia sedang mabuk bersama teman-teman satu klannya, terjadi perkelahian di dalam bar. Jake bermaksud untuk melerai mereka yang berkelahi, namun malah mengakibatkan dirinya dikeroyok. Seperti sedang menghalau ternak, dia mendorong sepuluh orang sekaligus keluar dari bar—mereka berusaha mendorongnya balik, namun usaha tersebut tidak membuahkan hasil.

Tubuh kekar dan berbobot berat itu diangkat seperti anak kucing oleh Nerod si Lizzardman, lalu ditempelkan pada pohon.

"Wah wah, terlalu banyak emosi di sini sekarang, eh?" Jake merajuk.

"Kau bunuh saudaraku. Aku bunuh kau!" gertak si lizzardman, bibirnya yang lebar itu menyeringai.

"Saudaramu? Yang mana ya? Aku tidak ingat musuh lemah, soalnya. Lagipula wajah kalian sama semua," kata Jake sambil kedua kakinya bergerak-gerak mencoba untuk menemukan tanah, namun gagal.

Si lizzardman meraung ke muka Jake, dapat dia rasakan bau asam dari mulut yang selalu makan serangga mentah-mentah dan tidak pernah minum air itu. Sekalipun baunya luar biasa, namun Jake melihatnya sebagai kesempatan. tangannya yang masih bebas itu dia masukkan ke dalam kerongkongan Nerod lalu cahaya muncul dari tangannya membentuk bola api yang siap ditembakkan.

"Awas, Nerod!" salah seorang teman Nerod cepat-cepat menempeleng wajah kadal itu, dan tentunya, wajahnyalah yang terkena semburan api panas dari telapak tangan Jake. Kepala kadal itu dengan cepat hangus dan meleleh, mencuatkan semburan-semburan darah dari pembuluh yang terputus.

"Tidak!! Swayz!! Saudaraku!!" tak ada basa basi lagi, Nerod mengangkat kapak besar di tangan kanannya. Dengan marah dia ayunkan benda tajam itu menghempas pohon malang karena Jake sudah menyelamatkan diri. "Kamu mati, manusia!!"

Sambil berlari, Jake melompat untuk berayun di dahan pohon dan memanjat setingginya. Nerod mengangkat batang pohon yang tumbang lalu melemparnya ke sana. Jake harus menyelamatkan diri lagi dan membatalkan tembakan ke dua.

Mendarat dari tempat tinggi, dia harus berguling ke depan agar tidak mematahkan kakinya sendiri, setelah itu lanjut berlari sekencang-kencangnya.

"Manusia pengecut!!" kejar Nerod dengan marah.

Merasa jaraknya cukup jauh, Jake mengambil kesempatan untuk menembakkan bola api lain lagi. Namun jarak yang cukup jauh itu juga membuat Nerod bisa melihat serangan itu dan mengayunkan kapaknya. Empasan angin kuat melenyapkan bola api itu jadi seperti tertelan kehampaan.

"Elementer angin yang merepotkan!" gerutu Jake sambil menundukkan kepala agar tidak terkena semburan pilar angin yang dilepaskan Nerod. Sebatang pohon malang yang terkena pilar angin itu, berlubang seakan ada tombak yang menghujamnya.

Sebentar saja Nerod sudah mampu menyusulnya, Jake mengulurkan tangan kanannya ke sisi kanan dan meraih sebatang pohon. Gerakan itu mengayunkan tubuhnya melingkari pohon sehingga lututnya menendang bagian belakang kepala Nerod dengan keras. Lizzardman itu terjerembab ke atas tanah, dan segera tanggap akan serangan api yang kembali bergulir ke wajahnya. Dia melepaskan segumpal angin kuat dari mulutnya untuk melenyapkan bola api panas itu, lalu melempar kampaknya ke arah Jake. Bila yang melempar kapak itu adalah manusia biasa, Jake akan menghunus gladius di pinggangnya dan mengambil kapak tersebut untuk digunakan. Tapi dia tidak akan berani melakukan itu bila yang melakukannya adalah beast, apalagi beast yang mampu bernafas Aether seperti Nerod.

