CHAPTER 5

Lima Tahun Lalu.

Beberapa hari setelah Penggulingan Kekuasaan.

2021, Kamp Pelarian Alas Roban.

Akan kuceritakan sebuah sejarah, di mana mungkin kalian tdak akan pernah menduga, cerita ini bisa lahir dari penuturan-penuturan Rusya selama interogasi satu malam itu. Aku masih dirundung kekesalan tingkat tinggi karena Rusya telah melakukan sebuah 'penipuan' yang cukup serius di sini.

Namun, hal itu lantas tidak menyalahkan Rusya begitu saja. Setelah Rusya membeberkan semuanya, barulah aku tahu satu hal. Hidup Rusya penuh dengan kebohongan, seakan-akan hidup di dunia ini hanyalah untuk membuat suatu cerita lakon drama.

Rusya mengatakan—setidaknya ia diberitahu ayahnya katanya—bahwa dia adalah salah satu dari keturunan langsung murid seorang raja yang hidup di zaman dahulu. Mulanya kami menganggap Rusya hanya membual cerita, tetapi ternyata Rusya memberi kami sebuah catatan lama. Sebuah salinan manuskrip kuno Jawa berbahasa Belanda. Aku langsung tahu dari judul dan nama pengarangnya.

"Serat Jayabaya. Berisi ramalan seorang raja Jawa yang diyakini adalah ramalan yang paling terbukti keampuhannya. Dari runtuhnya kerajaan Majapahit hingga pendudukan imperialisme Jepang di akhir 1942," ucapku.

"Kau ... keturunan Jayabaya? Raja termahsyur Kerajaan Kediri itu? Bagaimana bisa?" tanya Septian dengan nada antara tidak ingin percaya dan penasaran.

"Septian, tolong diam dulu sebentar. Omonganmu membuat semua orang di sini tampak bodoh kolektif!" timpal Vido.

"Baik!" sahut Septian tidak senang.

"Kalau dibilang keturunan langsung, itu tidak benar. Aku diberitahu bahwa aku adalah keturunan salah satu 'pengikut' Jayabaya," jelas Rusya.

Lalu apa kaitannya dengan status Rusya sebagai orang yang memiliki kode 'Pengikut Raja Jayabaya' di DNA-nya, dengan semua kehebohan yang dia lakukan? Mengubah identitas, berbohong tingkat dewa, menciptakan semua kejadian dari malam pembantaian hingga keterlibatannya dalam Operasi Sapu?

Berkali-kali Vido melontarkan anggapan kalau ramalan Jayabaya tidak lebih tidak kurang dari Efek Barnum level dewa. Namun, apakah ramalan sepresisi itu—walaupun kenyataannya ramalan itu tidak menyebut tanggal, tetapi ia menyebut deskripsi peristiwa dengan presisi—adalah Efek Barnum?

"Bagaimana ... jika keadaannya seperti ini. Ini hanya asumsiku saja. Raja Jayabaya adalah salah satu dari sekian banyak pemikir seangkatan dengan Plato yang menciptakan karya Republik-nya. Plato dengan gilanya membuat sebuah teori yang dilandaskan dari sebuah probabilitas. Dalam hal ini, ia bermain eksperimen dengan pikirannya. Bagaimana jika ... Raja Jayabaya menggunakan sebuah mode perhitungan probabilitas tidak terhingga untuk membuat ramalan itu, daripada membuat karangan yang terkesan mistis. Ayolah, sebuah kalimat deskripsi seakurat mana yang menceritakan negara ini tunduk di bawah kekuasaan Imperial Jepang selama tiga setengah tahun?" jelas Arjuna.

"Tunggu. Raja Jayabaya menggunakan eksperimen pikiran untuk mengarang semua ramalannya? Mendasarkan pada perhitungan praduga-praduga liar dalam pikirannya?" sanggahku. Arjuna mengangguk.

"Tepat sekali. Walau ramalannya terdengar seperti bualan semata, tetapi bisa saja dia memakai cara berpikir yang cukup ilmiah. Ia punya metode deduksi."

Arjuna telah mencapai suatu taraf kesimpulan. Raja Jayabaya menggunakan eksperimen pikiran untuk membuat semua deskripsi kejadian yang akan terjadi di masa depan. Menggunakan probabilitas tidak terbatas dari serangkaian peristiwa yang sedang terjadi di dunia.

