Chapter 08 Raka dalam Bahaya

Dua hari telah berlalu semenjak kejadian pertarungan antara pemilik kekuatan 'bakat khusus' di lapangan sekolah.

Raka, Yesa, Milky dan Kripik mendapatkan hukuman selama 1x24 jam tidak bisa menggunakan 'bakat khusus' mereka. Sebuah gelang hitam terpasang di tangan kanan mereka sebagai tanda bahwa mereka sedang di hukum.

Raka menatap bosan pemandangan di luar jendela kelas. Ia tidak tahan dengan hukuman yang di berikan oleh Laras. Mengapa sepertinya Laras yang mengatur?

Satu pertanyaan terlintas di pikiran Raka. Ia bersekolah di sinipun karena mendapatkan sebuah undangan berwarna cokelat yang tiba-tiba ada di kotak posnya.

'Bakat khusus' yang dimiliki Raka sebenarnya sudah ia dapat sejak beberapa bulan lamanya. Raka menyembunyikan kekuatan kepada siapaun, termasuk orang tuanya.

Kekuatan Raka mulai di ketahui layak publik, saat ia tidak sengaja menemukan brosur tentang turnamen bawah tanah. Awalnya Raka tidak tertarik, namun hadiah berlimpah dan peserta yang mengikuti turnamen sama seperti dirinya juga ikut.

"Huh!"

Raka sudah menghela napas kasar kesekian kali. Ia merasa bosan sekaligus kesal, tidak bisa melakukan apa-apa tanpa kekuatan. Ibaratnya Raka sudah ketagihan dengan 'bakat khusus'.

"Duapuluh lima kali kau menghela napas seperti Kakek," ucap Kuujaku. Ia duduk di sebelah Raka setelah meminta bertukar tempat dengan Andin.

"Sabar ya Raka-nii,"

Mana merasa pusing membaca pikiran Raka yang tak kunjung berhenti. Ia jadi tidak enak hati melihat teman dekatnya bersedih.

"Tak masalah," Raka menjawab dengan nada cuek. Ia pun berdiri dari posisi duduk. Raka melangkah pergi meninggalkan kelas.

"Mau kemana Raka?" tanya Mana polos.

Raka tidak menjawab. Ia terus berjalan sampai tak terlihat lagi sosoknya. Mana menatap lirih kepergian Raka.

"Biarkan dia sendiri dulu," ucap Kuujaku menenangkan. Ia mengusap lembut rambut Mana. Mana merasa nyaman dengan perlakuan kecil dari Kuujaku.

@@@@@

Yuu dan Hama berjalan beriringan. Mereka akan menuju ke perpustakaan. Tugas yang diberikan oleh guru Biologi membuat keduanya harus menjadi satu kelompok.

"Malas sekali aku satu kelompok dengan senter ini,"

Hama tersenyum kecut. Ia tidak suka harus disebut dengan senter. Ingat kekuatan Hama adalah kecepatan cahaya bukan senter.

"Apa? Kau marah kepadaku!"

Yuu menatap Hama garang. Ia tidak takut kalau Hama akan kabur atau menggunakan kekuatan senternya itu. Yuu sudah memiliki rencana cemerlang untuk menangani Gadis senter ini.

"Tidak! Membuang energi saja harus marah pada Gadis binatang sepertimu!" sanggah Hama. Ia memicik kedua mata tajam.

Yuu dan Hama saling bertatapan. Ada kilatan listrik keluar dari bola mata mereka. Aura yang dikeluarkan oleh Yuu dan Hama membuat orang-orang yang berada di sekitar mereka terusik.

"Kalau mau bertengkar jangan di sini! "
"Kalian mengganggu kenyamanan yang lain!"

Suara demi suara keluar dari murid-murid kelas lain. Yuu dan Hama awalnya tidak terusik, namun lama-lama mereka mulai bersikap anarkis.

Hama berlari cepat menghindari kerumuman manusia biasa. Yuu memunculkan sepasang sayang elang di punggung. Ia terbang menjulang ke atas.

"Mereka jadi bersikap seenaknya semenjak memiliki kekuatan aneh itu!" seru murid kelas X-2.

Whuzz!!

"Ahh!!"

Murid itu terlempar sampai menabrak kerumunan lainnya. Hama marah mendengar ucapan negatif tentang kelasnya. Kelas X-3 itu spesial dan berbeda dari kelas biasa yang dihuni manusia normal.

Yuu menatap benci kerumunan tersebut. Ingin rasanya Yuu membuat mereka sedikit jera.

"Sabar... Sabar...," gumam Yuu. Ia pergi menyusul Hama yang sudah menuju halaman belakang sekolah. Hama dan Yuu tidak peduli dengan tugas Biologi. Keduanya harus menenangkan diri dulu di tempat sunyi.

@@@@@

Raka memutuskan untuk membolos. Ia tidak peduli harus mendapatkan hukuman. Ia butuh waktu sendiri menenangkan diri.

Raka Trafagar. Pemuda berperawakan tinggi. Rambut ikal hitam. Iris mata merah maroon. Wajah tampan dan kulit pucat. Seragam kemeja putih panjang di balut blazer hitam, serta celana bahan hitam.

"Ahh!!"

Raka berhenti di depan gedung pabrik yang sudah terbengkalai. Entah apa yang menuntut Raka sampai di sana.