Kapak itu mendarat di pohon, kesempatan lain bagi Jake untuk melarikan diri. Dia melihat ke langit dan menyadari matahari mulai tenggelam. Banyak hal bagus yang dia dengar dari gladius, pedang lurus yang kuat walaupun pendek. Tapi dia tidak akan mau mengambil risiko mahal untuk membuktikan sekuat apa gladius itu dengan menghadapi Nerod saat ini juga.

Akhirnya Jake sampai di perkemahan dimana Jane sedang menunggu dengan mulut memberengut dan mencoba membunuh nyamuk-nyamuk yang mulai bermunculan dengan telapak tangannya.

Begitu melihat Jake muncul, dia langsung bersemangat. "Oh, kau kembali! Mana makanan..."

Jake cepat-cepat menyambar tangannya dan membawanya lari, "ayo pergi dari sini!"

"Tapi, kemana?"

"Simpan nafasmu! Lari!"

Raungan lizzardman di kejauhan sana menyadarkan Jane dan dia pun segera berlari. "Apa itu?"

"Kadal!"

Pertama-tama, ada bau anyir darah yang membusuk abadi memenuhi udara. Jane terpaksa menutup mulutnya dan berhenti di tepi rawa.

"Ayo!" Jake terpaksa berhenti berlari, sepatu bootsnya tergenang air kolam hitam setinggi mata kaki.

Jane tidak pernah lupa pada apa yang terjadi saat pertama kali dia menemukan rawa ini. Dia tidak bisa berhenti curiga bahwa dibalik kegelapan rawa itu, dibalik pohon-pohon besar di sana atau semak-semak hitam yang tumbuh di rawa anyir ini, sosok tanpa kepala itu sedang bersembunyi dan mengintai. Menanti mangsa yang masuk ke tengah sarangnya untuk dibantai.

"Ayo cepat! Kau mau dibunuh kadal?!" seru Jake dengan tidak sabaran.

Maka gadis itu memejamkan mata dan dengan wajah luar biasa jijik, melompat-lompat kecil sambil menapaki air rawa. Lizzardman itu muncul dibalik hutan di tepi rawa dan meraung, melepaskan pilar angin setajam pedang. Jake mengangkat seongok mayat tanpa kepala di dekat kakinya yang tubuhnya sudah berupa mumi dan melemparkannya ke pilar angin itu untuk menyelamatkan badan Jane.

Mumi itu menggunakan pakaian pelindung dari besi yang sudah berkarat seluruhnya, dan itu cukup untuk menghalau serangan pilar angin tersebut.

"Pengecut!" seru Nerod saat buruannya itu bergandengan tangan masuk ke antara pepohonan rawa, dan matahari mulai terbenam.

Dikelilingi kesunyian, Nerod menjulur-julurkan lidahnya, mencoba untuk meraba-raba keberadaan manusia di rawa yang sunyi ini. Kapak perang yang besar dengan dua sisi menyerupai bulan sabit tergenggam erat pada tangannya. Dia mencoba bergerak sehalus mungkin, namun suara becek saat kakinya melangkah di atas gambut itu selalu terdengar halus. Sesekali kepalanya berpaling ke suatu sisi, kemudian terdiam mengawasi kegelapan.

Perlahan kabut mulai muncul, cukup pekat sehingga seakan ada awan di atas rawa gambut. Ada bercak pelangi di sekitar kepala Nerod setiap kali nafasnya terembus keluar dari hidungnya, dan dia pun juga mencoba untuk melihat apakah ada bercak pelangi lain di suatu sisi di rawa ini yang pastinya merupakan milik Jake.

Sesuatu terlihat bergerak di kejauhan, Nerod pun segera menoleh dan melihat ada pucuk semak rawa yang bergerak-gerak. Dengan ganas dia melesat cepat ke arah itu, tidak menyadari dibalik pohon besar tak jauh dari tempat dia bertolak pergi tadi, bersembunyi dua manusia yang meringkuk tanpa suara.

