Dompet Kosong
"Sial! Cuma kertas?" Tama melempar dompet cokelat itu emosi. Padahal melihat ketebalannya, sudah terbayang warna uang yang ada di sana. Setidaknya merah dan biru.
Hanin yang tidur lelap, tak terusik sekali dengan umpatan itu, selimut lusuh penuh tambalan, tetap saja membuatnya hangat.
Tama, pemuda yang sebenarnya tampan tapi berantakan itu bangkit.
"Dompet tebal berisi kertas. Konyol."
Dia melempar dompet itu ke tanah, lalu menendangnya. Mata tajamnya melirik ke luar jendela lapuk.
"Hujan deras, aku tak bisa mencari mangsa. Sial!" Dia menendang udara. Tama melepas jaketnya yang basah, rambutnya yang tak terurus diikat dengan karet. Wajahnya berpeluh, terlihat lelah.
"Abang sudah pulang?" Hanin terbangun, mungkin karena mendengar suara berisik itu.
"Kau lapar?" tanya Tama pada adiknya.
"Sedikit!"
"Tunggu di sini, akan aku beli makanan. Jangan tidur dulu sebelum perutmu terisi."
Hanin mengangguk. Dia kembali menarik selimutnya. Menyaksikan punggung Tama menjauh.
Langkah Tama tegas, dia berjalan ke arah Utara, sebuah toko roti ada di sana. Dia sudah sering melakukan ini. Akan tetapi, nasib sial mungkin memihak padanya.
Dia ketahuan ....
***
Bugh! Bugh!
"Kau lagi, kau pikir toko ini tak punya CCTV? Sekali dua kali, aku pahami, ini sudah yang ke berapa kali!"
Bugh!
Hantaman keras mengenai punggung Tama yang menggelung dirinya di lantai. Tapi dia tetap tak meminta ampun.
Seorang wanita yang memakai baju hitam, sejak tadi hanya menjadi pengamat yang baik.
Toko dalam keadaan lengang. Hanya wanita itu satu satunya pengunjung.
Bugh!
Hantaman terkahir, membuat roti di tangan Tama lepas. Dia meraung panjang.
"Aaaaaaaarghhh!"
"Cukup!"
Suara wanita itu membuat sang kasir pria terdiam. Mereka menatap ke wajah yang sama. Seorang wanita dengan umur awal tiga puluhan, menatap seraut wajah cantik yang memikat.
"Berapa harga semua makanan yang dicurinya, saya yang akan membayar ...."
***
Absen dulu yang nunggu cerita ini. Tinggalkan vote dan komen.
Kalau sepi nggak aku lanjut. 🥱🥱🥱
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top