Chapter 18
Ada beberapa hal yang bisa dipetik Sam sebagai pelajaran setelah 'insiden ciuman' dengan Bill di pagi buta.
Satu. Jangan pernah membiarkan tugasmu tergeletak terlupakan begitu saja di atas meja belajar, padahal kau sudah setengah menyelesaikannya (Mr. Bliss pasti bakal memberi isyarat akan memberi huruf 'E' di kolom nilai Sam, tapi berkat reputasinya sebagai peraih-peringkat-pertama-jumlah-nilai-tertinggi-seangkatan yang diperolehnya saat ujian tengah semester lalu, Sam harap guru Bahasa Inggrisnya itu bakal mau pikir-pikir lagi).
Dua. Jangan pernah membayangkan brokoli selagi kau ciuman (Sam jadi paranoid tiap melihat brokoli di acara masak televisi sepanjang sarapan dan menolak menghabiskan telur dadarnya begitu menyadari ada brokoli cincang di dalamnya).
Tiga. Jangan pernah menelepon teman cewekmu yang nggak peka pukul enam pagi dan bertanya apa artinya bila seorang gay menciummu dan kau tidak menolaknya ("Ih, baca di mana sih? Kiriman surat pembaca Teen Vogue? Cewek itu pasti sudah putus asa banget." komentar Hillary mengantuk).
Empat. Jangan pernah terus-terusan memikirkan ciumanmu saat sedang mengayuh sepeda (Sam lagi-lagi nyaris menggilas seekor kucing dalam perjalanannya ke sekolah).
Sam berharap setengah mati agar dia bisa membenci Bill. Masalahnya, dia tidak bisa. Seberapapun dia berusaha, otaknya seolah telah memprogram bahwa cowok itu adalah satu-satunya hal dalam hidup Sam yang tidak bisa dibenci. Sam tidak bisa membenci Bill, betapapun cowok itu telah memporak-porandakan hidupnya, membuatnya mendadak terkena insomnia, memperparah ketidakjelasan hubungan pertemanan yang selama ini telah dijalinnya, dan memaksa Sam untuk kembali menumbuhkan harapan yang sudah lama dia ingin kubur. Hanya dengan sebuah ciuman.
Sam juga sepertinya nyaris kehilangan akal sehatnya, karena setelah memarkir sepedanya dengan asal-asalan di parkiran Dartville Selasa pagi itu, dia berjalan menuju telepon umum, memasukkan uang receh, menekan nomor-nomor, dan mendengar suara mengantuk Lance menyahut dari seberang.
Dari sekian banyak kemungkinan—tidak banyak-banyak amat sih—dia memilih untuk menghubungi Lance. Pukul setengah delapan pagi. Dan memaksanya mendengarkan cerita lengkap mengenai Bill, pagi buta, kerikil, dan ciuman.
Selama nyaris semenit penuh Lance tidak mengatakan apa-apa, sehingga Sam harus bulak-balik merogoh recehan dari kantongnya. Awalnya Sam mengira cowok itu akan berteriak, menarik napas kaget, nyerocos tak keruan yang berhubungan dengan teori-psikologis, atau lebih parahnya, menertawainya.
Namun, setelah hampir satu menit diam, dia bertanya dengan nada paling tenang yang bisa Sam harapkan darinya, "Apa kau membencinya Sam?"
Sam memasukkan recehan berikutnya, "Aku nggak bisa. Dan itu menyiksa."
Lance bergumam, "Apa ini membuatmu jadi... semakin menyukainya?"
Entah kenapa pertanyaan Lance kembali membuatnya terbayang brokoli. Hanya masalah brokoli ini yang tidak Sam ceritakan pada Lance.
"Aku nggak bisa memastikan."
"Hm..." gumam Lance lagi, "Aku lebih suka membicarakan ini secara langsung. Aku punya beberapa pendapat...tut tut...carakan besok so...tut tut..."
