Chapter 18 Eba, Anggota Osis

Kelas X-3 terlihat sepi. Tak ada candaan, tertawa, melempar kertas, bergosip ataupun mengerjakan tugas  sekolah. Laras dan Kripik berdiri di depan kelas. Semua murid kelas X-3 yang berjumlah 23 siswa harus kehilangan seseorang.

"Jadi... Apakah ada informasi terbaru?" Laras bertanya. Ia menatap satu persatu wajah teman-teman kelasnya. Tatapan Laras berhenti di satu titik. Tak ada satupun menyadari tatapan Laras untuk siapa terkecuali orang yang di merasa tatap.

"Tidak ada," Eba menjawab dengan sikap cuek.

Resa tiba-tiba berdiri. "Kau!" Resa merasa sangat kesal dengan sikap Eba. Ingin rasanya ia mengontrol tubuh Eba sesuka hatinya hingga ia puas. Beberapa ide fantastis sudah tersimpan rapi.

"Ada apa? Kau marah padaku? Silahkan," Eba melirik Resa sejenak. Ia pun kembali fokus dengan nama-nama anggota OSIS sebagai panitia ulang tahun Circle Academy.

Salah satu murid beranjak dari tempat duduk. Ia berjalan cepat ke arah Eba.

Bugh!

Yuu memukul wajah Eba keras. Ia siap untuk memukul kedua kalinya, tetapi sebuah tangan menghentikan aksinya.

"Dasar tak punya hati!" seru Yuu marah.

Eba mengelap noda darah bekas pukulan Yuu. Eba melirik Yuu sejenak. "Sudah puas?" Kedua alis Eba terangkat ke atas seakan menantang.

"Cukup! Saat ini tidak cocok untuk melakukan kekerasan atau berdebat!" seru Kripik tegas. Ia menguap pelan menahan rasa kantuk.

Pugh!

Yesa melempar satu gumpalan kertas ke arah Kripik langsung masuk ke dalam mulutnya. Kripik tersedak. Kuujaku memukul kencang punggung Kripik hingga kertas di dalam mulutnya keluar.

"Hah! Hah!"

Kripik menghirup udara sebanyak-banyaknya. Ia mengambil botol minum di atas meja Resa.

"Hei! Itu punyaku!"

Resa hendak merebut botol minum miliknya. Kripik meminum air dalam botol hingga habis tak tersisa.

"Legany-, Byurrr!!"

Kripik menyemburkan air ke wajah Yesa. Wajah Yesa dan baju basah kuyup.

"Aaa... Kripik!" geram Yesa.

"Satu sama," balas Kripik tersenyum jahil.

"Tunggu pembalasanku!" seru Yesa geram. Ia mengepalkan satu tangan ke wajah Kripik. Kripik menguap kecil, lalu ia kembali duduk di singgahsananya.

Resa dan Yesa saling menatap satu sama lain seakan berbicara. Kedua Gadis itu tersenyum penuh arti. Bulu kuduk Kripik seketika merinding disko.

Brak!!!

Eba memukul meja keras. Semua mata tertuju padanya. Eba beranjak dari bangku, lalu melangkahkan kaki keluar kelas.

"Kurasa dia sedang PMS," ucap Resa asal.

"Hahaha... Bisa jadi," sahut Yesa. Resa dan Yesa saling bertepuk tangan.

@@@@@

Faisal Amoeba. Pemuda berambut pirang jabrik. Headphone selalu terpasang di telinga menjadi ciri khasnya. Kacamata hitam berbentuk kotak dan buku catatan kecil dua buah benda terkenal identik murid 'culun'.

Hati-hati saat anda berpikiran seperti itu kepada Eba. Eba merupakan murid kelas khusus X-3 dan memiliki 'bakat khusus' yaitu Split Yourself.

Eba dapat membelah diri menjadi 2-3 bagian Eba lainnya. Masing-masing bagian diri Eba memiliki sifat yang berbeda. Saat di kelas tadi Eba memakai wujud lainnya yang miliki sifat Cuek dan Pemarah.

Eba merupakan salah satu anggota OSIS di sekolah. Ia mendapatkan tugas untuk menjadi wakil panitia acara ulang tahun sekolah.

"Bagaimana tugasmu?" tanya Eba asli. Eba hari ini hanya membagi dirinya menjadi dua saja.

"Buruk!" jawab Eba lain.