"Dia sudah pergi," bisik Jake.

Saat Jane membuka mulut, teringatlah akan situasi melelahkan dimana rentetan kata-kata dengan suara nyaring melengking tinggi bergema di tengah hutan beberapa saat lalu. Jake segera menutup mulut gadis itu sebelum dia mengatakan sesuatu dan gemanya terdengar oleh Nerod.

"Tapi belum jauh, jadi, ... diamlah."

"Jake, aku takut!" Jane mengatakannya seakan dia sedang kebelet menunggu antrean toilet.

"Tentu saja kau takut."

"Kalau kau mau berkelahi dengan temanmu itu, jangan bawa-bawa aku!" gadis itu mendesis.

"Dia sudah melihat kita berlari bersama tadi, sekarang dia pasti mengira kalau kau ini semacam pacarku," kata Jake seperti sedang menjelaskan kenapa manusia perlu makan kepada seorang anak perempuan balita dengan rasa penasaran yang tinggi.

"Apa? Pacarmu? Enak saja! Aku ini cocoknya menikah dengan seorang pangeran, seorang pemuda tampan dengan senyum menawan dan mata yang mampu melumerkan batu es! Yang badannya selalu bersih dan wangi, yang rambutnya berkilap diolesi minyak mahal, bukan ..." tangan Jake kembali membungkam mulutnya.

"Lurus di sana, ada jalan keluar. Kau bisa berlari duluan dan aku akan menahannya di sini."

"A-apa? Kau mau menghadapinya?"

Dari kejauhan, terdengar suara langkah kaki yang sangat lebar membelah perairan rawa. Langkah itu terdengar semakin mendekat, seseorang dengan telapak kaki yang sangat lebar sedang bergerak cepat ke arah mereka.

"Dia datang. Kalau kau ingin selamat, lakukan seperti yang kusarankan tadi."

Jane tak melihat sedikit pun rasa takut di mata Jake yang menyala-nyala seperti awan berbadai. Tanpa membuang waktu, pemuda itu menghunus gladiusnya dan muncul ke balik persembunyian mereka untuk menghadapi ancaman yang telah kembali.

Jane menutup telinga dan memejamkan mata, tidak berani melihat membuatnya berimajinasi tentang pembunuhan sadis yang mengerikan. Manusia berhadapan dengan beast. Mana mungkin menang? Mereka lebih mudah untuk menghirup Aether daripada manusia, itu yang membuat para beast selalu lebih kuat daripada manusia.

Sekalipun sudah diberi kesempatan untuk kabur, namun rasanya salah sekali bila meninggalkan Jake di sini. Bagaimana kalau hantu berpedang besar itu muncul kembali?

Jane selalu percaya, tidak ada yang tidak bisa dikalahkan Jake. Setidaknya kesan pertamanya saat melihat Jake adalah, orang ini adalah kriminal. Tapi baru beberapa hari dia mengenal Jake, Jane sudah merasa aman bersamanya. Tapi malam ini sepertinya hal itu tidak berlaku. Entah kenapa kalau urusannya dengan beast, tidak ada yang bisa mengusir keraguan Jane.

Seumur hidupnya di kolonial Gazawa, dia melihat beast. Bukan hal baru lagi melihat beast membunuh seorang pekerja yang sudah lemah dengan cara tidak manusiawi—mungkin karena mereka juga bukan manusia—awalnya kejadian tersebut menghantui mimpinya. Jane sempat tidak berani tidur di dalam kamar sendirian dan tidak mau keluar rumah selama berbulan-bulan. Dia tahu betul betapa kuatnya para beast itu.

