Chapter 06 Bakat Khusus Fuyu

"Hai, burung puyuh,"

"Boleh kali kita kenalan,"

Fuyu begitu tertekan. Banyak murid dari kelas lain mengatai dirinya. Mentang-mentang nama Fuyu menjadi sebuah plesetan di Indonesia.

"Fuyu,"

"Stop!!"

Andin terdiam. Ia merasa bingung kenapa Fuyu berteriak seperti itu. "Ada apa Fuyu?" tanya Andin khawatir. Ia mengecek kening Fuyu dengan telapak kanan, lalu ia samakan dengan bokong miliknya.

"Hangat," gumam Andin.

Fuyu mengepalkan kedua tangan erat. Ia frustasi memiliki teman aneh seperti Andin. Masa suhu di kening ya di samakan dengan bokong tak berakhlak miliknya itu.

"Aku benci kamu, Udin!" kesal Fuyu. Suara mengelegar hingga menyebabkan ayam betina yang ingin bertelur mendadak masuk kembali. Burung-burung gereja berjatuhan di tanah.

Itsuki Fuyuyun. Gadis berusia 15 belas tahun memiliki postur tubuh yang menawan. Rambut orange panjang bergelombang dibiarkan terurai. Dua buah pita berbentuk bintang besar menjepit rambut indahnya.

Fuyu. Biasa teman-teman ya memanggil seperti itu. Terkadang ada yang memanggil Burung Puyuh atau Puyuh saja.

Awalnya Fuyu biasa saja, namun lama-lama ia menjadi kesal sendiri. Kelas lain mulai memanggil dirinya dengan Burung Fuyuh. Ia tak mengenal mereka satupun. Prinsipnya ia hanya akan berteman dengan sesama pemilik 'bakat khusus'. Terdengar sombong, tetapi itulah prinsip awal dia memilikinya.

"Fuyu, tunggu aku!" Andin terus memangil Fuyu, namun tak di gubris oleh Fuyu.

Andin akhirnya menyerah. Ia merubah dirinya menjadi seragam mirip Fuyu. Dengan kemampuan ini, ia bisa mengelabui 'orang' yang terus mencari keberadaannya sampai sekarang.

Fuyu tersenyum kecil. Ia terhindar juga dengan Andin. Fuyu memutuskan untuk mampir ke kantin. Ia belum sarapan saat berangkat sekolah.

@@@@@

~Kantin Circle~

Suasana kantin cukup ramai. Biasanya murid-murid mampir ke kantin untuk sarapan, bergosip, dan tidur sebelum pelajaran pertama di mulai.

"Karin-basan, Mana pesan bakwan jagung dan teh sariwengi satu ya,"

Mana sedang memesan makanan. Ia pun duduk di salah satu meja kantin. Di sana sudah ada Raka dan Kuujaku.

"Aahh! Kalian curang sudah makan duluan," ucap Mana kesal.

Mana mengembukan kedua pipi mirip kue bakpao. Raka tak terlalu peduli, ia makan dengan lahap. Sedangkan Kuujaku hanya melirik sekilas.

"Berisik sekali!" batin Raka.

"Mana, kalau di lihat-lihat imut juga saat kesal seperti ini," batin Kuujaku.

Mana langsung terdiam. Rona tipis merah muncul di kedua pipi. Tatapan ia tertuju pada Kuujaku.

"Apa?" tanya Kuujaku bingung.

"Ti-tidak," jawab Mana malu-malu.

"Kalau mau pacaran jangan di sini!" sindir Raka. Ia berdiri, lalu beranjak meninggalkan kantin.

Mana dan Kuujaku menatap kepergian Raka bingung. Kuujaku akan mengejar, namun di tahan oleh Mana.

"Raka sedang ingin sendiri," ucap Mana.

"Bagaimana Mana bisa tahu?" tanya Kuujaku polos.

Mana menyeringai kecil. Ia membusungkan dada ke depan. Bergaya seperti orang sombong.

"Aku kan bisa baca pikiran. Jangan bilang kau lupa," jawab Mana tetap mempertahankan seringai kecilnya.

Kuujaku terdiam. Ia lupa dengan 'bakat khusus' Mana. Dan berarti Mana tahu isi hati dirinya saat membicarakan tentang Mana.

"Oh tidak!" seru Kuujaku pasrah. Ia memasukan muka ke dalam mangkok miliknya yang berisi mie rebus.

Pesanan Mana telah datang. Ia menikmati makan dengan tenang dan perasaan kemenangan.

Fuyu datang setelah Raka pergi. Ia memilih duduk di pinggir kantin. Ia ingin sendiri dan tak mau di nganggu.

"Pesanan telah siap,"

Sang penjual nasi goreng datang membawa nampan makanan berisi nasi goreng dengan telur mata sapi serta segelas es jeruk. Fuyu merupakan pelanggan tetap sang penjual. Maka, Fuyu tak perlu memesan, dengan tatapan sekilas penjual nasi goreng mengerti.

"Terimakasih," ucap Fuyu tersenyum kecil.

Fuyu menikmati sarapan pagi. Ia makan dengan lahap dan tenang. Ia sempat melihat Raka berjalan menjauhi kantin.

"Raka... Hmm, dia sedikit misterius," gumam Fuyu.

