Circle Galon

|| Halo halo, gaes. Akhirnya pecah telor nih cerita perdana aku di wattpad. Tolong keikhlasannya buat follow dulu sebelum baca, ya! Jangan lupa vote dan comment, biar aku semangat lanjutin di sini. Jangan sampe pindah lapak. Ramein, please! Mwehehe. ||

•••

"Semua laki-laki sama aja!" pekik Risty, berhasil mencuri perhatian seisi ruangan. Terutama para laki-laki yang tiba-tiba saja merasa disudutkan.

"Ris, volume, Ris! Volume. Allahuakbar," sahut Kezia tak terima akibat dari perbuatan kawannya tersebut.

Semua mata benar-benar memandang murka ke arah mereka.

"Tau ih, Risty. Ngapa pake teriak-teriak, deh!" imbuh Anna sembari menutupi sebagian wajahnya dengan tangan.

"Tapi gue setuju, sih. Semua cowok emang sama aja. Buaya!" dukung Prita dengan suara tak kalah nyaring.

"Woy! Mbak, kalau patah hati nggak usah ngejelek-jelekin semua cowok!" teriak seseorang di sudut ruangan, merasa tak terima.

"Apa urusan lo? Dasar laki-laki! Beraninya lawan perempuan di tempat ramai gini," lawan Risty lagi, berdiri sembari menggebrak mejanya dan memandang galak ke arah si lelaki.

"Astagfirullahaladzim. Risty. Sadar lo sadar. Laillahaillallaaaah." Kezia terus merapalkan zikir sembari berusaha menenangkan Risty.

"Udah-udah, ayo bubar aja. Sebelum diusir atau malah digebukin sama semua orang di kafe ini!" usul Anna berdiri, lalu menarik satu persatu kawannya untuk ikut berdiri dan beranjak.

Kezia menarik napas pendek, "Lah? Ta-tapi, Na, makanan gue belom a-"

"Udah deh, nggak usah ngeyel. Lo liat tuh semua orang udah ngeliatin kita. Lo mau bikin masalah di sini?" sela Anna, tak peduli pada semangkuk mi instan yang masih penuh di hadapan Kezia.

Mau tak mau keempat kawan itu segera beranjak dari meja makan.

Anna masih merangkul Risty, menenangkannya yang masih berusaha mencari keributan dengan semua orang, terutama setiap laki-laki yang mereka temui saat itu.

Kezia, dengan tatapan sedih harus berpisah dengan mi instan pesanannya yang bahkan masih mengepulkan asap ke udara.

"Udah ikhlasin aja, Ja," ujar Prita sembari menepuk bahu kanan Kezia, menguatkannya.

Tak berapa lama, keempatnya telah sampai di sebuah indekos yang sama. Rumah kos dengan gerbang tinggi kokoh berwarna putih tulang. Di tengah-tengahnya terdapat tulisan "Kos Merpati Bu Endang (Masih ada kamar kosong)"

Hanya butuh berjalan kaki kurang dari 70 meter dari kafe tempat kejadian perkara sampai ke kos Merpati.

Keempatnya secara bergantian memasuki pintu utama menuju tangga ke lantai dua.

"Kesel banget tau nggak, sih. Masa gue diselingkuhin di saat gue udah kasih segalanya buat Arka," celoteh Risty memulai kembali obrolan yang membuat suasana hatinya kacau tadi.

"Emangnya lo udah kasih apaan aja, Ris?" tanya Kezia polos, dengan cuek langsung menenggak sebotol minuman soda yang baru saja ia dapatkan dari kulkas milik bersama di dapur itu.

Risty, Anna dan Prita segera menatap sinis ke arah Kezia beberapa saat. Membuat gadis dengan rambut hitam terurai itu berhenti dari kegiatannya, lantas melirik satu persatu kawannya bergantian.

"Kenapa?" tanyanya.

"Huuuh, Keja, lo tuh polos atau bodoh, sih? Pake nanya hal kayak gitu segala," bisik Anna sambil melirik ke arah Risty yang justru salah tingkah.

"Gue nanya ya karena nggak tau lah. Emangnya salah?" sahut Kezia tak terima. Ia segera menutup kembali botol minumannya, lantas menguncir rambut hitam panjangnya yang mulai tak beraturan.

"Emang lo pacaran nggak pernah ngasih apa-apa ke cowok lo? Ups, sorry, mantan cowok lo maksudnya," ungkit Prita dengan tatapan penuh ancaman.

