Stalker
"Rey!"
Tidak bergeming.
"Reyy!"
Tidak ada jawaban.
"REYYYYYY!" Pekik Liona tepat di telinga tunangannya.
Rey hanya memalingkan wajahnya, mengabaikan gadis itu. Seisi kelas menatap mereka sinis. Lery terlihat salah tingkah tapi enggan ikut campur masalah mereka.
"Lo kenapa, sih? Dapet?" Tanya Liona mulai kehabisan kesabaran. Padahal ada hal penting yang ingin ia sampaikan. Tapi cowok itu justru enggan menatap wajahnya.
Apa yang salah?
Bukankah dia yang membohongi Liona tentang kecoa?
Seharusnya Liona yang marah kan?
Apa karena rank gamenya Liona yang turun?
Liona mengacak rambutnya frustasi. Melihat sang tunangan yang mendadak dapet, padahal tadi pagi baik-baik saja.
Liona berjalan memutar, kembali ke kelasnya, meninggalkan tunangannya.
"Kok reaksinya gitu, Ry?" Tanya Rey pada Lery sang pemberi ide busuk padanya.
"Sabar aja, baru permulaan kan?" Ucap Lery menenangkan.
"Awas aja kalo sampe gue sama dia berantem gara-gara ini!"
Lery terbahak mendengar ancaman sohibnya. "Lo kira gue ga tau? Coba sebutkan kapan terakhir kali kalian berantem?"
Rey terlihat berpikir sejenak, lalu menggeleng.
"Tuh kan ga pernah!"
Rey menatap Lery jengkel. "Terus kenapa kalo ga pernah?"
"Kata orang, kata orang nih ya, bukan kata gue! Jangan nuduh gue kalo ga berhasil. Katanya nihh..."
"Iyaa! Kebanyakan katanya-katanya lo!"
"Ya sesuai yang gue denger, kalo pasangan itu berantem, abis berantem itu bisa mempererat hubungan mereka. Karena saat berantem, mereka saling menyampaikan isi hati mereka masing-masing." Jelas Lery.
"Ohh, jadi gue harus tonjok-tonjokan nih ya sama Yona?"
"Gue tampol lo ya!"
Rey berkedip dua kali, tidak paham maksud sohibnya. Berantem kan saling tonjok kan ya?
Salah ya?
Lery menghela napas berat. "Maksud gue saling adu argumen masing-masing." Cowok berambut pirang itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ohh, ya ngerti-ngerti."
"Heran gue, bego gini kok bisa masuk kelas B, lo nyogok kan?" Tuduh Lery asal.
"Iye gue nyogok, perlu gue sogok lo biar diem?"
Lery mendadak terdiam, sesuai perintah Rey. Rey yang awalnya hanya menatap lurus, menoleh pada Lery yang terdiam. Tidak biasanya sohibnya menurut.
Lery menatap lurus di depan pintu. Mendapati seorang wanita yang masuk dengan membawa sekantung plastik putih. Berjalan tergesa-gesa menghampiri tunangannya.
"Nih! Udah gue beliin." Ucap Liona sambil mengeluarkan selusin pembalut dari kantong plastik itu.
Terdengar tawa yang menggelegar di dalam kelas Rey. Rey kembali memasang wajah juteknya, tidak menghiraukan harga dirinya yang di permalukan gadis itu. Dia kekeuh pada hasutan Lery.
"Kenapa lagi? Perlu gue pakein?"
Rey masih tak bergeming.
Liona mulai membuka bungkusan pembalut yang ia beli tadi.
Rey yang menyadari kegilaan Liona, bisa-bisa Liona membuka celananya di depan umum demi memasangkan pembalut sialan itu. Rey bergerak dari kursinya. Berjalan keluar kelas, dengan wajah juteknya. Seolah mengabaikan orang marketing yang menawarkan segala macam hadiah yang ujung-ujungnya mesti pake beli.
Liona menggaruk kepalanya, padahal dia tidak bisa merasa gatal. Kemudian menoleh pada Lery yang di tinggal tunangannya.
