Prologue
Ruangan itu dipenuhi dengan banyak kamera, mikorfon, dan orang-orang yang menyiapkan buku catatan atau laptop mereka. Hari ini merupakan hari dimana akan diadakan konferensi pers untuk peluncuran smart city baru di Kota Anseong. Developer yang bertanggung jawab atas pembangunan smart city tersebut adalah CSW Property yang merupakan bagian dari Hwang Group, perusahaan terbesar, terkaya, dan paling berpengaruh di Korea selatan. Pintu samping di ruangan tersebut terbuka dan suara jepretan kamera langsung memenuhi ruangan itu. Tiga orang berjalan menuju panggung yang telah disiapkan dan duduk di tempat duduk mereka masing-masing yang sudah ditandai dengan plakat bertuliskan nama dan jabatan mereka. Seorang wanita tinggi duduk di meja paling kiri, ia mengenakan blazer dan celana panjang yang pastinya merupakan merek desainer kenamaan. Rambut coklatnya yang pendek seleher membuatnya terlihat dewasa dan elegan. Plakat yang terletak di atas mejanya bertuliskan: Choi Sooyoung, Head of Public Relations, CSW Property. Di meja paling kanan, duduk seorang pria tampan yang memiliki senyum hangat terpasang di wajahnya, memamerkan lesung pipit di pipi kanannya. Ia mengenakan setelan jas dan celana panjang Armani yang tak dapat menyembunyikan tubuh kekarnya. Ia adalah Choi Siwon, CEO dari CSW Property. Dan yang duduk di antara mereka berdua adalah seorang wanita elegan, mengenakan blus putih dan celana hitam. Sebuah bros Gucci berwarna merah-hitam tersemat ditengah-tengah kerah blusnya. Bros Guccinya terlihat mewah dibandingkan dengan setelah yang ia gunakan, tetapi semua orang tahu semua yang ia kenakan dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki pasti merupakan pakaian dari desainer kenamaan. Rambut hitam legamnya ia biarkan jatuh terurai dengan ujungnya yang ia buat mengikal membuat penampilannya semakin terlihat bagai bangsawan. Pada plakat di atas mejanya terlihat bahwa ia adalah satu-satunya yang bukan berasal dari CSW Property. Tertulis pada plakatnya: Tiffany Young, CEO dari Hwang Group.
Pria yang bernama Siwon mengambil mikrofon dan memulai acara dengan memperkenalkan dirinya dan memberi penjelasan singkat mengenai smart city yang baru saja dibangun di Kota Anseong. Sooyoung kemudian mengambil alih panggung dan memberi penjelasan yang lebih panjang dan mendetail mengenai semua fasilitas yang akan mereka bangun di sana. Dan terakhir, Tiffany menjabarkan kepada para rekan pers mengenai rencana pembangunan infrastruktur yang mereka miliki untuk proyek tersebut, begitu pula tentang dukungan pemerintah terhadap rencana pembangunan smart citytersebut. Setelah semua penjelasan tersebut, akhirnya tibalah pada sesi tanya jawab. Seorang pria berperawakan tinggi, mengenakan topi bisbol bertuliskan Naver mengangkat tangannya, dan langsung mendapatkan perhatian dari ketiga orang di atas panggung, ia pun dipersilahkan untuk mengajukan pertanyaan.
"Apakah rencana perusahaan anda adalah untuk merombak semua area Kota Anseong dan menjadikannya sebuah perkotaan yang benar-benar baru?" Tanyanya.
Tiffany tersenyum seraya mengangkat mikrofon mendekati mulutnya. "Menurut kami tidak." Ia menjawab masih dengan senyuman. "Luas total Kota Anseong adalah 554 kilometer persegi, sementara smart city baru ini hanya akan menempati area seluas 50 kilometer persegi yang berarti kurang dari 10% dari luas total Kota Anseong." Ia berhenti berbicara sembari menoleh ke pria yang duduk di sebelahnya.