Namun, sungguh tidak dapat diduga, proyeksi sekian ratus tahun lamanya? Bagiku, itu adalah taraf bermain eksperimen pemikiran yang ... hanya seorang titisan dewa yang bisa melakukannya. Bila itu benar adanya, maka Jayabaya kemungkinan besar masuk kandidat calon para pemikir-pemikir yang membentuk dunia baru. Dari Plato hingga Nietzsche, bukan dari Machiavelli.

Rusya membenarkan hal itu dan ia mulai menceritakan kembali kisah usang di masa lalu. Oleh karena orang-orang Nusantara pada saat itu masih terikat dengan mistis yang cukup kuat, sehingga mengatakan bahwa 'teori Jayabaya' disebut sebagai ramalan yang kini dikenal dengan Jangka Jayabaya.

Akan aku ceritakan kisahnya.

Kisah luar biasa yang dituturkan oleh seorang Rusya Annastasya mengenai jati dirinya yang sebenarnya. Mungkin dengan begitu, aku dan semua yang ada di ruangan ini pun akan menangguhkan kecurigaan terhadap Rusya, mengenai perbuatan yang telah ia lakukan.

Kisah mengenai seorang raja. Entah benar atau tidak, tetapi cerita keluarga selalu tidak bisa dipisahkan dengan cerita masa lalu.

*****

Raja Jayabaya merupakan raja dari kerajaan Kediri yang termahsyur. Aku dapat mengatakan secara haqqulyakin, kalau kerajaan Kediri diberkati oleh Dewi Sri, menuju di zaman keemasan pada jaman-jamannya. Bisa dibilang, zaman keemasan yang berupa munculnya ide-ide baru yang tertulis di puluhan kitab yang dirampungkan di era kekuasaannya.

Ada suatu masa ketika Jayabaya telah rampung dengan mahakarya terkenalnya, Jangka Jayabaya. Sebuah mahakarya berisi tentang ramalan dia terhadap dunia di masa depan yang tertulis secara deskriptif. Ramalan yang memutarbalikkan meotde ilmiah berpikir manusia, karena pada ratusan tahun kemudian, ramalan itu terbukti benar adanya. Kalaupun aku boleh mengomentari, Jayabaya adalah satu-satunya peramal yang menggunakan akal dan pikirannya untuk memperhitungkan kejadian yang akan terjadi di dunia.

Bah! Jayabaya kalau begitu sama tingkatannya dengan seorang Plato kalau ramalan itu diketahui memang benar dari pemikiran terdalamnya mengenai sebuah simulasi dunia di masa depan. Namun, bukankah peramal-peramal seperti itu juga membuat simulasi? Bah! Jayabaya adalah peramal yang berpikir dengan baik daripada peramal lainnya. Juga, dia adalah raja, dengan segala kewenangan absolut di telapak tangannya.

Pada suatu ketika ia merasa kalau ilmunya dalam memprediksi kemungkinan peristiwa dunia terlalu mengerikan jika sampai di tangan yang salah. Jayabaya tahu kalau ilmu 'menerawang jauh kedepannya' dapat membuat sejarah yang tidak terduga, seperti hasil yang telah ia ramalkan sebelumnya.

Ia bukannya yakin kalau ilmunya hebat dan sakti mandraguna. Namun, ia mengakui kalau seorang manusia berada dalam titik tertinggi pemikiran, ia akan dapat menciptakan sebuah konstruksi sejarah suatu peradaban. Bahkan sejarah manusia dalam satu kali pemkiran.

Rumor yang mengatakan, kalau dekat-dekat kematiannya, Jayabaya sempat mengumpulkan sekitar sebelas punggawanya yang paling setia untuk diberitahu bahwa ajalnya telah dekat. Jayabaya juga memberi tahu sesuatu kepada mereka yang begitu berharga bagi Jayabaya. Apa lagi kalau bukan ilmunya?

Sebelas punggawa itu langsung khawatir tentang masa depan Kerajaan Kediri ketika Jayabaya telah tiada, tetapi Jayabaya sendiri tampak tidak merasa khawatir dengan masa depan Kerajaan Kediri. Ia hanya khawatir dengan satu hal, metode yang ia gunakan untuk mencapai mahakarya Jangka Jayabaya, tentang bagaimana ia menulis sebuah sejarah 'yang akan terjadi'. Jayabaya tahu konsekuensi, jika ilmu itu jatuh ke tangan 'iblis dunia', yang terjadi menurut anggapannya, 'kiamat' yang ia ramalkan dalam Jangka Jayabaya, akan terjadi lebih cepat.

