Nostaletter
Mr. Love Queen's choice "beserta seluruh karaternya adalah milik" © Papergames/Elex.
Warning : Flower shop AU! Alternatif Reality. Mengambil sebagian scene dari Campus Date.
Alur cerita terinspirasi dari fanfik berjudul ©️ flos anima karya himmedelweis (FFN)
Karakter utama dalam fanfik ini adalah Gavin dan MC. (Peony adalah nama MC, diambil dari Id-name penulis di game)
Dedicated for Project Swanscollab : City © Swanrovstte_11.
No commercial profit taken.
.
.
.
Loveland, Musim Semi di tahun 2023
Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam saat Gavin tiba di rumah. Pemuda itu berhenti di depan pintu ketika ponselnya mendadak berdering. Dia memeriksa ponselnya dan mendapati sebuah pesan singkat.
From: Peony
"Gavin, apa suratku sudah sampai padamu?"
Gavin termenung sejenak. Surat apa yang gadis itu maksud? Sejak kemarin sampai hari ini tak ada satu pun surat yang dia terima. Gavin segera memeriksa kotak pesan di samping pagar rumah. Di dalam kotak itu ada sebuah amplop berwarna merah muda, Gavin langsung mengambilnya lalu mengetik balasan pesan untuk Peony.
To: Peony
"Iya, aku baru menerimanya."
Gavin melepas stempel serta dua tangkai bunga yang menyegel amplop itu dengan hati-hati. Harum aroma bunga menguar dari dalam amplop. Itu adalah surat pertama yang dia terima dari seseorang. Gavin bertanya-tanya apa yang menginspirasi Peony untuk mengirim surat melalui kantor pos saat kemajuan teknologi sudah berkembang pesat. Bukankah mengirim pesan lewat surel atau aplikasi chatting lebih efisien? Tanpa sengaja, hal itu membawanya kembali pada kenangan masa SMA. Gavin pernah mengirim surat kepada gadis itu. Namun, karena kesalahpahaman, Peony tak pernah membalas suratnya. Tak mau memikirkan lagi. Gavin membuka lipatan surat, dan membacanya dengan serius.
Untuk, Gavin.
Loveland, 16 Maret 2023
Ketika kamu membaca surat ini. Aku sedang memandang kebun bunga lili dari balik jendela kamarku. Kelopak bunga sewarna salju itu berpadu indah dengan langit malam bertabur gemerlap kartika.
Mungkin kamu merasa bingung mengapa aku mendadak mengirimkan surat dengan tulisan tangan seperti ini, bukan?
Kalau begitu, akan kuceritakan satu rahasia padamu.
Ketika aku merindukan seseorang, aku akan menuliskan perasaanku ke dalam sebuah buku. Aku terbiasa melakukannya karena aku terlalu malu untuk mengatakan secara langsung. Hingga aku pun menyadari bahwa menyimpannya sendiri tidak akan membuat perasaanku menjadi lebih ringan. Pun tidak juga membuat rasa rindunya mereda.
Maka dari itu, aku memutuskan untuk menuliskannya dalam bentuk surat.
Ada banyak hal yang mengingatkanku kepadamu.
Kebun bunga lili putih di samping rumahku.
Angin yang bertiup lembut seolah sedang menyapaku.
Pohon ginkgo yang tumbuh di sepanjang jalan menuju toko bungaku.
Mengingatmu adalah caraku untuk dapat merasakan kehadiranmu.
Sampai pada baris ini, kuyakin kamu sudah mengerti makna pesan yang kusampaikan. Namun, aku ingin mengatakan sekali lagi bahwa aku merindukanmu.
Kamu tidak perlu merasa terbebani karena aku hanya memberitahumu. Bukan menuntutmu untuk segera hadir menemuiku ataupun membuat janji temu.
.
Ketika aku menulis surat ini. Aku mendengar para penduduk berbincang tentang perayaan hari ulang tahun kota. Bicara tentang hari ulang tahun kota. Aku ingin bercerita tentang tempat paling berkesan bagiku. Semua tempat itu berada di kota ini. Foto tempat beserta cerita singkat telah aku lampirkan bersama surat ini. Kamu bisa memeriksanya di dalam amplop.