Seakan mengerti isyarat yang diberikan Tiffany, Siwon lalu menambahkan. "Fokus dari pembangunan smart city ini adalah untuk menyediakan lingkungan hidup yang lebih baik, memberikan lebih banyak kesempatan kerja, dan untuk mendukung program pemerintah dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan ambisi untuk menjadi kota berkelanjutan di masa depan. Empat puluh persen dari area hutan yang kami akuisisi akan tetap kami jaga untuk menjadi ruang hijau. Itu berarti, pembangunan untuk area perkotaan di smart city hanya akan mengambil lahan sebesar 30 kilometer persegi, dan sisanya akan tetap sebagai lahan hijau."
Wartawan dari Naver tersbut mengangguk sembari mencatat penjelasan dari Tiffan dan Siwon sementara rekan-rekan pers yang lain kini kembali mengacungkan tangan mereka untuk bisa menanyakan pertanyaan berikutnya. Kali ini seorang gadis mengenakan kaos bertuliskan SBS mendapatkan kesempatan untuk bertanya. "Selain mendukung pemerintah sekaligus mengembangkan bisnis, yang saya ingin tanyakan mengapa CSW Property memilih untuk mengembangkan smart city daripada mengembangkan kompleks perumahan, atau kompleks apartemen di Seoul atau Busan? Berdasarkan artikel-artikel terdahulu, resiko mengembangkan sebuah kota baru sangatlah besar,, dan banyak bukti-bukti kegagalan ambisi pendirian kota baru di berbagai belahan dunia. Jadi mengapa CSW memilih untuk membangun smart city?"
Kali ini Sooyoung mengambil mikrofon dan tertawa kecil. "Percaya deh, Presiden Choi Group dan Hwang Group sudah memperingatkan mereka berdua mengenai hal itu." Ucapan tersebut mengundang helak tawa dari rekan-rekan pers yang ada di ruangan tersebut. "Tapi Tiffany-nim dan Siwon-nim berhasiil meyakinkan para Presiden Group dengan penjelasan yang mereka berikan. Aku rasa mereka bisa menjawab pertanyaanmu dengan baik."
Tiffany terkekeh sembari mengambil mikrofonnya. "Bisa-bisanya kamu bocorin hal itu di konferensi pers, Sooyoung-ssi." Dan gelak tawa kembali memenuhi ruangan konferensi pers. "Aku dan Siwon sepenuhnya memahami setiap resiko yang mungkin terjadi selama pembangunan dan setelah pembangunan smart city ini. Tetapi..." Ia berhenti sejenak dan tersenyum pada pria yang duduk di sebelahnya, lalu satu tangannya meraig tangan Siwon dan menggenggamnya dengan lembut. "Setelah kami menikah dan berencana memiliki anak, kami mulai bertanya-tanya, masa depan seperti apa yang nantinya akan dijalani oleh anak-anak kami?" Senyum Tiffany semakin lebar ketika Siwon menyelipkan jemarinya di antara jemari Tiffany. "Bukan hanya untuk anak-anak kami, tetapi juga untuk generasi mendatang Korea Selatan. Hampir 40% dari populasi Korea Selatan terpusat di Seoul, Busan, Incheon, Daegu, dan Daejeon. Hal tersebut terjadi karena banyaknya peluang karir yang tersedia di kota-kota tersebut. Kami ingin menciptakan peluang-peluang baru untuk generasi mendatang. Smart city ini sangatlah kecil jika dibandingkan dengan kota-kota besar yang tadi aku sebutkan. Namun kami menganggapnya sebagai langkah awal untuk dapat memberikan masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang."