"Sial, aku kehabisan recehan." Sam berkata cepat-cepat, "Kuhubungi kau lagi nanti!"
Lalu sambungan terputus. Sam meletakkan gagang telepon dengan berat.
Syukurlah Sam punya sedikit pengalih perhatian siang harinya. Sam tidak kepikiran sebelumnya karena kelas pertama dan keduanya berbeda dengan Colin. Oleh karena itu dia baru menyadari bahwa cowok itu tidak nampak batang hidungnya di pelajaran ketiga dan seterusnya. Dia lagi-lagi membuat Sam terheran-heran. Kemarin dia masuk. Hari ini dia bolos lagi. Sam pikir cowok itu sudah berhasil melewati 'masa kritis'nya, ternyata tidak demikian.
Sam jadi kasihan dengan Michelle. Malam harinya, sekitar pukul sembilan, Sam menghubungi wanita itu dan menanyakan Colin, namun tidak bilang bahwa Colin tidak masuk lagi hari ini. Cowok itu seharusnya berterima kasih pada Sam atas perbuatannya ini.
"Colin menginap di rumah Dirk, Sam. Dia bilang proyek yang tengah dikerjakannya memakan energi dan waktu, sementara dia harus terus bekerja berpartner. Karena itu dia memilih menginap saja." kata Michelle.
"Oh." Sam berpura-pura kedengaran maklum.
"Tapi aku akan menghubunginya dan menyuruhnya meneleponmu nanti."
"Terima kasih banyak, tapi saya rasa Anda nggak perlu meneleponnya. Saya juga, eh... agak sibuk dengan proyek ini. Kalau begitu selamat malam, Michelle."
"Bonsoir, ma chéri. Semoga sukses dengan proyekmu." katanya lembut.
Sam kemudian menutup teleponnya, merasa agak bersalah.
Tapi Sam jadi bertanya-tanya sendiri mengapa dia merasakan secuil kekecewaan ketika mendapati bahwa yang kemudian meneleponnya kira-kira pukul sebelas malam bukanlah Colin.
"Halo, Sammy."suara khas itu menyapa.
"Hai, Bill." sulit sekali membuat suaranya terdengar datar dan normal.
Awalnya Sam ngeri cowok itu akan bertanya, 'Apa kau masih kepikiran ciuman waktu itu?' namun segera menyadari bahwa itu konyol. Makanya Sam luar biasa lega ketika Bill ternyata hanya mengatakan, "Apa kau tahu The Zoner bakal manggung di Arizona minggu depan?"
Seperti tidak terjadi apa-apa.
"Nggak." jawab Sam, dalam hati menggerutu bagaimana mungkin dia bisa mengetahui perkembangan terakhir dunia musik dan band kalau belakangan ini saja dia sudah disibukkan dengan 'ini-itu' dalam hidupnya.
"Kau mau nonton denganku?" ajak Bill.
Seolah tidak ada yang terjadi saja.
"Eh, bagaimana ya, aku nggak mempersiapkan diri dan celenganku nggak bisa diharapkan..."
"Aku yang traktir. Anggap saja syukuran atas debut Memaze."
Whoa.
"Dompetmu nggak jebol tuh?"
Bill terkekeh. Suara tawanya seringan dan se-menyenangkan biasanya. Sam kaget Bill masih bisa kedengaran sesantai ini setelah... tahulah.
"Aku nggak semiskin itu, tahu."
Sam mengakhiri perbincangannya dengan Bill lima belas menit kemudian, rekor tersingkat mereka, setelah Sam akhirnya menyetujui ajakan Bill untuk pergi nonton.
Sam tidak tahu apakah dia melangkah menuju kamarnya dengan hati yang dipenuhi bunga-bunga atau tidak. Segala sesuatu yang menyangkut Bill sekarang ini hanya berujung pada kebingungan semata.
❧
---
Maaf chapter ini singkat ><
Leave vomments!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top