Kemudian aku ingin bertanya, Apa tempat favoritmu di kota ini?
Kamu tidak harus membalasnya sekarang. Kamu bisa menceritakannya kapan saja, jika kamu sudah memiliki waktu luang.
Terima kasih atas kerja kerasmu dalam melindungi kota ini.
Aku tidak akan bosan mengatakan, jika aku bangga denganmu.
Terakhir, semoga kamu selalu sehat. Jaga dirimu, istirahat yang cukup serta jangan memaksakan diri. Karena bagiku, bahagia adalah ketika aku dapat melihatmu hidup dengan baik.
Sincerely,
Peony.
Gavin menutup suratnya. Sepanjang membaca surat itu, dapat dia rasakan kehangatan yang memeluknya. Kata-kata dalam surat itu terasa begitu tulus, menyentuh seluruh sudut hatinya.
XXX
Ada dua foto di dalam amplop merah muda. Foto pertama adalah jalan raya di depan gedung SMA Loveland.
Di bagian belakang foto, tertempel catatan yang ditulis dengan tinta berwarna biru.
"Suatu hari di tahun pertama masa SMA. Aku sedang menolong seekor kucing di pinggir jalan. Kucing itu tampak kedinginan karena terkena gerimis. Aku pun menyelimutinya dengan sapu tangan milikku. Saat aku menatap ke arah lain, aku melihatmu sedang memperhatikanku dari kejauhan. Itu adalah pertemuan pertama kita.
Hujan yang semula gerimis mendadak menjadi deras. Udara dingin terasa menyentuh kulit, aku refleks merapatkan kedua tanganku di sekitar bahu.
Tak lama, terdengar suara langkah kaki berlari menghampiriku. Suara hujan masih terdengar jelas, tapi tetesan air tak lagi terasa mengenai tubuhku. Aku spontan mendongak. Kamu melindungiku dari terpaan air hujan dengan jaketmu. Lalu kita berlari, menerobos hujan bersama."
Gavin tersenyum tipis. Dia mensyukuri keputusannya di masa lalu yang memilih menolong gadis itu. Dia menaruh foto pertama di meja lalu mengambil foto kedua.
Foto kedua adalah Universitas Loveland.
Sama seperti foto pertama. Bagian belakang foto kedua juga tertempel catatan.
"Aku tidak menyangka akan bertemu lagi denganmu di hari kelulusan. Hari itu semuanya begitu kacau, momen yang seharusnya dapat dilewati dengan penuh haru dan rasa bangga harus diakhiri dengan suatu peristiwa mengerikan. Aku merasa traumatis setiap kali mengingatnya.
Orang-orang itu—entah dari mana datangnya dan apa tujuannya—menculikku. Mereka membawaku ke halaman kosong di lantai sepuluh gedung universitas. Mereka mengancam akan menjatuhkanku jika aku tidak mau diam. Saat itu, aku tidak tahu harus melakukan apa untuk menyelamatkan diri. Mereka mengikat kedua tangan serta kakiku.
Harapan begitu jauh untuk digapai, seolah tak ada lagi pertolongan. Aku memejamkan mata, jantungku seperti nyaris meledak ketika mereka menyeretku ke ujung pembatas gedung. Mungkin mereka sedang menghitung mundur, untuk benar-benar menjatuhkanku. Aku tak mau membayangkan betapa sakitnya jatuh dari ketinggian. Karena untuk sekadar bernapas pun rasanya begitu sulit.
Aku tidak tahu kenapa angin tiba-tiba bertiup dengan sangat kencang. Yang terdengar selanjutnya adalah suara teriakan dari para penjahat yang menculikku. Aku mengerjapkan mata dengan perlahan, kutolehkan kepala ke belakang, lalu betapa terkejutnya aku ketika melihat para penjahat itu sudah tergeletak tak sadarkan diri. Mungkinkah akibat angin kencang tadi?
"Apa kamu baik-baik saja?"
Kemudian suaramu yang bertanya dengan lembut, berhasil menyadarkanku. Aku balik menatapmu, entah kenapa wajahmu terasa tidak asing bagiku. Rambut dan warna matamu mengingatkanku pada seorang pemuda yang pernah menolongku di tengah hujan. Waktu aku masih menjadi siswi tahun pertama di SMA Loveland.