Ruangan konferensi pers menjadi hening setelah Tiffany menjawab pertanyaan tersebut. Namun semua orang di dalam ruangan itu tersenyum, dan merasakan hati mereka menghangat. Jika konglomerat lain yang memberikan jawaban seperti itu, semua awak media pasti hanya menganggapnya bagian dari naskah perusahaan yang dibuat-buat. Namun, semua orang di Korea Selatan mengetahui betapa lembutnya hati Tiffany. Tiffany adalah pendiri Hwang Foundation, yayasan yang memberikan pelatihan-pelatihan untuk para pengangguran sehingga mereka dapat memulai bisnis kecil-kecilan. Tiffany adalah pendiri Pink Foundation, yayasan yang membantu para penderita kanker, dan yayasan yang dikenal tak pernah henti memberi sumbangan besar-besaran untuk penelitian obat untuk penyakit kanker. Tiffany adalah anggota keluarga Hwang yang berhasil mencuri hati warga Korea Selatan.
"Apakah kalian berencana untuk tinggal di smart city yang anda bangun?" Pertanyaan lain dilontarkan oleh wartawan lainnya.
Mendengar pertanyaan itu, Tiffany dan Siwon saling memandang dan senyum penuh cinta terbit di wajah keduanya. "Pastinya." Jawab Siwon dan jawaban tersebut membuat senyum di wajah Tiffany pun semakin lebar.
Konferensi pers terus berlanjut dengan Sooyoung, Siwon, dan Tiffany bergantian menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh para wartawan. Tentu saja yang paling mencuri perhatian selama konferensi berlangsung adalah pasangan ideal, Siwon dan Tiffany. Mereka berdua bagaikan putri dan pangeran yang keluar dari buku dongeng untuk menjadi manusia. Tiffany yang selalu terlihat anggun dari ujung kaki sampai ke ujung kepala, dan Siwon yang memiliki wajah dan tubuh bak seorang idola. Mereka seolah memang diciptakan untuk satu sama lain sehingga membuat masyarakat Korea Selatan menyebut mereka sebagai Nation Couple.
Setelah sekitar tiga puluh menit kemudian, akhirnya konferensi pers pun berakhir. Tiga perwakilan dari perusahaan tersebut turun dari panggung dan segera dikawal menuju pintu yang terdapat di samping panggung. Petugas keamanan terus mengawal mereka hingga mereka masuk ke dalam mobil. Sebuah Mercedes-Benz V-Class telah menanti mereka, dan mereka segera memasuk mobil. Sooyoung duduk di sebelah pengemudi, sementara Siwon dan Tiffany duduk di belakang. Begitu pintu mobil tertutup, mobil tersebut langsung meninggalkan tempat acara.
"Kalian nggak capek ya main sinetron setiap hari kaya tadi?" tanya pria di balik kemudi kepada pasangan ideal yang duduk di kursi belakang.
"Kamu kan tahu ini bagian dari bisnis, Kyungho." Siwon menjawab dengan nada datar, membuat wanita di sebelahnya terkekeh. "Kenapa kamu ketawa, Fany?" Ia menolehkan wajahnya ke arah Tiffany.
"Menurut kamu kalau kita lanjutin ini, kira-kira kita bisa jadi pemain film nggak?" Tiffany memandang pria kekar di sebelahnya. "Bahkan orang-orang nyebut kita Nation's Couple."
Siwon ikut tertawa. "Mereka nggak perlu tahu kan di balik kamera kita seperti apa?"
"Kalau mereka tahu aslinya seperti apa, yang ada kalian disebut Nation's Heartbreak." Sooyoung tiba-tiba bergabung dalam percakapan. "Sepertinya aku dan Kyungho lebih cocok untuk jadi Nation's Couple daripada kalian." Sooyoung mendengus, membuat pria yang menyetir di sebelahnya tertawa.
"Padahal kalau kamu nggak nolak permintaan Ayah untuk jadi CEO, kamu bisa dapet gelar Nation's Couple juga, Sooyoung." Siwon berdecak kesal.
"Buat apa? Buat dapat semua perhatian publik dan media di setiap hal yang aku lakuin? Nggak, makasih. Aku mau hidupku damai." Sooyoung menjawab dengan cepat.
