Part 6 ( Repost)


*******

Pov Jodi.

Chika demam lagi,  aku panik. Sementara Mama sudah pergi.

"Ma, Chika demam lagi," aku menelepon Mama.

"Kalau gitu bawa dia ke dokter, jangan panik,  ajak Mbok Sumi,"

"Oke Ma,"

"Eh tunggu  tunggu, Mama coba telepon Laras,"

"Mama ngapain  telepon dia?"

"Biar Laras  sama kamu bawa Chika ke dokter," suara  Mama percaya  diri. Aku menggeleng dengan usaha Mama  mendekatkanku kembali dengan Laras.

Tak lama Mama menelepon  balik.

"Ya Ma,"

"Kamu jemput Laras sekarang juga di butik nya, dia bersedia  mengantar Chika ke dokter, cepat pergi ke sana sekarang," perintah  Mama. Kalau sudah begini  aku tidak bisa beralasan lagi. Segera  kupacu  mobilku menuju butik Laras dengan hati berdebar.

Aku menunggu di depan butik. Tak lama dia keluar masih dengan wajah yang ku rindukan. Merona.

Baru saja aku hendak menjelaskan maksud kedatanganku,  dia ngeloyor berjalan menuju mobil langsung masuk dan duduk  di depan. Aku menatapnya sekilas, tentu saja  aku bahagia. Rupanya dia sudah pelan pelan membuka hatinya. Boleh kan aku ge er? hehe.

Sepanjang jalan menuju rumah kami diam, aku sendiri tak tau harus bicara apa. Ah aku sudah seperti saat itu, aku merasa  kembali  jatuh cinta padanya. Tapi benarkah aku kembali kasmaran padanya atau ini hanya terbawa suasana?, entahlah yang jelas aku sangat menikmati saat saat ini.
Aku mencoba memecah dengan  berbasa basi agar dia tidak keberatan  menolongku. Dia hanya  tersenyum dan mengangguk. Laras, andai kamu tau aku merindukan candamu, riangmu. Lama aku tak menatapmu tertawa lepas  menanggapi candaanku.

Kami berdua membawa Chika ke dokter. Aku melihat Laras sangat menyayangi putriku. Sambil mengemudi aku mencuri pandang  ke arahnya. Dia tengah mencium Chika dan membelai pipinya. Melihat itu aku merasa  bahagia, setidaknya ada Laras yang bisa mengisi kekosongan hatiku meski dia mengatakan  bahwa kita berteman. Iya Laras, kita berteman meski aku berharap rasa cintamu masih ada untukku.

Aku memang pengecut jika berada di depan Laras, entah. Kenapa aku berani  mengatakan cinta kepada Sandra saat itu, namun justru kepada Laras  bibirku terkunci sampai saat ini. Bahkan ketika  aku hanya berdua saja di mobil saat mengantarnya pulang.

******

Chika sudah sehat, aku bersyukur. Sejak itu aku tak pernah lagi bertemu dengan Laras. Mungkin  dia sibuk. Menelepon nya?, tidak aku tidak mempunyai  nomornya. Lagipula untuk apa. Namun, Mbok Sumi setiap aku pulang kerja selalu  bercerita kalau setiap hari Laras kesini menengok Chika. Kadang dia membawakan boneka buat putriku.

Kadang juga dia memasak sebentar sebelum  berangkat ke butik. Seperti dua hari yang lalu. Aku tak yakin Mbok Sumi  yang merasak steak daging lengkap  dengan sayurannya.

"Mbok,  ini Mbok yang masak? " tanya ku heran.

" Eh bukan Mas, Mba Laras yang masak," ujar Mbok Sumi sambil meringis.  "Lah  kalo saya ya ndak bisa masak seperti itu, Mas,"  lanjutnya lagi.

Aku terkejut  mendengar laporan Mbok Sumi.

"Laras?, dia masak? "

" Iya Mas,  dia bilang Mas suka masakan ini, saya tadi sempat diajari, tapi angel e Mas, susah," ujar nya sambil tertawa.

Aku ikut tertawa, tapi pikiran fokus kepada Laras. Dia memasak untuk ku?, dia masih mengingat kesukaan ku?. Bahagia?, tentu saja aku bahagia. Ternyata bisa masih seperti dulu, masih Larasku.

