CHAPTER 13
39 Jam setelah kekacauan.
Situasi ini adalah situasi perang. Ketika ada dua pihak yang saling bertempur, ini sudah dinamakan perang. Faktor alat pendukung probabilitas kemenangan, serta koordinasi antar komando menjadi kunci dalam pertempuan kali ini. Situasi yang tidak bersahabat terjadi dalam waktu kurang dari sepuluh jam. Anak Kuasa berhasil menguasai Yogyakarta. Mereka menerapkan hal yang sama, seperti yang mereka berhasil lakukan di Jakarta, 39 jam yang lalu.
Presiden Republik Indonesia—aku tidak tahu apakah sematan republik masih pantas digunakan untuk negara yang baru pulih dari tahun-tahun kelamnya—Karna Prawangsa, yang menjadi presiden terpilih setelah diadakannya referendum beberapa tahun silam, kini kabarnya belum diketahui.
Karna Prawangsa. Merupakan salah satu dari petinggi United Forces of Civitas Academica, bersama Bayu Sutedja, Rama Madryavka, serta Akena Marcella. Akena Marcella yang diketahui menghilang, setelah terjadi kekacauan di berbagai tempat, memilih bergabung dengan Charles Marute. Kini, ia adalah presiden Republik Indonesia, dengan Bayu Sutedja sebagai wakil presiden. Rama Madryavka tewas ketika Tahun Kelabu terjadi, pada saat terjadi perpecahan antara kubu UFCA yang radikal dengan UFCA yang moderat. Rama yang berusaha mendamaikan kedua kubu menjadi korban pembunuhan berencana kaum radikal.
Oke. Sekarang kita akan berpacu dengan waktu, sembari mempertimbangkan apa yang terjadi.
Musuh kami hanya satu. Charles Marute dan antek-anteknya yang bernama Anak Kuasa. Tujuan mereka adalah menguasai negara ini, hingga dari sistem-sistemnya. Mereka berharap, dengan menguasai 'seluruh' aspek negara, mereka dapat mengendalikan negara sesuai dengan keinginan mereka, mencengkeram kuat-kuat kebebasan umat manusia. Sebuah konsep negara yang sudah dapat diprediksi bakal seperti apa. Bahkan, bujang lapuk berotak setengah sengkleh yang mengaku menjelajah waktu saja juga sudah tahu. Distopia.
Anak Kuasa adalah organisasi penyusup yang sangat handal dalam proses penyusupannya. Mereka tidak dapat dikenali sebagai lawan hanya dengan sering bertemu, memiliki ikatan yang kuat, atau berada dalam struktur yang terlindungi sekali pun. Mereka berbahaya, licik, hampir tidak kasat mata.
Setelah intel UFCA—yang tersisa—berhasil mendapatkan data mengenai Anak Kuasa, baru kini dapat diketahui, seperti apakah musuh Indonesia yang sebenarnya. Mereka ... memang selalu selangkah di depan kami, baik UFCA, Kesatria Masa, bahkan bila memungkinkan, Shadow Anonymous. Kami dipecundangi tepat di depan mata, sehingga ketika kami tahu akal bulus mereka, kami hanya bisa mengumpat keras-keras di bawah gorong-gorong persembunyian kami.
Anak Kuasa main dua kaki.
Ada alasan mengapa mereka dapat bertahan, meskipun Thomas Germain Purnama sudah menghancurkan sembilan puluh persen kekuatan mereka saat Pertempuran Besar 2004, di mana Anak Kuasa berhasil diruntuhkan. Pelarian yang kabur membentuk siasat balas dendam yang luar biasa. Mereka main dua kaki.
Gampangnya begini. Untuk organisasi rahasia kuno sekelas Anak Kuasa, jika memihak satu sisi saja tidak cukup, mereka juga akan memihak sisi lainnya secara bersamaan. Mereka tidak akan pernah kalah, selama salah satu dari kedua kubu tersebut memenangkan konflik. Yang paling kelihatan adalah sewaktu Operasi Sapu. Orang-orang yang ada di pemerintahan, sudah pasti disusupi oleh Anak Kuasa, dengan tujuan ... melanggengkan mereka untuk menguasai negara. Bagaimana yang berseberangan? UFCA juga banyak disusupi agen Anak Kuasa, tujuan mereka? Serupa, menguasai negara dengan 'cara' yang dilakukan UFCA pada waktu itu.