Maka ia menulis sebuah 'serat tanpa judul' yang terbagi dalam sebelas bagian, berisi tentang metode 'meramal masa depan' yang ia kuasai. Bagian-bagian itu dibagikan kepada sebelas punggawa setianya. Ia mengatakan kepada para sebelas punggawa itu agar menjaga masing-masing serat tersebut dari tangan orang-orang jahat.

Jayabaya mengingatkan kepada Sebelas Punggawa itu agar jangan menyatukan serat tersebut atau sebuah kutukan akan terjadi. Barangsiapa yang menyatukan serat tersebut tanpa dilandasi sebuah landasan kebaikan, kearifan, dan keadilan yang kuat dalam dirinya, maka orang tersebut akan ditelan oleh 'kegelapannya' sendiri. Peringatan akan kutukan itu terus menerus disampaikan hingga akhir hayatnya, dengan tujuan untuk membuat sebelas punggawa tersebut merasa terancam dengan ketakutan seorang Raja Besar terhadap suatu hal besar yang dititipkan pada mereka.

Setelah Jayabaya wafat, Kerajaan Kediri mulai mengalami masa suram. Sebelas punggawa tersebut memutuskan untuk membentuk sebuah perkumpulan persaudaraan yang pada akhirnya diberi nama Kesatria Masa, guna melindungi rahasia Jayabaya dari tangan-tangan orang yang tidak diinginkan. Bertahun-tahun kemudian sejarah mulai terbentuk. Kerajaan Kediri takluk dari Kerajaan Singhasari.

Setelah kekalahan Kediri dari perang dengan Singhasari di Ganter sekitar 1222 Masehi, sebagian punggawa Kesatria Masa mulai ragu dengan masa depan tanah Kediri dan Jawa. Mereka pun mulai mempelajari lebih dalam lagi mengenai serat-serat yang dipisah tersebut, hingga akhirnya mereka menemukan sebuah rahasia, jika serat tersebut disatukan dalam satu kesatuan utuh, dapat mengungkap rahasia 'penciptaan' peristiwa di dunia. Dalam situasi ini, memproseskan sebuah proses. Memproses sebuah peristiwa yang membentuk dunia masa depan.

Seluruh anggota persaudaraan memutuskan untuk mengumpulkan kesebelas serat tersebut dalam satu kesatuan. Mereka menganggap serat tersebut adalah bagaimana Jayabaya mendapatkan ilmu meramalnya yang ternyata dapat menjadi kenyataan dalam 'waktu dan kondisi' tertentu. Namun, mereka teringat dengan kutukan yang diberikan Jayabaya kepada siapa pun yang menyatukan serat-serat itu.

Suatu ketika, Anggota persaudaraan menyadari kalau serat itu menjadi ancaman yang terlalu berbahaya dan lebih baik dimusnahkan agar tidak terjadi malapetaka bagi dunia. Keputusan tersebut tidak serta merta langsung dijatuhkan begitu saja. Pertimbangan seluruh anggota persaudaraan, dengan Jawa yang semakin gonjang-ganjing akan berbagai kerajaan yang mulai melirik Serat Terakhir Jayabaya.

Pada umumnya, semua tanah Jawa hanya mengenal Jangka Jayabaya, tetapi sangat sedikit yang mengetahui 'rahasia' Jayabaya ini. Kalaupun ada, ilmu penerawangan Jayabaya hanya dianggap sebagai wangsit yang turun langsung dari negeri para dewa.

Keputusannya, jika ada sesuatu yang terjadi dengan persaudaraan, di mana pada satu titik, persaudaraan berada dalam ujung tebing kehancuran, serat itu akan dimusnahkan. Lebih baik kekuatan misterius di balik serat itu hilang, daripada dunia kiamat lebih cepat, seperti yang dikatakan Jayabaya.

Hingga pada satu titik, ada satu anggota persaudaraan menganggap bahwa serat yang telah disatukan itu adalah sebuah kekuatan yang tidak terhingga, daripada memercayai sebuah 'kutukan' yang dikatakan Jayabaya. Pada suatu ketika, salah satu anggota persaudaraan Kesatria Masa yang menyimpang itu mengetahui kalau persaudaraan akan mencoba memusnahkan serat tesebut karena posisi mereka sudah terdesak. Lantas, ia pun menyusup masuk ke dalam salah satu rumah punggawa dan mencuri serat yang dijaga.