Dan hari ini aku dibuatnya terkejut lagi. Di ruang kerjaku ada mangkuk kristal  kecil berisi penuh kuntum melati, tentu  saja ruang kerjaku wangi.

"Mbok, ini apa Mbok?, Mbok petik bunga melati di depan di taruh disini? " tanya ku.

"Mbok Sumi  menggeleng. "Maaf mas, itu tadi Mba Laras yang  taruh, dia bilang supaya ruang kerja Mas Jodi segar, tadi ya saya larang tapi__"

"Ngga apa-apa Mbok, dia tau kesukaan saya," ujar ku menyela. Karena aku kata Mbok Sumi sedikit  takut. Padahal wajahku tampan, kenapa dia takut ya, pikirku. Haha.

Sabtu besok aku harus pergi ke luar kota, dan tidak bisa diwakilkan. Mamaku dan mertua masih pada urusannya masing-masing. Meninggalkan Chika dan mbok Sumi aku kurang nyaman, meski mbok Sumi sangat menyayangi putriku.

Laras  aku akan  mencoba tolong dia. Semoga dia mau membantuku. Toh cuma  sehari semalam, Minggu pagi  aku sudah kembali.

Aku meluncur menuju butik nya.

Sampai  di butik, aku masuk, nampak Laras sedang  berbincang serius  dengan costumernya. Begitu netra nya menangkap ku, dia segera  meminta ijin menemuiku.

"Hai, tumben, ada perlu apa?," tanyanya tersenyum manis.

Sejenak aku  membeku menatap bola mata indah didepanku.

"Eeum, maaf aku mengganggu pekerjaanmu, aku mau minta tolong."

"Minta tolong apa Jo?"

"Hari Sabtu sore kamu bisa  temenin Chika?"

Di nampak tak mengerti, keningnya berkerut.

"Aku Sabtu pagi berangkat ke luar kota sampai Minggu, aku bisa minta kamu jagain Chika?" tanya ku hati-hati.

Dia nampak diam sejenak.  "Maksud kamu aku nginap  semalam dirumahmu?."

"Iya,aku Minggu pagi sudah kembali, tapi kalau kamu keberatan aku__"

"Oke, aku akan temani Chika," ucapnya memotong pembicaraanku.

Aku lega mendengar nya.

"Oke aku balik ke kantor dulu, nanti  aku jemput kamu ke rumah," ah kenapa aku begitu antusias menanggapi jawabannya?.

"Tapi__"

"Kenapa Ras?"

"Aku bawa mobil sendiri Jo,"

"Oke, kamu bisa langsung ke rumah kalau gitu,"

Dia mengangguk.

*******

Aku lega Chika aman bersama Laras. Sehingga aku bisa pergi  tanpa terlalu berat memikirkan putri ku. Aku mempercepat urusanku di Probolinggo, supaya aku cepat kembali ke Surabaya. Bukan apa-apa aku tidak ingin  Laras merasa terbebani  oleh permintaanku. Jika urusan ku cepat selesai, aku bisa pulang dan Laras juga bisa kembali  ke rumahnya.

Aku tiba di rumah pukul tiga pagi, sengaja  aku cepat pulang. Rumah masih sepi, Mbok Sumi dan Pak Sis masih tidur.
Aku sengaja menggandakan kunci, supaya mudah jika aku harus pulang malam hari.

Perlahan  aku membuka kamar putri ku, dia sedang tidur, pasti Laras sudah merawatnya dengan baik. Aku terpaku menatap seseorang  meringkuk tertidur di sofa dikamar Chika. Laras?, kenapa dia tidur disini?, bukankah aku sudah suruh dia tidur di kamar khusus buat tamu?. Tampak gadis itu pulas, dia tidur masih mengenakan jilbabnya. Bahkan saat tidur pun dia tak bisa  menyembunyikan pesonanya.

Sesaat aku terpaku menatap wajah nya. Aku ambil selimut kemudian menyelimutinya dan melangkah keluar menuju kamar, untuk beristirahat.

*********

Suara tangis Chika membangunkan ku, jam menunjukkan pukul sepuluh. Bergegas aku keluar,  "Chika kenapa Mbok?"