Ketika UFCA memenangkan pertempuran dan menggulingkan kekuasaan, Anak Kuasa menjalankan skenario mereka berikutnya. Peristiwa Tahun Kelabu adalah prestasi gemilang Anak Kuasa menjalankan misi mereka. Berusaha melakukan serangkaian aksi 'atas nama balas dendam rakyat', menuju pada perpecahan di kubu UFCA itu sendiri. Beruntung pada waktu itu, Shadow Anonymous yang masih dikomando Vido, berhasil mencabuti satu per satu dalang di balik peristiwa itu.
Kini, mereka—Anak Kuasa—bermain dengan cara yang lebih sporadis. Setelah Operasi Sapu gagal, setelah Vido berhasil mengenyahkan Anak Kuasa—walau tidak semuanya—dari pemerintahan, Anak Kuasa bermain lebih dalam lagi. Pemimpin kelompok mereka yang menyusup langsung ke Shadow Anonymous, membuat sebuah rencana yang matang. Menjebak kami di gedung Istana Negara, dengan cepat mengetahui rahasia dari ponsel sakti, hingga menyebabkan kekacauan yang sangat terstruktur, hanya dalam waktu 39 jam.
Rusya, yang entah apa motifnya, membonceng Charles dan Anak Kuasa, bergabung dengan mereka. Rusya tidak memikirkan mengenai organisasi kuno yang ditinggalkannya, Kesatria Masa. Kami tidak mengetahui motifnya. Ada tiga kemungkinan besar. Pertama, dia meninggalkan persaudaraan Kesatria Masa, bergabung dengan Anak Kuasa untuk merebut ponsel sakti yang berisi data terintegrasi Serat Terakhir Jayabaya. Kedua, dia agen ganda untuk Kesatria Masa, seperti yang dilakukan Charles ketika menyusup Shadow Anonymous. Ketiga, dia sengaja bergabung ... untuk mendapatkan ponsel tersebut, sendirian. Ketiga-tiganya mungkin. Aku tidak dapat menghabisinya sembarangan, karena motif Rusya, sama sekali tersembunyi.
Empat puluh jam setelah kekacauan.
Metode yang digunakan Anak Kuasa untuk menguasai Yogyakarta cukup mudah. Sama seperti yang dilakukan ketika mereka membuat kekacauan di Jakarta. Pertama, mereka akan melakukan beberapa peristiwa kekacauan, seperti bom meledak, penembakkan, atau pembakaran tempat-tempat tertentu secara serempak. Satuan keamanan yang bersiaga, mau tidak-mau harus menyebar untuk meredam ketegangan. Kemudian, saat itulah Charles beraksi.
Yang kami khawatirkan hanyalah sistem yang bekerja pada ponsel yang dipegang Charles. Charles mematikan seluruh sistem keamanan beberapa lapas, mengorganisasikan para pelarian untuk menyebar kekacauan hampir secara simultan dan sporadis. Charles dapat membajak saluran komunikasi satuan polisi yang sedang bertugas, sehingga ia tahu seluruh mobilisasi polisi. Charles dapat membajak kontrol pesawat terbang atau helikopter—bahkan kapal laut kalau ia mau—yang tengah melintas. Ia sudah setingkat mendekati seorang dewa. Megalomaniak sepertinya, susah untuk diatasi satu negara.
Dua dari tiga anak buah—itu jika Rusya terhitung—Charles telah tewas di tangan kami. Berarti, Charles kini akan bergantung pada seorang Rusya, yang notabene adalah seorang pemimpin persaudaraan. Satu cecunguk sialan pemimpin kelompok persaudaraan kuno saja sudah merepotkan. Bagaimana dengan dua? Bukankah itu suatu hal yang jauh lebih mengerikan? Dunia hancur? Itu mungkin saja terjadi.
Menyerbu Yogyakarta tanpa persiapan serius dapat mengakibatkan lebih banyak jatuhnya korban. Jakarta telah lumpuh, sedang mengalami masa-masa pemulihan setelah serangkaian aksi teror brutal yang terjadi. Sekarang kami mengetahui trik licik musuh. Tidak akan dibiarkan begitu saja bukan, terjebak untuk kali kedua di lubang yang sama?
Empat puluh jam setelah kekacauan.