"Aku juga pengin hidup damai..." gumam Tiffany. Semua orang di dalam mobil bisa mendengar gumammannya, namun mereka memilih untuk tidak berkomentar. Semua orang di dalam mobil mengetahui Tiffany hanya melakukan pekerjaannya sebagai anak dari pemilik Hwang Group Melakukan semua kepura-puraan ini demi reputasi keluarga. Menuruti perintah ayahnya untuk menikahi Choi Siwon, yang merupakan anak dari pemilik CSW Property yang di akuisisi oleh Hwang Group. Tiffany harus menikah dengan Siwon yang mencintai wanita lain dari keluarga biasa, namun ditentang oleh ayahnya sendiri demi harga diri keluarga Choi. Dalam kehidupan Tiffany dan Siwon, cinta bukanlah hal yang penting. Dalam kehidupan mereka, yang terpenting adalah keberlanjutan bisnis keluarga. Dalam kehidupan mereka, mereka harus rela mengabaikan perasaan mereka, agar perusahaan mereka tetap berdiri tegak. Bahkan jika mereka perlu berpura-pura memiliki kehidupan pernikahan yang sempurna, ini semua demi kepentingan perusahaan. Namun terlepas dari segala keterpaksaan yang mereka jalani, setidaknya mereka berhasil menunjukkan citra pernikahan sempurna hingga semua orang percaya apa yang mereka lihat dan dengar di pemberitaan.
***
"Kamu nggak bisa lebih hati-hati sama kata-kata yang keluar dari mulutmu ya, Taeng?" Seorang wanita jangkung berkulit kecoklatan berjalan cepat ke dalam unit apartemen Taeyeon.
"Ada apa sih?" Taeyeon mengangkat wajahnya yang terbenam di dalam buku yang ia baca. Dia sedang duduk santai di sofa ruang tengah, mengenakan setelan piyama polos yang harganya mencapai ratusan dolar. Rambutnya yang sepanjang bahu ia ikat asal membentuk sanggul kecil di atas kepalanya. Tak ada riasan yang menghiasi wajahnya, namun wajah cantiknya tidak memerlukan riasan apapun.
"Aku kirim link ke thread X. Kamu nggak baca? Mana handphone kamu?" Yuri duduk di sebelah sosok mungil itu sambil mendengus kesal.
"Sepertinya aku nggak ngomong kasar di interview manapun, deh." Taeyeon menjawab dengan acuh tak acuh sambil ikut mencari ponselnya yang kemudian ia temukan di bawah pantatnya sendiri. Ia membuka kunci layar dan membaca beberapa pesan yang masuk di aplikasi katalk untuk menemukan tautan yang dimaksud oleh Yuri. Setelah menemukannya, ia mengetuk tautan tersebut dan membaca utas tersebut sambil terkikik geli. "Fans-fansku memang lucu ya?"
"Aish, aku benar-benar nggak tahan sama kamu!" Yuri meraupi wajahnya dan menghela napas dengan putus asa sembari membuka tautan yang ia kirim ke Taeyeon melalui ponselnya sendiri dan membaca isi melihat ulang utas tersebut:
"How all the fans were convinced Kim Taeyeon is gay — a thread"
Ini bukan pertama kalinya seksualitas Taeyeon digosipkan. Sejak Taeyeon debut sepuluh tahun yang lalu, setidaknya setahun sekali akan muncul rumor seperti ini. Tentu saja rumor tersebut bukanlah muncul begitu saja. Sejak Taeyeon debut, dia selalu meninggalkan komentar-komentar ambigo tentang seksualitasnya. Komentar ambigu yang juga merupakan salah satu komentar legendaris dari Taeyeon adalah dalam sebuah wawancara radio ketika dia meminta untuk diputarkan sebuah lagu cinta untuk diputas pada segmen tersebut. Sang DJ pun bertanya apakah Taeyeon memiliki pacar atau tidak. Taeyeon tertawa kecil dan menjawab bahwa dirinya tak punya pacar pria. Namun kemudian sang DJ bertanya lagi apakah Taeyeon masih lajang, dan sekali lagi, Taeyeon menjawab tidak. Para penggemar menjadi heboh dan berspekulasi banyak hal karena momen singkat dalam wawancara radio itu.