Eba mengerutkan alis bingung. "Kenapa bisa buruk? Lalu tugasmu sudah selesai untuk acara ulang tahun sekolah?" Eba asli kembali bertanya.

"Salah satu temanmu hilang. Hmm... Kalau tidak salah namanya Hama," jawab Eba palsu. Perlahan sosok Eba lainnya menghilang mencari percahan cahaya.

"Hei!" seru Eba. Ia masih penasaran dan bingung kenapa Hama bisa menghilang. Rasa gelisah menyelimuti hati Eba.

Pintu ruang OSIS terbuka. Fir nii masuk ke dalam ruangan bersama dengan tiga anggota OSIS lainnya.

"Hai Eba," sapa murid kelas X-5 bernama Hoshi si kepala botak. Di belakang Hoshi teman sekelasnya, si tukang kacang Shuu dan Fir nii yang sedang menutup pintu.

Eba menatap ketiga Pemuda itu fokus sampai tidak membalas sapaan Hoshi. Shuu sempat ingin memukul kepala Eba, tetapi Eba terlebih dahulu memukul perut Shuu sampai pingsan.

"Kau jangan bertindak keren!" seru Fir nii kesal. Ia merasa gaya keren khusus kelas X-3 hanyalah dirinya seorang.

"Tidak peduli," ucap Eba cuek. Ia berjalan menuju meja kayu. Di bukanya buku catatan kecil miliknya.

Fir nii memperhatikan Eba dari cara Eba membaca, menghela napas, berkedip hingga kentut. Semua sudah terekam dalam otak Fir nii. Sungguh kegiatan yang berfaedah sekali.

Baru beberapa menit Eba sudah mengacak rambut pirangnya gemas. Ia frutsasi membaca susunan acara yang masih berantakan. Rasa penasaran dan pertanyaan menghilangnya Hama masih terniang di pikiran hingga Eba tak fokus.

"Fokus dulu. Urusan menghilangnya Hama menjadi masalah bersama, jadi kamu tenang saja," bisik Fir nii. Eba menatap Fir nii lekat-lekat. Keduanya tersenyum tipis.

Hoshi melihat adegan kemesraan Eba dan Fir nii mendadak salah tingkah. Ia sepertinya berada di waktu yang salah. Hoshi menyeret tubuh Shuu sampai keluar ruangan pelan-pelan.

@@@@@

Jam pelajaran terakhir telah berlalu. Murid kelas X-3 masih berkumpul di dalam kelas termasuk Eba dan Fir nii. Ada satu murid yang tak hadir yaitu Milky. Milky merasa kurang enak badan setelah makan donat JCA.

"Maaf ya teman-teman dan semangat," pesan Milky dengan ekspresi datar.

Eba nampak heran dengan tatapan tajam mengarah kepadanya. Ia menjadi merasa tak nyaman. Fir nii melihat itu semua merasa kesal.

"Cukup untuk adegan tatapannya. Kita di sini berkumpul untuk menjalankan misi bernama 'Mencari Hama yang minggat'." ucap Laras.

Laras mengeluarkan sebuah lembaran dari balik saku. Ia akan membagi beberapa kelompok untuk mencari Hama.

Kelompok 1 :
Mana, Kuujaku, Raka, Hicchan

Kelompok 2 :
Ichi, Kripik, Fuyu, Andin

Kelompok 3 :
Resa, Yesa, Riito, Rizal

Kelompok 4 :
Fir nii, Laras, Elin, Riza, Yuu

Kelompok 5 :
Nana, Raya, Eba, Mayu, Lisa

Pembagian kelompok telah selesai. Keduapuluh murid kelas X-3 mulai berpencar. Mereka akan mencari Hama di beberapa tempat di kota Shinjuku.

Kelompok 1

Mana sibuk pikiran. Ia harus fokus membaca pikiran orang-orang di radius 3 meter. Berbagai isi pikiran telah masuk ke dalam otak Mana.

"Aduh, kepalaku pusing sekali," Mana mengeluh sakit. Ia memegang kepala yang seakan bertambah besar.

"Kepala besar... Kepala besar...," ejek Kuujaku. Ia berdiri beberapa langkah dari Mana. Ia masih trauma dengan hewan peliharaan Mana di kepalanya.

"Jahatnya," Mana cemberut.

Raka tak habis pikir dengan kelakuan dua sahabatnya itu. Ia merasa salah memilih teman. Namun, turnamen tinggal 2 bulan sebelum acara di mulai. Untuk mencari kelompok itu sangatlah susah.