Vido Immadudin telah merencanakan semuanya, kalau-kalau sesuatu yang buruk telah terjadi. Seperti yang dikatakannya di pesan suara yang dikirim ke ponsel milik Arjuna, ia telah menonaktifkan sistem hubungan langsung dengan satelit. Satu-satunya cara mengganti otorisasi satelit-relying itu, hanya dengan membuka kunci. Kunci terakhir sekarang berada di tangan Presiden. Selalu di tangan presiden. Sayangnya, beliau kini tengah terjebak di Yogyakarta. Kemungkinan besar, Charles Marute dan antek-anteknya telah menangkap dan berusaha menginterogasi untuk kunci tersebut. Namun, bukan berarti presiden hanya membiarkan kunci itu begitu saja. Kami tidak berpacu lagi dengan waktu, tetapi berpacu dengan seberapa kuat Karna Prawangsa menahan agar ia tidak memberikan kunci terakhir kepada Charles.
Laporan intel juga mengatakan bahwa keraton telah dikuasai oleh pemberontak. Keluarga Kesultanan Yogyakarta kini sedang dalam status sebagai tahanan mereka di dalam keraton. Tengah hari, Anak Kuasa telah menguasai kota Yogyakarta, yang itu berarti, kini kota tersebut adalah basis pertahanan dari Anak Kuasa. Hal itu wajar, karena mereka tidak dapat menguasai medan pertempuran Jakarta. Prioritas ibu kota tentu saja diutamakan. Mereka—Anak Kuasa—menunggu waktu yang tepat, mengeluarkan presiden dari ibu kota, lalu menangkapnya di suatu tempat. Bisa jadi. Yogyakarta diincar, karena presiden kebetulan sedang dipindahkan ke sana.
Mereka telah bermain begitu cantiknya. Sekarang, giliran kami.
*****
Ini bukan soal kekuatan yang mahadahsyat. Ini soal bagaimana kekuatan itu sendiri. Sistem terpusat yang ada dalam ponsel sakti milik Vido—buatan Thomas Germain—itu sejatinya hanyalah sebuah ponsel biasa. Kalau itu adalah ponsel yang dimiliki para dewa, tentu kami akan keluar dengan mudah dalam waktu sehari, sewaktu kami terkurung di dalam Gedung Rektorat universitas kami beberapa tahun silam.
Pada hakikatnya, ponsel sakti adalah ponsel. Telepon nirkabel yang memanfaatkan sambungan satelit komunikasi. Setidaknya ada dua hal yang memungkinkan ponsel tersebut menjadi sakti. Pertama, akses langsung ke satelit komunikasi. Sistem itu telah diblokir oleh Vido, sebagai sistem keamanan jika ponsel itu tidak ada dalam genggamannya. Praktis, Charles tidak bisa masuk dengan mudah ke dalam database negara.
Kedua, ponsel tersebut memiliki akses dengan saluran komunikasi, melalui perantara perangkat penghubung. Sejauh ini, Charles dapat meretas sistem komunikasi radio apa pun. Ia mengendalikan perangkat yang terhubung dengan sistem kendali kontrol seperti drone, helikopter, pesawat, kapal, bahkan roket. Ia dapat masuk ke jaringan data yang terhubung dengan internet.
Mendekati Charles lalu menghancurkan ponselnya adalah sesuatu yang sulit dilakukan, tanpa persiapan matang. Jadi, rencana dari orang-orang yang gila ini cukup mudah. Bila kita tidak bisa menebas kepalanya, maka cukup preteli saluran vital yang membawa hal-hal penting ke otak.
Permainan dimulai.
Persiapan operasi perebutan kota Yogyakarta dimulai pada sore hari. Seluruh elemen tengah bergerak. Pasukan gabungan—TNI, Polri, dan UFCA—tengah dikerahkan untuk mengepung kota Yogya dengan jarak delapan kilometer dari batas kota. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kami berpacu dengan orang-orang yang berada di dalam kota itu sendiri.
Sebagai permulaan, orang-orang Shadow Anonymous bersama dengan UFCA basis kota Yogyakarta melakukan gerilya dari balik bayang-bayang. Mereka menyelundupkan senjata ke dalam kota, menawarkannya kepada beberapa masyarakat yang bisa diajak bekerja sama, lalu membuat sebuah tindakan menusuk dari dalam.
Untuk setiap orang-orang pemberontak yang memegang senjata, mereka ditembak dari balik tembok, dari dalam apartemen, atau dari balik etalase toko. Satu tembakan satu orang. Orang-orang kami tidak menyerang dalam tim, tetapi perorangan. Setiap ada personel pemberontak yang mendekat di area jangkauan mereka, mereka akan menembak, lalu kabur mencari titik persembunyian lain. Tentu pemberontak akan kebingungan dengan makin banyak jatuhnya korban, sedangkan mereka sendiri kebingungan mencari siapa pelaku penembakan.