Sedikit cemas, dia memberanikan diri untuk mengintip ke balik pohon. Dia melihat Jake dengan gladius di tangannya sedang menangkis serangan-serangan Nerod. Namun Jake tidak pernah mendapat kesempatan untuk balas menyerang karena perbedaan fisik mereka yang signifikan. Nerod tidak hanya punya tubuh tinggi besar, namun tubuh tinggi besar itu langsing sehingga jangkauannya tidak hanya jauh lebih luas daripada Jake, tapi juga lebih kuat. Tidak ada kesempatan!

Jane kembali bersembunyi, dan berharap ksatria tanpa kepala itu muncul dan memenggal kepala Nerod. Tapi bila itu terjadi, apakah ksatria tanpa kepala itu juga ikut memenggal Jake? Dan bagaimana dengan kepalanya sendiri?

Jane dikejutkan oleh suara besi patah, suara itu berkelontang dan disusul suara tawa yang kasar dari tenggorokan seekor manusia reptil.

"Mari berkelahi sampai kau lelah. Biar aku bisa mempreteli tulangmu pelan-pelan!" gertak lizardman itu sambil tertawa.

Suara semburan api yang ganas menghentikan tawa itu, namun tidak cukup untuk menghentikan suara gaduhnya perkelahian.

Jake kini telah kehilangan pedangnya. Gladius itu tidak kuat menahan kuatnya senjata milik para lizardman dan terbelah dua. Kalau begini terus, Jake bisa mati dan berikutnya dirinyalah yang akan jadi sasaran! Jane akhirnya nekad, dia keluar dari persembunyiannya dan mencoba mengingat-ingat kembali dimana Kia menarik pilar es dari air rawa ini untuk menjebak pedang besar itu di dalamnya.

Pilar itu terbuat dari es, tentunya sudah mencair dalam beberapa hari. Dan karena dibuat oleh elementer, pastinya kekuatan elementer sudah lenyap kemarin saat ada bulan Indigo di langit, kan?

Tapi saat Jane menemukannya, pedang itu tetap terjebak di sana, di dalam pilar es segelap jurang. Tidak ada waktu lagi, Jane memungut batu sebesar kepalan tangan dan mencoba menghancurkan pilar es itu. Tidak peduli seberapa berat, dia akan menyeretnya ke tempat Jake. Bila Jake mampu menggunakan pedang lizzardman yang luar biasa berat itu, dia juga pasti bisa menggunakan ini.

Satu ketukan, dua ketukan, pilar es itu tidak berguncang sama sekali. Retak pun tidak. Jane mulai putus asa. Apapun yang terjadi, dia harus bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkan Jake! Maka dia memegang gagang pedang itu dan mencoba menariknya.

Ada kilauan cahaya hijau yang bergulir di sepanjang badan pedang itu, kemudian hantaran-hantaran listrik yang berpendaran mulai dari mata pada ukiran Dragon di sana, sampai ke ujung-ujung pedangnya.

Sesuatu mengejutkan Jane, pedang itu sama sekali tidak berat. Kemudian Jane merasakan sesuatu yang menggelitik pada telapak tangannya dan aliran elektrik masuk ke dalam pembuluh darahnya, mengikuti aliran darah sehingga masuk ke dalam jantungnya. Sesuatu yang dingin dan menyengat naik sampai ke otaknya dan Jane menyadari dirinya bisa mengangkat pedang itu dan mengayunkannya dengan mahir.

Dia berputar dengan gerakan akrobatik di udara dan mengayunkan pedang itu sekuatnya sehingga pilar es hitam itu hancur berkeping-keping.

Satu hal yang dia sadari; itu bukan perbuatannya.


Author's note : 
Mungkin anda menyadari ada inonsistensi pada chapter ini terhadap chapter-chapter sebelumnya dimana Kia menyerang pedang itu hingga terpental. Pada saat menuliskan chapter ini, mendadak terbesit ide : "hei, kayaknya lebih greget kalau pedangnya gak dipentalin tapi dikurung dalam pilar es." jadi, saya ubah bagian itu di naskah menjadi seperti apa yang tertulis di sini. Terima kasih atas vote dan komentar-komentarnya, semoga anda bisa menikmati cerita ini sampai akhir cerita :]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top