"Ya ngasih kado kalo dia ulang taun. Kadang, gue juga bayarin dia makan kok kalo gue ada duit," tutur Kezia cuek.

"Aduuuh. Kejaaa. Lo tuh ya," balas Prita kesal, disambut gelak tawa dari Anna.

"Lah kenapa kesel? Orang gue udah jawab sejujur-jujurnya, kok," kilah Kezia tak terima.

"Udah deh, kenapa jadi lo semua sih yang ribut. Gue lagi patah hati ini. Simpati dikit kenapa, sih?" teriak Risty kembali menggebrak meja di hadapannya, hampir saja menjatuhkan botol minuman soda milik Kezia jika gadis itu tak segera menahannya.

"Ris, nggak sakit tuh tangan lo dari tadi gebrak meja mulu? Heran deh gue," protes Kezia meletakkan kembali botol minuman sodanya di atas meja.

"Bodo amat."

"Lagian lo tau dari mana Arka selingkuh, Ris?" Prita menanggapi, kali ini ia berjalan mendekat lalu berpindah duduk di sebelah Risty. Tak lagi di samping Kezia.

"Banyak buktinya, sih."

"Trus lo putusin?"

"Justru gue yang diputusin. Kacau, kan? Gue nggak terima!" marah Risty bersedekap, rambut ikal sepunggungnya ikut bergetar seirama tubuhnya.

"Bau-baunya galon, nih. Gagal move on?" goda Anna menyenggol pelan bahu Risty.

"Hilih, kayak elo nggak galon aja, Na. Lo lebih parah deh kayaknya. Itu tuh, sama Mas Fatih kebanggaan organisasi masjid kampus," sahut Prita, si nona paling update gosip terkini.

"Elo juga udah ngaca? Apa kabar tu tuan Reno?" Anna tak ingin kalah. Bibirnya tersenyum puas saat melihat ekspresi wajah ditekuk dari Prita.

"Dasar cewek galon lo semua," timpal Kezia kembali membuka tutup botol dan meminumnya dengan cuek bebek.

"Sadar Keja sadar. Nggak perlu kan kita semua beberin masalah percintaan lo?" sahut Anna lagi.

"Tau lo, sok paling berhasil aja soal percintaan. Galon-galon juga ternyata," timpal Prita tak tahan untuk diam saja.

Keempatnya lalu terdiam, memasang ekspresi cemberut dan menyelami pikirannya masing-masing.

Beberapa menit kemudian, di saat yang bersamaan, keempatnya kembali tertawa bersama-sama.

Menertawakan nasib percintaan keempatnya yang terkesan mengenaskan.

"Lo gagal move on juga, Ja, ternyata?" tanya Risty tak lagi bisa menahan rasa penasarannya pada Kezia yang terkesan paling cuek diantara sahabatnya yang lain.

Gadis itu tersenyum polos, sembari memukul-mukulkan botol kosongnya ke atas meja.

"Setelah gue pikir-pikir, iya juga, sih."

Kelakar tawa kembali menghiasi dapur umum di lantai dua kos Merpati sore itu. Keempat sahabat itu kembali saling menggoda satu sama lain. Mengasihani satu sama lain, lalu saling menyemangati di beberapa menit kemudian.

"Gue rasa temenan sama lo semua emang nggak beres, nih," cetus Risty tiba-tiba, mengejutkan ketiganya.

"Maksud lo?" tanya ketiganya hampir berbarengan.

"Ya gimana gue nggak galon. Orang circle gue isinya galon semua juga."

"True," sahut Anna, menampilkan ekspresi sedih seraya menutupi wajahnya dengan kain hijab merah mudanya.

"Sad banget, sih," sambung Prita, mengusapkan ujung kain hijab berwarna ungunya ke area bawah mata, seolah-olah mengusap air mata.

"Gue biasa aja, sih. Kalian aja yang galon," lanjut Kezia, kali ini dengan santai membuka sebungkus makanan ringan ukuran jumbo yang ia dapatkan dari atas kulkas. Entah kepunyaan siapa.

"Kejaaaaa." Teriak semua kawannya tak terima.

"Ja, itu jajanan punya gue. Lo main buka-buka aja!" protes Anna cemberut.

"Bagi dikit ah!"

Tawa riang kembali menggema. Kisah cinta keempat wanita muda itu memang berakhir sengsara. Meskipun masih tak terima, namun keempatnya berkilah bahwa mereka akan bisa melupakan semuanya.

Kita lihat saja nanti.

Bersambung...

•••

Gimana bagian awalnya?
Lanjut nggak, nih?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top