"Dia kenapa sih?" Tanya Liona dengan wajah begonya.
Lery hanya mengangkat kedua bahunya.
*****
Hari yang panjang bagi Liona. Untuk kali pertamanya dia tidak bernafsu untuk makan. Tidak mood untuk main game. Bahkan tidak ingin buang air kecil.
Toh tinggal ngompol. Batinnya.
Dia hanya ingin berbaring meratapi kesalahannya yang bahkan dia sendiri tidak tahu kesalahan apa yang sudah ia perbuat.
Ini adalah hari pertama Rey tidak pulang bersamanya. Rey pergi entah kemana. Jam sudah menunjukkan pukul tiga siang, laki-laki itu bahkan belum mengganti seragamnya.
Liona merasa cemas dengan tunangannya yang mendadak berubah sikap. Gadis itu uring-uringan memikirkan kenapa Rey bersikap begitu.
Liona yang penasaran, memutuskan bangkit dari renungannya. Dia memutuskan mencari di internet alasan kenapa cowok itu bersikap dingin padanya.
Setelah mencari di internet, Liona mendapatkan jawaban tak terduga.
*****
"Entah kenapa belakangan ini gue ngerasa ada yang ngikutin gue." Curhat Rey pada sohibnya.
Lery tidak menganggap serius pertanyaan sohibnya. "Perasaan lo aja kali."
Rey mengangguk mengiyakan. Mungkin memang hanya perasaannya saja. Mudah-mudahan memang begitu.
Rey memang merasa ada yang mengikutinya. Ketika dia sendirian, cowok itu merasa ada yang berjalan di belakangnya, tapi ketika Rey menoleh, hasilnya nihil. Beberapa kali, Rey mendapati seseorang mengenakan hoodie hitam yang mengawasinya dari jauh. Tapi ketika dia berusaha mengejar sosok itu, sosok itu hilang entah kemana.
Semoga saja apa yang dikatakan sohibnya benar.
Rey berdiri dari bangkunya, tiba-tiba ingin ke toilet. Lery menarik lengannya.
"Duduk" perintah sohibnya dengan ekspresi wajah serius.
Rey bingung dengan perubahan sikap Lery yang mendadak. Tapi cowok pianis itu menurutinya. Dia kembali duduk di bangkunya. Terdiam beberapa detik, menunggu jawaban sang sahabat.
"Gue tau siapa yang ngikutin lo" ucap Lery berbisik.
Rey menatapnya kaget, tapi Lery hanya diam tidak membalas tatapan sohibnya.
"Arah jam sembilan"
Sontak Rey ingin menoleh pada arah jam sembilan. Lery menyikut lengan Rey yang hampir saja menoleh ke arah yang Lery sebutkan. Cowok itu malah meringis karena sikutan sohibnya yang terlalu kuat.
"Itu tunangan lo! Jangan keliatan banget lah kalo mau noleh."Ucapnya berbisik.
Rey tidak peduli, dia menoleh ke arah yang di sebutkan Lery. Benar saja, ada Liona disana. Gadis itu mengawasi Rey dari luar jendela. Ketika melihat Rey yang menoleh kearahnya, Liona malah sembunyi terang-terangan. Jelas sekali gadis itu mengikutinya dan mengawasinya.
Rey memalingkan wajah, mengabaikan tunangannya yang cantik itu menjadi pusat perhatian.
"Yang enggak-enggak aja, mau ngekori orang kok ga kira-kira. Dia bego atau apa sih? Dia kan cewek populer, jelas saja pada di liatin cowok-cowok." Batin Rey menggeram.
Lery menahan tawa melihat aksi nekatnya tunangan sohibnya.
Bagaimana tidak?
Gadis itu di kelilingi cowok-cowok yang bertanya pada gadis itu "ngapain na?"
Benar-benar perbuatan nekat.
Lagipula kenapa juga dia harus ngawasin Rey?
Sampe repot-repot ngikutin dia segala?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top