Ketahuan oleh penjaga rumah, si punggawa penjaga salah satu serat pun bangun dan mendapati si penyeleweng telah mencoba mengambil serat yang ia jaga diam-diam. Terjadi pertarungan di dalam rumah. Si penyeleweng berhasil membunuh punggawa persaudaraan itu dan membawa lari salah satu serat.

Mengetahui jika salah satu anggota persaudaraan mereka mati dan mengetahui pula, bahwa salah satu anggota persaudaraan membelot, para Kesatria Masa meningkatkan pertahanan mereka. Siapa yang menyangka, si pembelot tadi datang bersama beberapa pasukan kerajaan Singhasari ke satu per satu kediaman para Kesatria Masa. Terjadi pertempuran dan pertumpahan darah dalam perebutan serat tersebut. Satu per satu punggawa Kesatria Masa di bunuh dan si penyeleweng membentuk sebuah perkumpulan baru yang disebut sebagai Anak Kuasa.

Diceritakan bahwa ketika Anak Kuasa berhasil merebut semua serat tersebut untuk dipelajarinya, salah satu Kesatria Masa yang masih selamat, pada suatu malam menyusup ke dalam bagian istana, tempat di mana si pembelot persaudaraan menyimpan semua serat tersebut. Ketika ia akan mengambil serat tersebut, ia didapati oleh si pembelot. Kedua orang itu pun saling berebut serat yang telah disatukan dan masing-masing mendapat setengah bagian dari serat itu.

Kesatria Masa terakhir dapat kabur dan keluar dari lingkungan Istana. Diburu seumur hidupnya. Namun, perseteruan antara Kesatria Masa dengan Anak Kuasa baru saja dimulai. Anak Kuasa, mulai mengembangkan persaudaraan mereka sendiri. Persaudaraan Anak Kuasa menyelinapkan anggota mereka ke dalam setiap bentuk pemerintahan. Mereka tidak mencoba netral kepada siapa pun, tetapi 'merangkul' siapa pun. Mereka diam-diam telah menguasai tanah Jawa itu sendiri, kapan pun zamannya.

Karena si Pembelot telah mempelajari setengah dari serat Jayabaya terakhir, maka ilmu 'konstruk berpikir' warisan Jayabaya mulai meresap ke dalam si Pembelot dan para pengikutnya. Dimulailah pembentukkan sejarah dunia ini.

Kau mungkin pernah mendengar cerita Ken Arok dikutuk tujuh turunan oleh Mpu Gandring karena telah melanggar perjanjian. Kisah saling bunuh diantara keturunan Ken Arok yang menjadi kisah berdarah Singhasari hanya sebatas diceritakan dikutuk. Di situlah peran Anak Kuasa dalam membentuk sejarah. Memastikan sesumbar Mpu Gandring sesaat setelah ia ditusuk Ken Arok. Memastikan Tunggul Ametung dibunuh Ken Arok, Ken Arok dibunuh Anusapati, dan Anusapati dibunuh oleh Tohjaya, begitu seterusnya. Kedengaran lebih seperti 'meyakinkan' orang yang akan membunuh orang yang sedang berkuasa.

Sementara itu, satu-satunya Kesatria Masa yang telah melarikan diri pun juga menyusun sebuah rencana. Diam-diam ia membangun persaudaraannya lagi. Membentuk keluarga baru sembari menafsirkan setengah Serat Terakhir Jayabaya—begtu kiranya kita bisa sebut—yang dimilikinya.

Tidakkah disadari, sebagian besar ilmu yang dimiliki Jayabaya adalah bagaimana cara membentuk sebuah peristiwa, sekaligus membentuk akibatnya. Lebih bagaimana mengarahkan sebab menjadi akibat yang diinginkan. Caranya? Apa yang kita ketahui sebagai ide dari hasil berpikir konstruktif, eksperimen pikiran, dan semacamnya.

Katakanlah ketika Kesatria Masa berpapasan dengan rombongan Raden Wijaya yang tengah berada di Hutan di daerah Tarik. Mengusulkan sebuah nama kerajaan bernama Majapahit dan memberitakan bahwa Pasukan Mongol utusan Kubilai Khan menguasai tanah Jawa untuk beberapa saat setelah Jayakatwang berhasil dikalahkan. Secara tidak langsung, Kesatria Masa—yang pada waktu itu hanya ada empat orang, yaitu punggawa terakhir serta ketiga anaknya—menanamkan sebuah ide kepada Raden Wijaya untuk mengibuli pasukan Kubilai Khan dan merebut kesempatan menguasai tanah Jawa.