"Hei Raka. Coba kau lihat gambar ini," ujar Hicchan menyerahkan layar I-Pad kepada Raka. Semenjak adegan ciuman pertama Hicchan dan Raka, keduanya semakin dekat.

"Apa?" tanya Raka. Fokusnya berpindah kepada idola yang sedang naik daun mirip hewan di salah satu iklan minuman teh.

Raka melihat layar I-Pad milik Hicchan. Raka membaca serius sebuah artikel di sana.

"Tidak mungkin,"

Hicchan menatap Raka. Ia memiliki pendapat yang sama dengannya.

"Ada apa dengan kalian berdua?" Kuujaku bertanya. Ia menarik tangan Mana paksa untuk lebih dekat dengan Raka dan Hicchan.

"Lihat ini," jawab Hicchan menyerahkan I-Pad miliknya. Kedua pasangan itu membaca artikel tersebut.

Respon Kuujaku dan Mana sama seperti mereka. Ada satu kejanggalan dalam artikel itu.

"Sebuah cahaya kilat melintasi area toko lima di Tokyo."

"Kita harus memberitahukan ini kepada Laras dan teman-teman lainnya," ucap Mana. Ketiga anggota kelompok 1 terkejut dengan ucapan Mana yang sangatlah pintar.

Kelompok 5

Eba merasa sangat gelisah. Sudah tigapuluh menit berlalu mereka mencari keberadaan Hama di area pasar, namun tak mendapatkan hasil.

"Aku takut terjadi sesuatu kepada Hama," ujar Eba. Ia berjalan mondar mandir seperti setrikaan.

"Eba harus tenang," Mayu berkata santai. Ia melayang bebas di angkasa.

Lisa diam. Ia tidak terlalu dekat dengan anggota tim kelompok 5.

Sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara melupakan misi mereka. Keduanya asing jajan dan makan-makan kue tradisional Indonesia yang tersedia di salah satu toko kue.

Eba melihat kelakuan Nana dan Raya merasa geram. Ia ingin menghampiri mereka, namun tangannya di tahan oleh Mayu.

"Tidak usah perdulikan mereka," ucap Mayu.

"Baiklah," balas Eba menghela napas kasar.

Lisa masih diam. Ia hanya memainkan boneka kecil hasil buatannya sendiri.

"Maafkan aku tugas OSIS," ucap Eba menangis dalam diam.

@@@@@

Di sebuah gedung tak terpakai. Rumput-rumput tinggi menjulang ke atas menutupi hampir sebagian gedung. Suasana sepi dan menyeramkan membuat masyarakat di sekitarnya ketakutan untuk dikunjungi.

Nampak lima sosok siluet berada di dalam gedung. Salah satu siluet menatap ke luar jendela.

"Bagaimana?" tanya sosok tersebut. Suara berat membuktikan bahwa dia seorang Pria.

"Maaf Tuan... Salah satu dari 'mereka' sudah mulai curiga kepada kami," jawab sosok siluet wanita sedikit membungkuk.

Pria yang di panggil 'Tuan' beralih menatap keempat anak buahnya. Ia menghela napas pelan.

"Hmm... Gunakan kekuatan sihirmu untuk menghapus ingatannya," ucap Tuan atau pemimpin kelompok itu.

"Baik Tuan," balas Wanita itu. Ia membenarkan topi berbentuk kerucut yang sedikit miring.

Tiga sosok lainnya hanya diam memperhatikan. Harimau hitam yang diam di pojokan ruang meraung kecil. Ia memberikan sebuah kode kepada Tuannya.

Hand Shadow!

Sebuah tangan berukuran besar menyerang ke arah pohon besar di luar gedung. Sekali serang pohon besar itu tumbang.

"Dia melarikan diri," ujar Tuan aka pemimpin kelompok tersenyum kecil. Ia menutup pertemuan malam ini.

#############@@@@@@#############

Next Chapter 19 Rahasia Nana

Eba aka AmoebaPro
Laras aka Gruimore
Kripik aka kripik_kun
Yuu aka devu_ina
Resa aka Resaseki12
Yesa aka Nothingts
Riito aka RiitoDeru
Raka aka Taiki_Huda
Kuujaku aka Kuujaku
Fir nii aka Kucingrebahan
Mana aka MANA--CHAN
Hicchan aka Hicchan867
Mayu aka mayshieu

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top