Sarapan telah selesai, Fuyu membayar pesanan dan pergi menuju kelas. Sepanjang perjalan ia teringat akan kejadian saat dirinya menjadi batu, akibat kutukan cinta dari Raya.

Power Eraser. 'Bakat khusus' milik Fuyu. Ia dapat menghapus kekuatan seseorang selama 5 menit. Sebelum berubah menjadi batu, kekuatan Fuyu otomatis aktif walau bekerja secara perlahan.

@@@@@

"Halo Fuyu," sapa Nana.

Nana saat ini tengah sendirian. Raya, sang kekasih sedang mengerjakan tugas Bahasa Inggris miliknya. Nana tak sempat mengerjakan karena jadwal show yang padat.

"Halo Nana," Fuyu membalas sapaan.

Fuyu merasa sedikit aneh dengan Nana. Ia melihat gelagat Nana agak mencurigakan.

"Kenapa kau terlihat gugup?" tanya Fuyu langsung. Nana tersentak dengan pertanyaan Fuyu, namun ia kembali bersikap normal.

"Aku biasa saja kok," jawab Nana cepat.

Fuyu semakin curiga di buatnya. Ia menatap intens dari atas ke bawah.

"Abrakadabra!"

Nana mengayunkan tongkat sulapnya. Ia merapalkan sebuah mantera. Tubuh Fuyu langsung kaku seutuhnya.

"Maafkan aku, Fuyu. Namun... ini adalah jalan terbaik. Kau lupakan semua kejadian ini dan kembali ke kelas," ucap Nana.

Nana pun pergi meninggalkan Fuyu yang masih terbujur kaku. Tanpa diketahui oleh Nana, Fuyu menyeringai kecil.

'Bakat khusus' Fuyu otomatis bangkit. Hanya beberapa orang saja yang mengetahui 'bakat khusus' miliknya, di antaranya Kepala Sekolah, Pak Joe, Laras, Kripik serta satu orang lagi.

"Aku akan memberitahukan hal ini kepada Kak Kripik," ucap Fuyu. Ia berlari cepat menuju ke kelas. Di mana Kripik berada di sana tengah tertidur pulas.

@@@@@

Riza masih teringat dengan perkenalan diri tempo hari. Ia merasa malu dan seakan ingin mengubur dirinya di dalam tanah.

Saat ini Riza berada di atap gedung. Ia mendapatkan informasi bahwa di sini tempat teraman untuk merenung.

"Kau kah Riza?"

Riza menolehkan kepala. Ia melihat dua sosok berjalan menghampiri dirinya.

"Hmm... Kalian siapa?" tanya Riza bingung. Ia mengaruk tekuknya.

Pemuda berbadan besar dan tinggi mengulurkan tangan kanan. "Aku Daisuke Rizal, panggil saja Rizal,"

Suara Rizal dalam metode normal. Ia tak mengaktifkan 'bakat khusus'. Seorang Gadis di sebelah Rizal tersenyum kecil.

"Aku... Hama, salam kenal,"

Riza membalas jabatan tangan Rizal sedangkan untuk Hama ia hanya tersenyum saja. Hama tak keberatan.

"Maaf, aku belum mengenal kalian semua," ucap Riza tak enak hati. Sejak saat ia mengeluarkan gas beracun berbau jengkol. Ia mengurung diri di kelas, sampai pelajaran berakhir. Ia menahan lapar dan buang air kecil.

"Tak masalah,"

Whuzz!!

Hama berlari kencang mengelilingi Rizal dan Riza. Ia sangat menikmati momen tersebut.

"Hentikan!!" suara Rizal berubah menjadi mode cengkok dagdut.

Riza menari-nari ala India. Hama berhenti. Ia terkejut melihat kesablengan Riza, si anak baru ke-22.

"Maa-maafkan,"

Riza merasa sangat malu. Ia mengeluarkan kelemahannya kepada dua teman barunya itu. Ingin rasanya mengurung diri di sumur.

Tuttt!!!

Suara kentut baru saja keluar dari bawah tubuh Riza. Rizal dan Hama yang mencium bau gas beracun langsung pusing.

"Ah! Kambuh lagi!"

'Bakat khusus' Riza yaitu Poisonous Farts. Kemampuan yang membuat seseorang mencium bau gas beracun dari Riza akan melupakan atau amnesia sesaat. Riza mendapatkan kekuatan itu setelah berkenalan dengan Laras.

"Kepalaku pusing sekali," keluh Rizal mode suara cengkok.

Hama bergerak ke kanan kiri seperti orang mabuk. Ia tak tahan dengan bau kentut Riza.

Riza memanfaatkan hal ini dengan sebaik mungkin. Ia mengambil langkah seribu alias kabur. Rizal dan Hama pun pingsan di atap sekolah dengan mulut menganga lebar.

@@@@@

Fuyu sedikit lagi akan sampai di kelas. Ia mempercepat langkah kakinya. Namun, seseorang menabrak dirinya.

Fuyu hampir jatuh ke lantai. Ia memiliki reflek yang cukup bagus.

"Maafkan aku," ucap Riza menundukan kepala. Ia langsung pergi meninggalkannya Fuyu yang terbengong.

"Dasar aneh," cibir Fuyu.

Seseorang melihat kejadian itu dari balik bayangan tembok. Sosok itu pun menghilang dalam sekejap di saat Riza berlari ke arahnya.

############@@@@@@#############

~Minggu, 16 Agustus 2020~

pinnavy

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top