Gue Monster
"YONA! APA YANG LO LAKUIN?" Pekik Gill kaget saat memergoki sahabatnya yang menyayat pergelangan tangannya di halaman belakang sekolah sendirian.
Yona tersenyum gila. Bagi Gill, Liona tidak seperti dirinya saat itu.
Sontak Gill memeriksa pergelangan tangannya. Gill bertindak cepat dengan merobek baju seragamnya. Menahan pendarahannya, lalu mengikatnya untuk mengurangi pendarahannya.
Gill merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Gill menghubungi ambulance, lalu membopong Liona ke UKS.
Sepanjang perjalanan, Liona terus mengoceh tidak jelas.
"Gue monster" Ocehan Liona parau.
"Ga! Lo cewek yang paling baik yang pernah gue kenal." Ucap Gill menenangkan.
"Gue ga seharusnya hidup di dunia ini." Liona mengoceh lagi.
"Hidup lo berharga na! Lo harus bahagia bersama tujuh keturunan lo kelak." Gill kembali menenangkan.
"Lo ga paham gimana jadi gue." Suara Liona semakin parau.
"Maaf, yang gue tau cuma gue sayang sama lo." Ucap Gill tepat di depan UKS.
"Tolong sus! Dia nyayat pergelangannya sendiri!" Pinta Gill sambil membaringkan Liona di ranjang pasien.
"Sayatan ini tidak mengenai nadinya, tapi pendarahannya cukup parah. Tadi saya sudah menelepon ambulance. Berikan saja P3K padanya sebelum ambulance datang." Gill menjelaskan.
Gill menelepon Rey dan Lionel untuk mengabarkan keadaan Liona.
*****
"Apa yang terjadi?" Tanya Rey pada Gill terenggah-enggah.
"Gue sama Yona sudah biasa nongkrong di belakang sekolah bareng Retta juga biasanya. Retta ada urusan tadi, jadi dia ga ikutan. Terus tadi gue mau beli minum bentar doang, pas gue balik tiba-tiba Liona udh megang cutter berlumur darah. Gue ga tau dia dapat cutternya dari mana." Jelas Gill.
Rey menarik kerah baju Gill dan mendorong Gill ke dinding.
"Lo yakin bukan lo yang ngasih cutternya?" Tanya Rey dengan tatapan membunuh.
Gill terlihat santai, dia tersenyum sinis. "Menurut lo, kenapa gue mesti nyakitin cewek yang gue sayang? Ngelepasin dia ke cowok berengsek kayak lo aja udah kesalahan buat gue."
"HENTIKAN KALIAN BERDUA!" Pekik Lionel.
"Ini semua keputusan Liona! Ini bukan pertama kalinya Liona melakukan ini! Bukankah lo udh tau dari dulu Rey?" Ucap Lionel.
Rey melepaskan kerah baju Gill. Rey tampak merasa bersalah.
Gill tampak bingung. "Ini bukan pertama kalinya?" Ulang Gill.
Rey dan Lionel terdiam.
"Apa maksud kalian?" Gill meminta penjelasan.
Lionel menghela napas berat. Dia mulai bercerita.
"Mama dan aku selalu berusaha menutupi perbedaannya agar dia tidak merasa beda. Dulu, karena Liona yang tidak pernah tidur, mama selalu memberinya obat tidur."
"Tunggu! Gak pernah tidur?" Ulang Gill.
Lionel mengangguk. "Lalu, agar dia bisa tidur dan hidup seperti anak normal lainnya. Dia mengira, anak lainnya tidak bisa merasakan sakit, sama sepertinya. Dia hanya bermain dengan temannya, tidak ada yang aneh dengan itu. Waktu itu dia dan temannya bermain di gudang belakang. Saat itu kebetulan kami menyimpan kayu dan besi- besi tua. Saat mereka bermain dan terlibat dorong-dorongan, temannya tertusuk kayu dibagian dada. Liona berusaha menarik kayu itu. Saat itu dia tidak mengerti, dia pikir dengan menarik kayu itu, temannya bisa kembali bermain dengannya. Tapi karena dia menarik kayunya, anak itu tewas seketika. Saat itu, umurnya baru delapan tahun. Sejak saat itu, dia disebut monster. Semua anak takut padanya. Karena usia Liona yang masih kecil dengan tambahan mengidap CIPA, Liona di bebaskan. Ibu dari anak yang meninggal, tentu tidak tinggal diam. Dia berusaha mati-matian untuk mencelakai Liona. Sejak saat itu Liona mengalami depresi. Liona berhenti sekolah, ibuku memutuskan untuk memberikan homeschooling. Liona berkali-kali mencoba bunuh diri. Gadis malang itu bahkan pernah memutuskan nadinya. Dia tidak mau minum obat tidurnya lagi. Dia menyalahkan dirinya sendiri. Hingga akhirnya mama mempertemukan Liona dengan dr. Johan."