"Tenang saja." Kamu menepuk pelan kepalaku. "Penjahatnya sudah ditangkap," ujarmu tersenyum hangat.
Aku melihat lencana STF—kepanjangan dari Special Task Force, suatu organisasi keamanan negara yang beranggotakan orang-orang berkekuatan super atau yang biasa disebut evolver. Mereka bertugas untuk menangkap para penjahat, menangani kasus kriminal serta menjaga keamanan kota—yang tersemat di jaketmu.
Ternyata, kamulah orang yang telah menyelamatkanku."
Tanpa sadar Gavin menggelengkan kepala. Gadis itu tak pernah tahu bahwa suatu hari di masa lalu. Peristiwa serupa juga pernah terjadi pada Gavin di kota yang sama, tapi di tempat yang berbeda.
XXX
Loveland, Musim Gugur di tahun 2016
Tujuh tahun yang lalu, di atap gedung sekolah SMA Loveland.
"Semua orang takut membuatnya tersinggung. Jika Bos tidak memberinya pelajaran, dia tidak akan sadar," komentar seorang siswa.
Gavin membuka matanya perlahan, menyeka darah dari wajahnya, dan berusaha berdiri tegak. Suara tawa mencemooh berputar memenuhi telinganya. Wajah-wajah para pemuda itu menjadi buram dalam penglihatannya.
Seorang pemuda menunjuk ujung sepatunya. "Kemarilah dan cium sepatuku, maka aku akan mengampunimu," tawarnya.
Gavin bergegas ke arah pemimpin preman dan menendangnya ke tepi atap. Siswa lain sontak terkejut, mereka pun berlari menghampiri pemimpin mereka untuk membantunya berdiri.
"Boss … Apa kita benar-benar akan melawannya?" Melihat ekspresi dingin di wajah Gavin, tidak ada yang berani mendekatinya. "Mungkin kita bisa membicarakan ini secara baik-baik dengannya," kata seorang siswa mengajukan negosiasi.
Pemimpin preman berseru murka. "Dasar bodoh! Dia hanya sendirian! Sedangkan kita bersama-sama, kita bahkan membawa pisau!"
Gavin pikir dia telah menghabiskan seluruh kekuatannya untuk mengalahkan sebagian besar dari mereka, tapi rasanya sangat mustahil untuk memenangkan pertarungan ini sendirian.
Pemimpin preman itu menendang Gavin dan menjatuhkannya dari atap. Merasakan dirinya jatuh dengan cepat, Gavin mengulurkan tangan, mencoba meraih sesuatu yang dapat menyelamatkan hidupnya.
Samar-samar terdengar melodi piano yang mengalun dengan tempo berat dan cepat. Ketika Gavin terjun bebas di udara. Dia mengepalkan tangannya, jauh di dalam dirinya, ada kekuatan yang perlahan mulai bangkit.
Di antara helaian daun ginkgo yang berterbangan tertiup angin musim gugur. Gavin bisa merasakan dirinya serta pikirannya menyatu dengan angin, terbang mengangkasa di udara.
Itu adalah kebahagiaan atas kelahiran kembali, akhir dari kegelapan dan terbitnya cahaya. Bersama melodi piano, terdengar suara merdu nyanyian gadis itu.
Sepasang mata cokelat sang gadis, berbinar seperti bintang, dia tampak terkesima melihat daun gingko yang berguguran di luar jendela. Jari-jarinya menari memainkan tuts piano, mencoba beresonansi dengan angin. Nada-nada piano yang dimainkan gadis itu, menyentuh seluruh bagian hati Gavin.
Dia adalah seorang gadis yang tulus dengan jiwa yang teguh.
Dari balik jendela kaca, Gavin menatap gadis itu dalam diam. Barangkali, gadis itu tidak akan pernah tahu jika permainan pianonya telah menyelamatkan seorang pemuda dari kematian. Barangkali gadis itu tidak pernah tahu, jika dia telah membangkitkan kekuatan di dalam diri orang lain.
Sejak hari itu, Gavin telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan melindungi gadis itu selama sisa hidupnya.
FIN!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top