"Kenapa kamu sewot banget gara-gara ini sih, Yul?" tanya Taeyeon sambil terus menatap layar ponselnya. Dia benar-benar menikmat utas tentang bagaimana para fans melakukan spekulasi terhadap semua kalimat yang pernah ia lontarkan.
"Kamu sudah nggak peduli lagi sama karirmu, hah?" Yuri mengunci layar ponselnya dan menyelipkannya ke kantong celana jinsnya. "Apa kamu mau cepat-cepat pensiun dini?" Ia lalu menyambar ponsel Taeyeon dan meletakkannya di atas meja kopi di hadapan mereka.
Taeyeon terkekeh mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Yuri. "Aku nggak ada rencana pensiun dini, kok. Kan kamu tahu aku masih punya ambisi yang belum kesampaian, Yul." Taeyeon meregangkan tubuhnya dan berdiri dari tempat duduknya. "Kamu mau kopi atau teh?"
"Nggak usah mengalihkan pembicaraan deh, Taeng." Yuri memohon.
"Taeyeon memasang ekspresi bingung mendengar kata-kata Yuri. "Aku nggak mengalihkan pembicaraan. Aku mau bikin kopi dan aku nawarin kamu. Obrolannya kan bisa dilanjut sambil aku bikin kopi. Aku nggak berani lah ganti topik pembicaraan kalau manajerku kelihatan sewot seperti sekarang." ujar Taeyeon sambil berjalan ke arah mini bar yang terletak dibelakang ruang tengah. "Jadi, mau kopi atau teh?" tanyanya lagi.
"Kopi boleh, deh." Yuri menjawab pasrah sambil mengikuti Taeyeon ke mini bar. "Jadi, apa yang ada di dalam kepalamu semalam?"
"Yang ada di kepalaku?" Taeyeon mengambil dua kapsul kopi dari wadahnya dan memasukkan salah satunya ke dalam mesin kopi otomatis. "Waktu aku jawab pertanyaan di live interview?"
"Kamu tahu maksudku, Taeng." Yuri bersandar ke dinding sambil menatap Taeyeon yang sibuk membuat kopi.
"Aku ngomongin hal yang sebenarnya kok. Host-nya nanya apa kriteria suami untuk aku, dan aku jawab, aku nggak berniat untuk punya suami." Taeyeon mengambil cangkir yang kini sudah berisi americano panas dari mesin kopi dan meletakkannya di samping mesin kopi. Ia lalu mengeluarkan kapsul kosong dari dalam mesin kopi yang mengisi dengan kapsul yang baru untuk membuat cangkir kedua.
"Terus sekarang kamu lihatkan gimana reaksi publik? Karir kamu sebagai penyanyi bisa hancur kalau orang-orang benar-benar mikir kalau kamu..." Yuri tak dapat menyelesaikan kalimatnya.
"Kalau orang-orang benar-benar mikir aku gay?" Taeyeon melanjutkan pernyataan Yuri dengan enteng. "Aku nggak pernah mengonfirmasi rumor-rumor itu. Itu kan cuma spekulasi mereka saja."
"Tapi tetap aja, kamu kan penyanyi nomor satu di Korea selatan sekarang. Lagu-lagu dan album-albummu selalu ada di puncak tangga lagu. Memangnya kamu nggak khawatir kalau orang-orang akan punya sentimen negatif kalau kamu terus-terusan ngomongin hal-hal yang ambigu begini?"
