Game 7 - Treasure Hunt (Part 1)
(POV Resti)
Kami terbang dari pulau tempat kami melakukan permainan menuju pulau lain yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sana. Aku tak tahu ada berapa pulau yang dimiliki Pak Kripik, tapi beliau sepertinya sudah menyiapkan semua permainannya dengan sangat baik.
Hanya setelah sepuluh menit terbang di atas pesawat pribadi, kami pun mendarat di sebuah lapangan hijau yang luas. Terlihat seorang wanita asing yang menyambut kami dengan lambaian tangan. Kali ini kami tidak mengenakan baju olahraga lagi, melainkan kaos bebas sesuai arahan dari Pak Kripik.
Pak Kripik bersalaman dengan wanita tersebut. Aku penasaran, siapa sebenarnya wanita-wanita yang jadi juri itu, apa semuanya pekerja Pak Kripik.
"Tak perlu berbasa-basi lagi, untuk game ke-7 akan langsung dijelaskan oleh temanku, Jessica Priskila, seorang arkeolog yang cukup terkenal di Singapura."
Pantas saja aku merasa asing, ternyata wanita itu asal Singapura. Apa dia bisa bahasa Indonesia juga seperti Shinobu-san?
"Kenalin, Aku Jessica Priskila, panggil saja aku Jessi. Aku berdarah Indo - Singapur, tinggal di Indonesia sampai lulus sekolah dasar, lalu meneruskan hidup di Singapura sampai lulus kuliah dan bekerja. Aku yang akan menjadi penanggung jawab game ke-7 kali ini." Wanita berkulit bening dan berkacamata itu tampak begitu ramah.
Para peserta langsung bertepuk tangan secara serempak.
"Game ke-7 yang harus kalian lewati adalah... Treasure Hunt!"
Setelah mendengar nama permainannya, aku seketika dapat membayangkan bagaimana kira-kira tantangan di babak ini akan diberikan. Berburu harta. Apakah kami disuruh mencari harta di pulau ini?
"Di dekat sini ada rumah kosong yang sudah lama tak ditinggali oleh Pak Kripik. Atas izinnya, aku sudah menyembunyikan 10 buah kristal berwarna merah ruby yang harus kalian temukan."
Karena Bu Jessi seorang arkeolog, dia mungkin menaruh kristal itu di tempat yang sulit untuk ditebak.
"Tantangannya adalah sepuluh peserta pertama yang berhasil menemukan kristal merah itu akan dinyatakan lolos ke babak berikutnya, dan enam peserta yang sudah terdahuili akan dinyatakan gagal dan otomatis gugur."
Lagi-lagi game keberuntungan.
Tapi dibanding game mancing dulu, game mencari harta ini jauh lebih membutuhkan skill.
"Ada pertanyaan?"
Peraturan yang sangat mudah, semua peserta langsung mengerti.
Pak Kripik mengambil alih microphone dari Bu Jessi.
"Jika kalian pikir tantangan ini tidak ada hubungannya dengan kepintaran, itu memang benar. Clash of Clovers bukan ajang adu siapa yang lebih pintar, tetapi siapa yang paling beruntung. Dan keberuntungan itu, tentunya adalah sesuatu yang bisa didapatkan, akumulasi dari doa dan usaha yang tiada akhir, dan aku mencari orang yang bisa mendapatkan keberuntungan tersebut."
Para peserta terdiam mendengar ucapan Pak Kripik yang tiba-tiba serius.
"Apa kalian siap menghadapi tantangan ke-7 Clash of Clovers ini?"
"Siap!"
"Kurang keras!"
"Siap!"
Pak Kripik menyerahkan kembali microphonenya pada Bu Jessi.
"Ayo, ikuti aku."
Aku berjalan di sebelah Fuyu, berbincang seperti biasanya.
"Aku paling suka game mencari harta begini, aku yakin lolos, sih." Fuyu tampak percaya diri.
"Aku sudah sampai sejauh ini, aku tidak mau gagal." Aku mengepalkan tangan.
Kami pun sampai di depan sebuah rumah bergaya khas Belanda berlantai dua dengan cat dominan warna putih. Desain eksteriornya terlihat jadul, seperti rumah-rumah di masa lalu.
"Sekali lagi, di dalam rumah ini terdapat 10 kristal berwarna merah ruby yang aku sembunyikan di berbagai tempat. Semua kristal ada di ruang dalam, tidak ada di genteng ataupun teras halaman luat. Kalian mengerti?"
Semuanya mengangguk.
"Jika kalian sudah menemukan kristal itu, langsung saja keluar rumah, dan taruh di meja itu. Aku dan Pak Kripik akan menunggu kalian."
Permainan yang benar-benar mengandalkan skill berburu sekaligus keberuntungan. Aku harus berpikir out of the box untuk menemukan kristal tersebut.
"Di dalam ruangan terpasang banyak CCTV yang sudah terhubung dengan ponselku dan Pak Kripik. Dilarang merebut kristal yang sudah didapat dari orang lain. Kami berdua akan mengawasi."
Kami semua mengangguk.
"Baiklah, tak perlu lama-lama lagi, kepada seluruh peserta, aku persilakan untuk masuk ke dalam rumah!"
Kami semua secara serentak dan berdesakan memasuki rumah tua yang berada di hadapan kami itu.
Perburuan harta telah dimulai!
Peserta yang tersisa:
1. Ari
2. Steven
3. Bintang
4. Rei
5. Yemi
6. Raka
7. Lav
8. Han
9. Qila
10. Resti
11. Raya
12. Chita
13. Faisal
14. Fuyu
15. Hime
16. Rav
Part 2 akan dilanjut besok!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top