Trauma

"Apa kabar, mas?" Tanya Ria pada seorang pria paruh baya yang diikat dengan pakaian khusus dari rumah sakit.

Pria paruh baya itu hanya diam, tidak menjawab. Tatapannya kosong ke arah lain.

"Ria rasa, mas baik-baik aja disini. Anak-anak kita baik-baik aja kok mas."

Tetap diam. Pria paruh baya itu mungkin tidak menyadari seseorang datang menjenguknya.

Ria datang ke rumah sakit dengan membawakan rantang makanan untuk diberikan kepada suaminya. Ria mulai membuka rantangnya dan akan menyuapi sang suami.

Ria menahan air matanya agar tidak jatuh. Wanita paruh baya itu benar-benar tidak tahan melihat kondisi suaminya yang seperti ini. Apalagi dipakaikan pakaian khusus dari rumah sakit.

Suami yang dulunya Ria banggakan. Suami yang menyayangi Ria sepenuh hati. Suami yang mencintai kedua anaknya. Suami yang begitu menginspirasi banyak orang. Pada akhirnya berakhir disini sendirian.

Kepedihan di hati Ria tidak bisa lagi wanita itu ungkapkan dengan kata-kata. Suami yang begitu ia cintai dan ia tunggu-tunggu kepulangannya, tak kunjung sembuh dari sakit mentalnya.

Ria sangat mencintai suaminya. Walaupun sudah disakiti berkali-kali di masa lalu. Ria tetap memaafkan ayah dari kedua anak mereka.

Wanita paruh baya itu mulai menyuapi suaminya. Suaminya hanya diam dan tidak merespon suapan istrinya.

"Ayo dimakan mas, nanti keburu dingin."

Pria paruh baya itu mulai menoleh. Menatap Ria dengan wajah murka. Berteriak histeris dan menjatuhkan semua makanan yang dibuat Ria untuknya.

"PERGI! PERGIIIII!" Teriak Pria itu pada Ria.

Ria tak kunjung mendapat kabar baik dari pihak rumah sakit. Hal yang sangat diinginkan Ria hanyalah kesembuhan suaminya, meskipun anak-anaknya akhirnya memilih tinggal terpisah dari mereka. Ria tetap ingin tinggal bersama suaminya seperti sedia kala.

Wanita paruh baya itu tidak bisa menahannya lagi. Dia menangis melihat kondisi suaminya yang masih tetap sama.

"Maafkan Ria mas..."

*****

"Loh, tumben, Nel." Ucap Rey sembari membukakan pintu untuk Lionel yang datang berkunjung secara mendadak.

Lionel mengangkat sebelah alisnya. "Ga boleh?"

"Tumben aja. Biasa lo paling ogah kemari."

Lionel mengabaikan Rey. Dia berjalan menuju sofa tanpa di persilahkan pemilik rumah. Bukan karena hubungan mereka tidak baik, tapi Lionel-lah yang selalu bersikap cuek pada siapapun. Tapi sebenarnya dialah orang yang paling peduli.

Lionel datang berkunjung juga karena ingin menghindari mamanya. Cowok itu tahu mamanya pergi mengunjungi ayahnya. Biasanya Ria akan menangis seharian di kamarnya setelah mengunjungi ayahnya. Dia tidak ingin melihat wajah sedih ibunya, dia juga tahu ibunya tidak ingin anaknya melihat kesedihannya.

Seperti yang sudah dijelaskan tadi. Lionel anak tertua di rumah itu, dia orang paling peka dengan perasaan orang lain. Hanya saja, dia terlampau cuek di hadapan orang yang ia sayangi. Itu semua juga karena dia tidak mengerti harus bagaimana mengatasi emosi mereka.

Rey meminta ARTnya menyiapkan minum untuk tamunya.

Lionel melihat-lihat dekorasi rumah Rey yang ditata ulang.

"Ah, gue nata ulang lagi rumah gue sebelum Liona bangun kemarin." Ucap Rey yang paham dengan reaksi Lionel.

Cowok sulung Anderson itu mengalihkan pandangannya dan kembali fokus pada pemilik rumah. "Kenapa ditata ulang?"