Tanpa diduga, dengan adanya Kesatria Masa dan Anak Kuasa, malah menjadikan secara 'tidak langsung' sebuah sejarah yang berada dalam satu jalur yang sama, sesuai yang diharapkan Jayabaya. Namun, tidak ada yang mengetahuinya, karena hakikat yang digagas Jayabaya memang begitu. Memang seharusnya serat itu terpisah agar sejarah tetap berada pada jalurnya. Prinsip dua kutub yang saling berlawanan. Jahat dan baik, hitam dan putih, gelap dan terang, Yin dan Yang.

Sayangnya, kedua kubu masih tetap mementingkan eksistensi dan keyakinannya. Satu dengan anggapan untuk menguasai tanah Jawa, bahkan dunia. Satu lagi adalah anggapan bahwa sejarah harus diluruskan sesuai jalurnya. Jangka Jayabaya adalah petunjuk untuk meluruskan jalur sejarah tersebut.

*****

Kami sempat terpana mendengar cerita itu. Arjuna, seperti biasa, ia benar-benar kagum dengan rahasia besar tentang sejarah manusia. Aku haqqulyakin, kalau ia diberi kelonggaran untuk mencari tahu lebih banyak mengenai sejarah di balik sejarah bangsa ini, ia akan dengan senang hati menerimanya.

Septian lebih terlihat seperti pelawak yang baru saja mendengar sebuah kuliah filsafat ilmu dan dasar-dasar logika. Vido tampak tidak begitu berminat dengan urusan cerita masa lalu. Sepertinya ia bahkan tidak ingin tahu, karena Jayabaya tidak ada urusan dengannya dan Vido tidak ada urusan dengan Jayabaya. Simpel.

Aku sendiri kini menapaki sebuah babak baru untuk mengetahui satu hal besar dari Rusya. Sebuah latar belakang sejarah mewarisi seluruh masa dalam membentuk dirinya, menjadi seorang Rusya Annastasya.

"Aku baru ceritakan beberapa hal mengenai diriku. Apa kalian bisa menerimaku?" tanya Rusya pelan. Ia sempat ragu ketika mengatakannya.

"Aku mungkin tidak terlalu tertarik pada kehidupan ketika kalian bertemu dan berteman bersama, tetapi aku akan lebih tertarik dengan segala hal yang kauceritakan. Apa Anak Kuasa juga di balik semua ini?" tanya Arjuna.

"Iya." Rusya mengangguk.

"Sudah kuduga. Aku mungkin bisa memercayaimu, tetapi entah bagaimana yang lain?" Arjuna kemudian melempar pandangan pada aku, Septian, dan Vido.

"Yah ... aku tidak peduli, yang penting kita bisa memulihkan negara ini, supaya aku bisa cepat-cepat pulang ke rumah dan istriahat dengan tenang," timpal Vido.

"Aku mungkin belum sepenuhnya memercayaimu, apa lagi dengan segala penipuan—" Septian berusaha menjelaskan, tetapi disela oleh Arjuna.

"Ia menyembunyikan jati diri—"

"Yah, apalah itu, tapi kau hendaknya tidak menyembunyikan segala hal sampai harus melibatkan orang yang bahkan tidak tahu apa-apa sepertiku dan Rimba. Kalau kaudapat menceritakan alasannya, mungkin aku akan menarik kata-kata soal dirimu sebagai pengkhianat," lanjut Septian.

Rusya kemudian melirik kepadaku. Jujur, aku masih belum begitu memercayai dirinya sepenuhnya kembali. Tetapi apa yang dikatakan Arjuna benar, kalau kami bisa mengetahui akar permasalahan ini bersama, mungkin semua kekacauan ini dapat segera selesai. Seperti kata Vido ketika semua masalah sudah beres, kami mungkin bisa kembali ke rumah dengan tenang, tanpa memikirkan bahwa akan ada masalah besar lainnya.

"Aku akan percaya kepadamu, tetapi kau harus cerita tentang semua hal yang lakukan kepadaku. Semuanya," ujarku.

Detik itu, aku melihat Rusya pada akhirnya bisa tersenyum untuk sejenak. Senyum kelegaan atas kepercayaan yang kembali kepadanya.

"Baiklah, aku akan lanjutkan ceritanya. Dari mana kita akan mulai?"

"Ceritakan pada kami, siapa Thomas Germain Purnama."

*****    

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top