Sementara itu, kami melakukan rencana bertahap untuk 'menyingkirkan' sementara 'kemahakuasaan' ponsel sakti. Pertama, adalah mematikan setidaknya tiga pembangkit listrik yang menopang kebutuhan listrik kota Yogyakarta. Dengan situasi pemadaman total, beberapa alat elektronik tidak akan dapat digunakan, dalam hal ini, modul pemancar komunikasi.
Memadamkan sumber listrik tidak akan banyak membantu. Kami melanjutkan ke tahap berikutnya. Kami telah memetakan beberapa BTS yang tersebar di daerah yang kiranya terjangkau oleh ponsel sakti yang kini dipegang Charles, lalu menyabotase modulnya. sehingga tidak dapat digunakan untuk menerima sinyal. Beberapa BTS terkadang memiliki sistem penyimpanan sumber daya cadangan, sehingga, mau tidak mau kami harus menonaktifkannya secara paksa. Meledakkannya. Bila tidak ada menara transmisi yang tersambung dengan ponsel sakti, setidaknya tidak ada yang dikhawatirkan.
Tahap terakhir adalah memasang beberapa pengacak sinyal, menyebar di seluruh kota, agar tidak ada sinyal komunikasi yang berlalu-lalang. Ponsel sakti tidak akan dapat digunakan dengan baik, meretas komunikasi, atau masuk jaringan internet. Dengan begitu, ponsel itu akan tetap menjadi ponsel biasa. Ini adalah operasi yang cukup berisiko. Dibutuhkan timing yang tepat untuk bergerak secara teratur. Semua komunikasi radio atau radar tidak akan berfungsi di area ini, yang berarti, perang yang akan terjadi sebentar lagi, hanya bergantung pada insting untuk bertahan hidup. Membunuh atau dibunuh, hal yang paling dasar, ketika alat penunjang tidak bisa diandalkan.
Persiapan selesai.
Operasi persiapan selesai menjelang subuh. Seluruh peleton telah bersiap di posisi masing-masing untuk menyerang. Serangan akan dimulai jam lima pagi. Keadaan di mana kota Yogyakarta tiba-tiba terkepung oleh begitu banyak pasukan gabungan, membuat serangan fajar berhasil dengan sukses. Tidak dapat digunakannya ponsel sakti dengan benar, keterbatasan komunikasi, serta kesiapan yang kurang, membuat orang-orang Anak Kuasa kelabakan begitu melihat beberapa pasukan—baik TNI atau UFCA—menyerbu kota dari segala penjuru.
Taktik yang digunakan sedikit rumit, memerlukan koordinasi dan timing yang tepat. Taktik yang hanya dapat dilakukan oleh tentara atau milisi yang terlatih. Kekuatan penyerangan utama terbagi menjadi 72 kelompok, dibagi berdasarkan daerah yang akan mereka kuasai atau amankan. Setiap kelompok beranggotakan sepuluh hingga lima belas orang. Setiap kelompok diharuskan untuk membersihkan area yang menjadi tanggung jawab mereka dari para pemberontak atau orang-orang Anak Kuasa.
Kami menggunakan tanda suar untuk kode operasi. Ketika mereka sudah menyelesaikan tugas dan mengamankan area, kelompok yang bersangkutan akan menembakkan suar hijau. Ketika mereka sedang terdesak dan membutuhkan bantuan, mereka menggunakan suar merah. Suar hitam digunakan ketika mereka gagal menguasai daerah dan akan digantikan oleh kelompok terdekat. Yang terakhir, yaitu suar kuning, ketika mereka meninggalkan area untuk membantu kelompok yang menembakkan suar merah atau hitam, sehingga posisi mereka akan digantikan kelompok backup.
Operasi penyerbuan dimulai pukul lima pagi, ketika fajar telah mewarnai kaki langit. 72 tim utama dikerahkan. Hingga jam menunjukkan pukul sebelas siang, penyerbuan berlangsung dalam kontrol yang kami inginkan. Tidak ada intervensi dari alat ponsel sakti sampai sekarang. Penyerbuan dalam jumlah besar, penyerbuan dalam area yang besar, terus menerus sampai musuh terdesak dan menampakkan diri mereka. Saat itulah suar berwarna ungu ditembakkan. Barusan terlihat di arah timur.
Charles Marute ditemukan. Itu berarti, sekarang tergantung kami. Sebuah kelompok khusus yang ditugaskan untuk meringkus orang itu.
*****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top