"Gue rasa..." jeda. "Liona orang yang cepet bosen. Jadi gue coba tata ulang biar dia ga bosen."

Mereka menghentikan pembicaraan sejenak karena ART Rey datang dan menyajikan minuman di atas meja.

Lionel mengernyitkan dahi. "Emang Yona pernah keluar dari kamar?"

Rey berpikir sejenak. "Pernah, pas dia lagi bosan sama gamenya, dia bakal keluar untuk makan."

Lionel pun menganggukkan perkataan Rey. Memang seperti itulah adiknya saat di rumah. Hanya saja, Lionel berani taruhan bahwa adiknya itu tidak akan memperhatikan dekorasi rumah.

"Tante Ria pergi ke rumah sakit lagi?" Tanya Rey yang memang sudah tahu calon mertuanya pergi menjenguk suaminya.

Lionel mengangguk. "Rahasiakan dari Yona."

Rey mengangguk. "Sepertinya Yona sudah lebih baik."

"Tidak, sumber trauma Liona itu berawal dari papa. Dia pasti akan kambuh lagi jika teringat masa lalunya."

"Nel, sama seperti lo. Gue juga khawatir dia kambuh lagi. Tapi karena gue percaya Yona, gue berikan kebebasan buat dia meskipun gue tetep ngawasin dia."

"Rey, berbeda sama Yona. Masa kecil gue dan dia itu masa yang sulit kita lupakan. Kita tumbuh bersama, disiksa bersama, terluka bersama dan dihantui masa lalu bersama. Tapi berbeda dengan Yona, mental gue jauh lebih kuat. Masa lalu itu hanya menimbulkan benci bagi gue, tapi bagi Yona..." Lionel menghela napas. "Gue gak mau kehilangan adik gue."

"Lo ga akan kehilangan kembaran lo." Ucap Rey menenangkan.

Lionel terlihat gelisah. Dia kesal karena ibunya masih menemui sumber trauma Liona. Lionel marah tapi tidak bisa berbuat apapun. Yang bisa ia lakukan hanyalah melindungi adiknya.

*****

Rey tampak lelah, ia berbaring di atas sofa. Cowok itu baru saja selesai mengikuti rapat perusahaan ayahnya. Ayahnya sedang berada di sydney bersama ibunya untuk berlibur.

Rey sudah biasa menggantikan pekerjaan orang tuanya ketika mereka sedang tidak ada. Hanya saja, perusahaannya terlalu besar untuk anak SMA pikul sendirian. Tanggung jawab yang harus ia pikul sangatlah besar.

Hanya sebentar dia berbaring di atas sofa. Dia sudah terlelap tanpa mengganti pakaian kantornya.

Liona berjalan menuju dapur untuk mencari makanan. Ketika dia melewati sofa tempat Rey beristirahat, dia nyaris menjerit ketakutan.

Gadis itu memanggil ART Rey untuk melihat apa yang ada di atas sofa.

Malangnya Rey yang hanya ingin istirahat di rumahnya saja tidak diberi ketenangan.

"Bi! Ada mayat di sana!" Seru Liona sambil menunjuk ke arah Rey yang sedang terlelap.

Bi Tina terkekeh saat menoleh pada arah yang ditunjuk Liona. Dia tahu betul, bosnya hanya tidur setelah lelah bekerja.

"Non, itu hanya Den Rey yang lagi capek dan tiduran disana. Den Rey biasanya suka tidur disana kalo udah capek kerja."

Liona tidak mendengarkan. Dia mengambil selimut dari kamarnya dan menyelimuti tunangannya hingga menutupi seluruh wajahnya.

"Semoga lo tenang disana. Gue akan sangat berterima kasih kalau lo ga menghantui gue." Liona bergumam ngaco.

Rey tiba-tiba bangkit dari tidurnya tanpa melepas selimut yang menutupi wajahnya.

Liona ketakutan dan berteriak histeris "HANTUUUUU!"

Happy New Year guysss!
Semoga ceritaku bisa menghibur tahun baru kalian ya!
Thankyouu buat vote dan commentnya❤️
Sorry karena udah lama ga update 😢

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top