"Gedung ini... Ah! Ada seseorang di sana!" seru Raka. Ia melihat siluet bayangan hitam. Tanpa berpikir panjang, ia memasuki pabrik tua.

Raka sudah berada di dalam gedung tua. Bau debu menyeruak langsung tercium indra penciuman Raka. Sarang laba-laba terdapat di berbagai sudut ruangan.

Pabrik tua ini memiliki 2 lantai. Beberapa barang masih berada di dalam gedung seperti di tinggalkan. Raka melihat kembali sosok sileut di lantai atas.

Raka berjalan sedikit. Anak tangga menjulang tinggi menuju ke lantai atas. Tanpa ragu Raka menaiki anak tangga satu persatu. Untung saja tangga ini terbuat dari batu dan semen, walau sudah mulai terlihat keropos.

Lantai 2...

Sosok sileut hitam duduk di salah satu bangku usang. Ia menyilangkan satu kaki ke atas.

Raka menatap sosok itu. Ia seperti mengenal dari perawakannya, walau dalam keadaan gelap.

"Kau sudah datang, Raka si Phoenix," ucap sosok sileut tersebut.

"Topeng bayangan," balas Raka. Ia sudah ingat dengan sosok Pemuda di depannya. Ia bertemu dalam turnamen gelap.

"Shishihshi...,"

Pemuda bertopeng itu mengeluarkan sebuah bayangan berwujud harimau hitam. Harimau hitam melesat cepat menerjang Raka.

"Roaar!!"

"Sial!" umpat Raka. Ia menghindari serangan dengan melakukan berguling ke sebelah kiri.

Laba-laba hitam raksasa muncul di belakang Raka. Laba-laba hitam itu mengeluarkan jaring hitam menangkap Raka. Kini Raka terjebak ke dalam jaring hitam.

"Sial! Sial! Kekuatanku...," batin Raka kesal.

"Shishishi... Kau tak mengerluarkan kekuatanmu," ujar Pemuda bertopeng. Ia masih setia duduk di bangku usang.

Raka menatap tajam Pemuda bertopeng. Ia memukul lantai keras. Saat ini keadaannya tidak menguntungkan untuknya. Kekuatan 'bakat khusus' ya tengah tersegel.

@@@@@

"Kita kehilangan jejak si Topeng Bayangan,"

Laras terdiam. Ia melihat jejak sepatu yang menghilang di balik gang. Laras mencipatkan pedang yang dialiri tekanan listrik.

"Aku tahu dia dimana sekarang," sahut Laras. Laras mengeluarkan pin bergambar lingkaran. Ia lemparkan ke tanah. Sebuah portal dimensi muncul di depan mereka.

"Kau... Ikut aku! Salah satu murid kelas X-3 dalam bahaya!" seru Laras.

"X-3? Bukankah dia juga memiliki 'bakat khusus'?" tanya Pemuda hitam lebat. Ia membawa sebuah alat musik yaitu gitar listrik.

"Saat ini 'bakat khusus' miliknya telah ku segel," jawab Laras merasa bersalah.

Pemuda itu mengangukan kepala kecil. Ia mengerti mengapa Laras melakukan hal itu. Pasti murid itu telah melanggar sesuatu, lalu melakukan hal yang berbahaya.

"Baik, aku ikut denganmu!" seru sang Pemuda semangat.

Laras tersenyum sangat tipis. Ia pun masuk ke dalam portal dimensi diikuti oleh sang Pemuda gitar.

~Gedung Pabrik Tua~

Raka masih terjebak di dalam jaring laba-laba hitam. Energi Raka perlahan mulai menghilang seakan terhisap.

"Ugh!"

"Shishishishishi... Sebentar lagi kamu akan mati," ucap Pemuda bertopeng.

Ia mengelus lembut bayangan harimau hitam. Laba-laba hitam tergantung di atas langit, tepatnya di bawah Pemuda bertopeng.

"Ka-kau...," rintih Raka lemah.

"Shishishi... Nikmati saja dulu,"

Raka mengepalkan tangan erat. Ia merasa tak berguna saat ini.

Slash! Blzz!!

Tebasan pedang dengan kilatan listrik melesat cepat ke arah Pemuda Bertopeng. Harimau bayangan mencakar serangan itu.

"Sekarang!" perintah seseorang.

Jaring laba-laba yang mengurung Raka hancur oleh gelombang kejut dari arah belakang. Raka terkesima dengan kekuatan orang tersebut.

"Shishishishi... Laras rupanya," ucap Pemuda bertopeng.

Laras dan seorang Pemuda muncul di depan Raka. Raka nampak bingung dengan kehadiran mereka.

"Kenapa kalian bisa kemari?" tanya Raka.

Slash!!

Gelang hitam di pergelangan tangan kiri Raka terlepas oleh tebasan pedang milik Laras. Raka menyeringai lebar.

"Saatnya pembalasan," ucap Raka. Kedua tangan mengeluarkan kobaran api merah.

Laras mengelengkan kepala. Ia berharap semoga Raka tak membakar gedung pabrik tua ini. Pemuda yang berdiri di sebelah Laras terkesima dengan kekuatan Raka.

"Ini menarik," gumam Sang Pemuda.

"Shishishishi...," tawa Pemuda bertopeng.

############@@@@@@############

~Senin, 17 Agustus 2020~

Gruimore @Rakatrafagar devu_ina LuciferLeah

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top