"Ngga apa-apa Mas, dia cuma ngantuk aja, sebentar juga tidur lagi. Benar saja yak lama tangisnya reda. Aku tersenyum  menatapnya. Mataku menyapu ruangan, tak kulihat Laras.

"Maaf Mas, Mba Laras pagi tadi sudah pulang,  dia titip salam ke sampeyan," Mbok Sumi menjelaskan seolah tau apa yang aku pikirkan.

Aku mengangguk, entah kenapa terasa yang hilang ketika mendengar perkataan Mbok Sumi.

********

Pov Laras.

Benar kata Ibu, aku telah benar-benar jatuh cinta pada bayi cantik itu. Hampir setiap hari aku ke sana sekedar  membawakan mainan buatnya.

"Mba Laras, saya bingung mau masakin apa buat Mas Jodi, sering  ngga dimakan,"

"Ngga makan?, eum saya tau kesukaan Jodi Mbok, ayo Laras ajari  masak kesukaannya," ajakku.

Jodi suka sekali dengan steak. Kebetulan  di kulkas  bahan-bahan ada, aku segera  mengeksekusinya.

"Nanti pasti dimakan Mbok, Laras jamin," ucapku yakin.

Aku tersenyum puas ketika Mbok Sumi bercerita bahwa Jodi memakan steak nya.

.
.
.
.
.
.

"Pak Sis, ini melatinya pada mekar saya petik boleh ya?" tanya ku saat akan pergi ke butik.

"Oh boleh Mba,"

Aku memetik dan memasukkannya di mangkuk kristal dan meletakkan di meja kerja Jodi.

"Biar wangi Mbok, kalau gini kan aroma nya seger," ucapku pada Mbok Sumi. Setelah itu aku berangkat ke butik. Aku ke rumah Jodi agak siang, menghindar bertemu  dengannya. Berharap  Mbok Sumi tidak banyak  bercerita.

Hari ini butik cukup ramai, ada costumer  meminta di rancangkan gaun malam untuk acara pertunangan. Saat aku sedang berbincang, nampak sekilas Jodi  masuk, sejenak  aku pamit pada costumer ku untuk menemuinya.
Tak biasanya dia ke sini.

Tampak ragu dia meminta  tolong agar aku menemani  putrinya untuk malam ini, karena dia akan keluar kota.
Aku menyanggupi.

"Mba Laras, Mas Jodi itu teman Mba Laras sama  Mba Sandra  ya?" tanya Mbok Sumi saat aku menggendong Chika.

"Iya Mbok, kami bersahabat," jawab ku.

"Saya kenal Mba lewat cerita Mba Sandra, waktu saya bertanya siapa yang di foto itu," ujar nya seraya menunjuk foto kami bertiga di dinding.

Aku terdiam sejenak,   "Sandra cerita apa aja tentang saya Mbok?"  tanya ku ingin tau.

Mbok Sumi menggeleng.

"Ndak  cerita apa-apa Mba, cuma bilang Mba Laras teman baiknya, tapi sekarang  ngilang gitu aja,"

Aku menarik sedikit bibirku.  "Emang Mba Laras ngilang  kemana Mba?"  Mbok Sumi kurasa mulai kepo.

"Ah Mbok mau tau aja," ucapku terkekeh.

"Oia Mba, nanti Mba tidur dikamar itu ya, sudah saya siapkan. Sesuai dengan pesan Mas Jodi," Mbok Sumi menunjuk satu kamar tidur.

Aku mengangguk  saja. Hingga malam tiba.

Chika terbangun pukul sepuluh malam, di saat aku baru saja hendak  tidur. Mataku sudah mengantuk namun melihat senyumnya dan bening matanya membuat rasa kantukku lenyap. Hingga tanpa terasa pukul 23.00 akhirnya bayi mungil itu tertidur,dan akupun  ikut tertidur  bersamanya di sofa.

Aku terbangun selepas adzan subuh, agak aneh kurasakan sebab semalam aku tidur tanpa selimut. Aku berfikir  mungkin aku lupa. Segera  aku sholat.

"Mbok, saya harus pulang pagi-pagi sekali,"

"Iya Mba, tapi apa ngga tunggu Mas Jodi bangun?."

Aku tertegun,  "Jodi  sudah  pulang?"