"Tapi melihat keadaan Liona yang seperti ini, Liona masih belum sembuh kan?" Tanya Gill.
Lionel menggeleng. "Baginya, dia sudah membunuh seseorang Gill. Semua orang menyalahkannya atas kematian anak itu. Semuanya menunjuk padanya. Tidak ada yang peduli seberapa sakit yang dia rasakan, seberapa pedih hatinya, seberapa dalam luka yang dia terima, apalagi setelah tahu kami membohonginya selama ini. Dia membenci kami selama bertahun-tahun. Dia membenci dirinya sendiri. Dia merasa seperti monster."
Gill terlihat marah. Pria itu merasa kesal dengan masa kecil Liona yang suram. Gill mengepalkan tangannya geram. Dia bersumpah akan melindungi Liona.
"Siapapun yang udah ngasih cutter ke Liona, Ga akan gue ampuni!" Geram Gill.
*****
"Cari orang yang udah celakai Liona!" Ucap Rey sambil menelepon seseorang.
Rey langsung menutupnya setelah mengucapkan perintah pada asisten pribadinya.
Rey menggenggam erat tangan Liona yang tidak terluka, mengecup punggung tangannya. Berharap agar Liona cepat pulih dan kembali ceria seperti biasanya.
"Maaf..." Ucap Rey parau. Rey meneteskan air mata penyesalan.
"Seharusnya gue tau disini bahaya buat lo, na." Batin Rey.
Baru 30 menit berlalu, asisten Rey sudah menelepon kembali.
"Saya sudah mengirimkan alamat dan datanya pada anda, pak. Saya yakin anda kenal siapa dia. Saya sudah menyediakan orang untuk mengawal anda kesana, pak." Ucap Edy
"Kerja bagus." Balas Rey, lalu menutup teleponnya.
*****
Rey tiba di alamat yang dikirimkan Edy padanya. Tempat itu terlihat suram dan jauh dari pusat kota.
BAAMM!
Seseorang ditendang keluar dari rumah itu. Tampak wanita itu memuntahkan darah setelah ditendang keluar.
Rey mengangkat sebelah alisnya, siapa yang berani memberi wanita gila ini pelajaran sebelum dirinya?
Beberapa orang keluar dari dalam rumah untuk memegangi wanita itu dan memaksanya berdiri. Lalu, seorang pria dengan jas navy dan celana kepler navy keluar dengan tatapan membunuh.
"Kalau gue bunuh lo dari awal, wanita kesayangan gue gak bakal ngalamin kejadian ini." Ucap pria itu sambil tersenyum ngeri.
Wanita itu tertawa sambil meludahi darahnya yang tersisa.
"SAMA HALNYA JIKA TIDAK ADA WANITA ITU, ANAKKU PASTI MASIH BERSAMAKU DISINI!" Pekik Wanita itu.
Rey melipat tangannya sambil menonton pemandangan menarik ini. Kali ini dia akan membiarkan bagiannya di rebut pria ini.
Pria ini mendekati wanita gila itu. Dia berbisik di telinga wanita itu sambil tersenyum seram. "Gue bukan orang yang bisa lo teriaki nyonya Parson" Bisik pria itu.
Pria itu mengangguk pada Bodyguardnya, Bodyguardnya langsung mengerti dan membawa wanita itu masuk ke dalam rumah. Pria itu mengambil cerutunya dan mulai menghisapnya, kemudian menawarkan cerutunya pada Rey.
Rey menolaknya sopan.
"Lama gak ketemu" Ucap pria itu pada Rey.
"Mau lo apakan wanita gila itu, Sam?" Tanya Rey.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top