Laundry

"Lo gapapa, na?" Tanya teman sebangku Liona sekaligus partner gamenya.

"Gapapa" Sahut Yona.

"Lah, terus itu kenapa?" sambil menunjuk memar besar di tulang kering kaki Liona. Ya, Liona tersenggol bangku saat ingin duduk di kursinya tadi. Malangnya, dia bahkan tidak ingat kapan dia mendapatkan memar itu.

Liona melihat kearah yang ditunjuk Gillian. Lalu menjawab dengan cuek. "Kena tinta." Jawab Liona asal.

Gillian yang tahu betul itu adalah memar, menatapnya dengan penuh selidik. Dia menekan-nekan memar di kaki Liona, berharap dia mengaduh.

"Tolong ya Gill, bersihin dulu. Turretnya udah mau hancur." Ucap Liona tanpa melihat lawan bicaranya dan hanya menatap ponselnya.

Gillian mengernyitkan dahi. "Gadis ini benar-benar bebal." Batin Gill.

"Lo ga di siksa kan di rumah tunangan lo?" Tanya Gill.

Liona berhenti menatap ponsel miliknya. Dia menatap Gill dengan mata berkaca-kaca. Dia senang ada yang menyadari penderitaannya. Lalu, gadis itu memeluk Gill sambil menangis sesenggukan.

Gill yang semakin tak paham, malah merasa yakin bahwa tunangan Liona telah menyakiti gadis pujaannya. Gill menggeram, dia bersumpah akan menghantam wajah bajingan itu.

Gill menepuk pundak Liona pelan. Berusaha menenangkan gadis yang dicintainya.

"Udah na.." Gill memberi jeda. "Jangan nginap tempat dia lagi, nginap tempat gue aja. Oke?" Ucap Gill, menenangkan.

Gill benar-benar tidak tahu, Liona mengidap CIPA yang langka. Dia hanya tahu Liona tidak bisa merasakan sakit. Dia benar-benar tidak tahu bahwa, pertanyaannya merupakan 'Gali lubang kubur sendiri'.

Liona menghentikan tangisannya. Dia menatap Gill dengan wajah berbinar-binar. "Boleh?" tanya Liona.

Gill mengangguk mantap, dia mengelus rambut coklat Liona.

"Enak ya meluk calon istri orang?" Sindir tunangan Liona bersama konconya yang datang entah sejak kapan dan entah dari mana.

Liona menatap Rey dan Gill bergantian. Lalu menjulurkan lidahnya pada tunangannya dan memeluk Gill. "Hari ini aku nginap tempat Gill." Ucap Liona tanpa memperdulikan harga dirinya sebagai seorang wanita.

Gill menatap Rey dengan tatapan tidak suka. "Buat apa juga tunangan, kalo lo masih suka nyiksa dia?" Sindir Gill sinis.

"Siapa yang nyiksa dia?" Tanya Rey tidak terima diperlakukan bagaikan tukang pukul.

"Tuh, memar besar di kaki Yona sebagai buktinya!"

Rey panik. Dia jongkok dan mencari kaki Liona yang memar.

"Kok besar gini memarnya, na? Perasaan tadi pagi belom ada. Lo tendang apa emang?" Ucap Rey yang tidak bisa berhenti mencemaskan Liona.

Liona menggetok kepala Gill. Dia mengumpat geram. Gill tidak mengerti kesalahan apa yang sudah ia perbuat.

"Gue udah minta tolong sama lo buat hapus tintanya kan?" Sewot Liona pada Gill.

Lery tertawa terbahak. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Liona.

"Jadi tadi lo meluk gue bukan karna disiksa Rey?" Tanya Gill.

"Rey nyiksa Yona kok!" Liona membela diri. Mengerucutkan bibir. "Rey ga kasih Yona main game sampe pagi." Jawaban tak terduga Liona, membuat Gill menganga lebar.

"Jadi cuma itu?" Tanya Gill masih tak percaya.

Rey berdeham.

"Sekarang udah paham kan? Gue memperlakukan Yona dengan sangat baik. Jadi jangan asal meluk tunangan gue!" Ucap Rey sinis.

Rey kembali menatap memar di kaki Liona. Dia mengambil obat di saku celananya dan mengoleskannya pada kaki Liona.

Jadi, itulah sebabnya saku celananya selalu terlihat penuh?

"Baru ninggalin lo bentar, tau-tau ada aja luka baru." Cibir Rey.

"Ini tinta Rey, Tinta. Ga usah membesarkan masalah, ih." Liona ngotot.