Taeyeon mengambil cangkir kedua yang kini sudah terisi kopi dan menyerahkan cangkir tersebut pada yuri, yang kemudian mendapat ucapan terima kasih dari Yuri. Ia lalu mengambil cangkirnya sendiri dan berjalan kembali ke sofa sementara Yuri mengekor di belakang.
"Aku pikir kamu sudah sadar, Yul." Taeyeon menyeruput kopinya dengan tenang. "Aku yang sekarang ini idola semua orang. Kemanapun aku pergi, orang-orang mengenaliku. Mereka bahkan nggak ragu untuk meneriakkan namaku berkali-kali cuma untuk bisa menarik perhatianku." Ia meletakkan cangkirnya dan menyeringai pada Yuri. Seringai yang memancarkan kepercayaan diri. "Apapun yang aku lakukan, mereka pasti kagum. Orang-orang ngabisin uang mereka cuma untuk dapat photo card -ku yang edisinya terbatas. Semua tiket konser-konserku dan acara-acara fan sign juga selalu ludes terjual. Bahkan setelah semua omongan ambiguku, mereka masih suka aku."
Yuri mengernyitkan alisnya. Ia menyetujui semua fakta yang disebutkan oleh Taeyeon. Siapa yang tidak mengenal Kim Taeyeon? Semua orang di Korea Selatan mengenalnya. Ia memulai debutnya sebagai solois di bawah naungan MY Entertainment milik Hwang Group. Ia memulai debutnya di usia 25 tahun, yang dianggap terlalu tua untuk standar industri hiburan Korea Selatan tetapi ia berhasil membuktikan bahwa usia hanyalah sebatas angka. Ia tak pernah sekalipun menduduki puncak tangga lagu dan menyapu bersih semua penghargaan musik di Korea Selatan sejak tahun pertama debutnya.
"Yul," Taeyeon memanggil nama manajernya, dan langsung mendapatkan perhatian yang ia inginkan. "Aku udah selalu nunjukkin ke semua orang kalau aku beda." Setiap kata yang diucapkannya mengandung ketenangan yang menegangkan. "Aku mulai debut di usia yang nggak muda, tapi sejak aku debut, aku selalu bersinar. Aku nggak pernah berusaha mencoba untuk sok imut, tapi orang-orang ternyata suka aku yang blak-blakan. Badanku nggak tinggi, tapi semua fashion brand rebutan untuk jadiin aku brand ambassador karena menurut mereka aku berkelas."
Yuri tersenyum miris mendengarnya. Semua yang Taeyeon katakan adalah fakta. Ia bahkan tidak bisa melontarkan sepatah kata pun untuk menbantahnya. Ia benar-benar setuju dengan semua hal itu. Namun dalam hatinya ia benar-benar khawatir dengan kepercayaan diri Taeyeon. Ia takut jika suatu hari nanti Taeyeon akan jatuh karena kepercayaan dirinya yang berlebihan.
"Aku ini kaviar, Yul." Taeyeon menyesap kopinya lagi. "Aku langka. Semua orang mau mencicipi aku. Tapi cuma orang-orang kaya yang bisa beli dan ngerasain aku, sementara kebanyakan orang di luar sana cuma bisa bermimpi untuk dapetin aku." Ia berhenti dan menarik napas dalam. "Aku pasti dapetin semua ambisi-ambisi aku, Yul. Dengan caraku. Dengan semua hal yang aku punya."
Yuri mengalihkan pandangannya ke dinding di depannya, di mana sebuah bingkai berisi foto dua orang gadis yang sedang tertawa tergantung di sana. Yang satu mengenakan kaos biru dengan tulisan hangul terbaca "Tae" tercetak di kaosnya, sementara yang satu mengenakan kaos merah muda dengan tulisan hangul yang dibaca "Ny". Yuri menghela napas panjang, batinnya bertanya-tanya kapankah ini semua bisa kembali ke masa ketika segalanya lebih sederhana.
***
Sara's notes:
Ini cerita belum tentu dilanjut. Pengen publish aja ini mah. Mohon maaf lahir batin.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top