"Sudah Mba, itu di garasi ada mobilnya,"

Apa Jodi yang menyelimutiku? Jadi dia melihat ku tidur tadi?. Ah syukur nya aku pakai jilbab, pikirku.

"Mba Laras,"

"Iya Mbok? "

" Mba ngelamun, itu susu Chika tumpah,"

"Uups," aku menepuk keningku.

"Maaf Mbok,"

"Kalau gitu tolong Mbok  sampaikan aja ke Jodi, saya harus pulang,"

"Baik Mba, nanti saya sampaikan."

Aku bergegas pulang, tidak bertemu lelaki itu, jam delapan nanti Deni datang.

*********

Dirumah,  "Jodi  sudah pulang Ras?"  tanya Ayah  saat kami sarapan.

"Sudah Yah,"

"Kamu pulang pagi-pagi sekali," Ibu menyela.

"Iya Bu, sebab nanti jam delapan pagi ada seseorang akan datang," ledek Risa seraya melirik ke Laras.

"Idih Risa, apaan sih,"

Ibu dan Ayah  saling pandang tak mengerti.

"Spesial, siapa Ras?, kamu ngga pernah  cerita ke Ibu."

Aku meneguk juice tomat buatan Ibu.

"Teman Bu, teman Laras," jawab ku datar.

"Ecieeee teman mana ada sampe ngasi cincin berlian Mbaa, peka dikit ngapa siih," lagi - lagi adikku itu menyela.

"Risa, kamu ya,"

Adikku terkekeh melihat  raut wajah ku, entah mungkin wajah ku memerah saat ini.

Ibu itu tersenyum, demikian juga Ayah.

"Jadi Ayah mau punya mantu orang Jakarta apa orang Surabaya  nih?" Ayah tak ketinggalan  ikut meledek ku.

"Eeh sudah, ngga liat apa Laras wajahnya sudah kaya kepiting rebus itu," lelaki Ibu menatap ku geli.

Dan benar saja  wajah ku jadi semakin menghangat karena malu.

Setelah sarapan yang cukup dramatis, aku segera  mandi dan bersiap menemui Deni.

"Jam berapa Mas ganteng itu datang Mba?" tanya Risa tiba-tiba ada di samping ku.

"Idih, muncul tiba-tiba kaya setan aja," sergahku.

Risa meringis,  "Maaf, jangan sensitif gitu ah," ujarnya.

"Mba jemput ke Bandara?"

"Ngga lah, dia sudah di jemput  sama kolega nya,"

"Terus Mba mau ketemu  dimana? "

" Risa, kepo ih."  sindir seraya memakai pashmina.

Lagi - lagi adikku itu tertawa.

Aku memacu mobil menuju Bandara,  sengaja  aku tidak jujur  pada Risa. Ah dia sangat  ingin tau.
.
.
.
.
.
.
Dari luar aku melihat Deni di depan  pintu keluar  bandara. Memakai t-shirt merah dan jeans blue black lengkap dengan kaca mata hitamnya. Nampak dia mencari  seseorang.

"Wellcome to Surabaya Mr. Deni Prayoga," sapa ku mengejutkannya.
Dia tersenyum  membuka kaca mata nya.

"I will be very happy If you become my guide," sambutnya.

"Kamu mau kemana dulu hari ini? "

"Terserah pemandu ku,"  jawabnya santai.

Aku menaikkan alis mendengar jawabannya.

"Deni, kamu datang  kan urusan kerjaan, harusnya  sudah terjadwal donk,"
Dia tertawa menatap ku yang heran.

"Aku kesini bukan karena ada kerjaan, aku sengaja  datang karena aku kangen kamu,"

Blush, dan wajahku menghangat.

"Kamu ngerjain aku ya?"

Deni tersenyum manis.

"Oke, aku lapar, bisa antar  aku ke tempat makan?" tanya nya menatap ku dengan mata berbinar.

Sejenak aku menghela nafas, kemudian ikut tersenyum dan mengajaknya menuju  mobil.

Segini dulu.

Jadiii Jodi apa Deni yaa 😑😀
Makasih sudah setia 😘🙏
Maafkan typo. Nanya lagi butuh visual Jodi sama  Deni ngga nih? Hihi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #cinta#laras