"Yaudah gue balik kelas dulu. Ada yang mau gue urus." Rey memberi jeda. "Oh ya! Dan untuk lo Gill. Ini peringatan terakhir. Jangan-meluk-tunangan gue! Sekalipun Yona yang meluk lo duluan selagi itu di depan mata gue. Ga akan gue biarin lagi. Ngerti?"

"Gill, pelukan yuk!" Ucap Liona sambil melirik tunangannya dengan kedua tangan yang menjulur ke arah Gill.

Rey menempelkan telapak tangannya pada kening Liona, menarik kepala Liona agar menjauh dari Gill.

"Yona.." Panggil Rey sambil tersenyum sok manis. "Lo masih mau main game kan?" Ucap Rey mencurigakan.

"Udah Rey, simpan aja laptopnya. Yona mau nginap tempat Gill hari ini." Kata Liona. Lalu menoleh pada Gill. "Gill pasti punya laptop kan?"

Gill mengangguk. Laptop di rumahnya selalu menganggur. Liona tersenyum senang. Dia akan bebas bermain game kali ini.

Rey terdiam. Pria itu tersenyum sinis pada Gill dan membuat gerakan menggorok leher. Lalu Rey berlalu pergi bersama konconya.

*****

"Yuk sayang gue anter." Ucap Rey sambil tersenyum manis.

"Tadi Gill bilang mau jemput Yona."

"Oh ya? Tadi Gill telepon gue, suruh gue yang anter tuh."

Yona mengangguk percaya. Rey membuka pintu penumpang untuk Liona. Liona masuk ke dalam mobil.

"Rey ngapain bawa selimut?"

"Gue mau laundry." Jawab Rey asal.

Liona mengangguk mengerti.

"Terus bantal dan guling itu juga mau di laundry, Rey?" Tanya Liona lagi. Rey mengangguk sebagai jawaban.

Rumah Gill terbilang cukup jauh dari rumah Rey. Perjalanan mereka memakan waktu cukup lama.

Sesampai mereka di rumah Gill. Rey keluar dari mobilnya dan bergegas membuka pintu penumpang untuk Liona.

Belum sampai pada pintu Liona, gadis itu sudah membuka pintunya terlebih dahulu.

Rey mendecak kesal. Gadis itu benar-benar tidak tahu bagaimana menjadi seorang gadis.

Melihat Rey yang sudah berada di depan pintunya, Liona mengernyitkan dahi. "Ngapain Rey?"

"Ah! Engga, gue mau ngambil selimut." Rey beralasan.

Liona menoleh kanan-kiri-atas-bawah. Hanya ada rumah classic bergaya eropa milik keluarga Theo disini. Rumah Gill sangat jauh jaraknya dengan para tetangganya. Itu juga karena kebun di rumahnya sangat luas.

Liona mengernyitkan dahi heran. "Disini ada laundry?"

"Gue mau laundry di rumah Gill" Jawab Rey asal.

"Oh.."

Rey dan Liona mengetuk pintu rumah classic itu. Setelah beberapa saat, seorang pelayan berpakaian setelan jas menyambut mereka.

"Selamat malam, nama saya Robert. ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu sopan.

"Gillnya ada, bang?" tanya Liona tanpa basa-basi.

Liona memanggil dengan panggilan 'bang' pada orang yang berumur sekitar enam puluh tahun?

"Tuan Gill pergi menjemput temannya. Kalian bisa menunggunya di dalam. Dia akan segera kembali." Robert menjelaskan.

"Teman? Kenapa Gill tidak bilang ya ada yang mau nginap disini juga?" Gumam Liona.

Pelayan itu menawarkan bantuan untuk membawakan selimut yang dibawa Rey. Rey menolak tawaran itu.

Pelayan itu juga menawarkan minuman. Mereka menerimanya. Rey meminta segelas air putih sedangkan Liona meminta segelas jus jeruk dan beberapa cemilan. Dia benar-benar cepat beradaptasi.

Rumah Gill benar-benar terlihat mewah. Suara langkah kaki terdengar menggema. Rey dan Liona duduk di ruang tamu keluarga Theo.

Liona terlihat gelisah. Dia heran kenapa Gill tidak memberitahunya bahwa ada teman lainnya yang akan datang.

Kringgg Kringgg...

Nada dering ponsel milik Liona mengagetkan mereka berdua. Tertera nama Gillian (Moba).

Liona menjawab panggilannya.
"Halo?"

"Gue udah sampe di rumah tunangan lo, lo dimana?"

Liona menatap Rey tajam. Rey memalingkan wajah pura-pura bersiul sambil melihat langit-langit rumah.

"Gue udah di rumah lo, dianterin sama Rey. Lo balik aja kesini."

"Rey? Jadi dia juga disana?"

"Dia bilang dia mau laundry. Sejak kapan rumah lo ada usaha laundry?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top